"Hey, buntalan lemak. Bisakah kau menyingkir dari hadapanku? Badanmu yang besar menghalangi pandanganku."
Donghyuck meremas pensil yang ada di genggamannya. Ingin rasanya Donghyuck mematahkan pensil yang saat ini dia genggam dan menancapkan patahan pensil itu di kedua bola mata bocah tengil yang duduk di belakang kursinya.
Namun Donghyuck urungkan karena pensil itu adalah satu satunya pensil yang dia punya. Tentu saja dia juga tidak mau dicap sebagai murid psikopat.
Walaupun seringkali otak yang ada di dalam kepala Donghyuck memikirkan bagaimana cara dia membunuh bocah bersurai merah jambu itu.
"Duduklah di depan papan tulis kalau begitu. Maka pandanganmu tidak akan terhalangi oleh badan besarku." desis Donghyuck tanpa menolehkan kepalanya sama sekali. Sekuat tenaga dia berusaha untuk tidak berteriak kepada Jaemin yang berakhir dirinya akan dihukum membersihkan kamar mandi sekolah seperti minggu lalu.
"Tempat dudukku disini, di belakangmu. Mengapa kau menyuruhku pindah ke depan?"
Donghyuck mengabaikan Jaemin, memilih untuk fokus menyalin catatan yang ditulis Pak Suho di papan tulis.
Jaemin tersenyum miring. Donghyuck mengabaikannya bukanlah hal yang Jaemin inginkan. Dia menendang pelan bangku Donghyuck. Cukup untuk membuat bangku yang diduduki Donghyuck bergerak sedikit ke depan.
"Bisakah kau berhenti menggangguku, Na Jaemin?"
"Bisakah kau menyingkir agar tidak menghalangi pandanganku, Lee Donghyuck?"
Kesabaran Donghyuck tidaklah banyak jika dia berhadapan dengan Na Jaemin. Kini kesabaran Donghyuck telah diambang batas. Sedikit sentilan, maka emosi Donghyuck akan meledak.
Sabar Donghyuck, sabar.
Jangan termakan oleh pancingan setan yang ada di belakangmu.
Tenangkan dirimu. Ayo, kamu pasti bisa!
"Maaf, Na Jaemin. Aku tidak akan menyingkir. Sedikit pun." ucap Donghyuck yang masih mempertahankan posisinya menghadap ke depan. Tak sudi menghadap ke belakang dan melihat wajah yang ingin dia cakar sampai habis tak tersisa.
"Aaaa, baiklah. Aku ralat pertanyaanku. Bisakah kau pindah tempat duduk sehingga aku bisa menyalin catatan dengan bebas tanpa terhalangi oleh badan besarmu?"
Boom!
Meledaklah emosi Donghyuck.
Donghyuck membanting pensilnya. Dia berdiri kemudian berbalik menghadap Na Jaemin. Matanya dipenuhi kilatan emosi ketika menatap mata Na Jaemin.
"Hahaha sungguh sial sekali nasibku duduk disini, di depanmu. Hey, bisakah kau berhenti menyuruhku pindah?! DAN BISAKAH KAU MENCATAT DENGAN TENANG TANPA MENGELUARKAN PROTES YANG SAMA SEKALI TIDAK PENTING, NA JAEMIN?!"
Dada Donghyuck naik turun. Mukanya memerah. Emosi yang terpendam di dalam dadanya masih menggebu-gebu, memaksa untuk segera diluapkan.
Sementara keadaan kelas menjadi sangat hening.
Semua pandangan siswa dan siswi tertuju kepada Donghyuck dan Jaemin.
Jaemin tersenyum lebar. Dia merasa sangat puas. Melihat Donghyuck yang meledak karena emosi adalah hal yang dia inginkan.
"Maafkan aku, Donghyuck. Aku sungguh menyesal. Aku tidak akan protes lagi, dan kau bisa duduk ditempatmu. Aku tidak akan menyuruhmu menyingkir atau pindah."
Raut wajah Na Jaemin benar-benar menunjukkan sebuah penyesalan. Tak ayal, Donghyuck tertawa hambar melihatnya. Merasa kagum dengan kemampuan akting Jaemin yang luar biasa bak aktor ternama.
Baru saja Donghyuck ingin membuka mulut untuk kembali meneriaki Na Jaemin, suara lembut dari arah belakang yang memanggil namanya menyadarkan Donghyuck dari segala amarahnya.
"Lee Donghyuck."
"Bisakah kau membersihkan seluruh penjuru perpustakaan sekarang juga?" titah Pak Suho lembut, dengan senyuman mengerikan terpasang di bibirnya.
Pada akhirnya, Donghyuck tidak bisa kembali duduk di kursinya dengan tenang.
Tidak seperti minggu lalu, kali ini Donghyuck membersihkan perpustakaan yang luasnya dua kali dari kamar mandi sekolah.
Tolong tahan Donghyuck agar tidak membunuh Jaemin sepulang sekolah nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention • Nahyuck
FanfictionIngin rasanya Donghyuck menjambak surai merah jambu milik Jaemin sampai rontok ketika Jaemin mulai mengganggunya.