***
"Soal kemarin, aku minta maaf." Sebuah suara menginterupsi fokus seorang gadis yang sedang sibuk memasukan buku ke dalam tas nya, Gyuri refleks melirik malas pada kotak susu stroberi di atas mejanya.
"Kau tidak bisa menyogokku dengan itu Lee Dawon."
Lantas Dawon duduk di hadapan Gyuri, menundukkan wajah untuk menatap lebih jelas ekspresi sahabatnya itu. "Patbingsoo?"
Gadis dengan rambut hitam terurai itu mendecih sambil menatap aneh. "Kau pikir semudah itu mendapatkan maafku?"
Dawon cemberut sejenak lantas kembali menunjukkan cengirannya dengan menaik turunkan alisnya. "Ramen? Jajangmyeon?"
"Hah- aku bisa membuatnya sendiri di rumah!"
Pria dengan mata sipit yang tajam itu lantas menghela napas sejenak. "Baiklah-baiklah, pesta Bulgogi dirumahku?"
Mata bulat Gyuri sedikit membesar dengan seringaian kecil, gadis itu mengangguk samar.
"Aku akan mengajak Rowoon juga." Tambah Dawon, yang berhasil mendapatkan balasan senyum dari Gyuri "Baiklah, setuju."
Tadinya Gyuri berniat menemui Dawon untuk meminta maaf perihal kemarin, bagaimanapun dirinya tak ingin pertengkaran itu berlanjut karena keegoisaannya.
Namun, tak disangka Dawon datang lebih dulu padanya dan memberikan penawaran yang tidak mungkin di tolak oleh Gyuri.
***
"Bagaimana dengan pacarmu?" Rowoon yang sedari tadi sibuk memanggang daging mulai membuka percakapan di antara mereka, sesekali Dawon yang sedang menyiapkan peralatan makan melirik, seakan mengawasi.
Gadis dengan rambut di kuncir kuda itu mengendikkan bahu, tangannya masih sibuk mencicipi hasil panggangan daging. "Tidak jelas, dia sibuk."
"Kalau aku jadi kau, sudah aku putuskan dia!" Tunjuk Dawon dengan sumpit di tangannya mengarah lurus pada Gyuri yang menatap sinis.
Rowoon yang menyadari situasi segera melerai mereka dengan mematikan pemanggang. "Nah, sudah selesai, ayo makan!" Ucapnya seraya menarik Gyuri untuk duduk di sebelahnya.
"Makan yang banyak ya anak cengeng!" Sela Dawon di tengah kunyahannya, membuat Gyuri melototkan matanya tak suka.
"Lee Dawon, sekiranya mulutmu itu tidak bisa dipergunakan dengan baik. Lebih bagusnya kau diam saja!" Dawon segera mencebikkan bibirnya mendapat jawaban sinis seperti itu.
Mereka bertiga menghabiskan makanan dengan berisik, sesekali Dawon bertingkah konyol seperti biasa dan Rowoon yang dengan usil menjahilinya kemudian gadis dengan senyum bulan sabit itu tertawa keras.
Tepat saat suara ponsel menginterupsi candaan mereka, Gyuri membeku menatap nama yang tertera pada layar ponselnya. Sedikit melirik pada Dawon yang kini memutar bola mata seraya melanjutkan makan.
"Angkat, mungkin ada hal yang ingin dia sampaikan." Ucapan Rowoon mendapat reaksi cepat, gadis itu segera meraih ponsel dan berjalan menuju balkon.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʟɪᴍɪᴛᴇᴅ ꜰᴇᴇʟɪɴɢꜱ
Fanfiction"𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘭𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘫𝘶𝘯𝘨 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘵𝘢𝘴. 𝘈𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘨𝘢𝘳𝘪𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵𝘪, 𝘢𝘨𝘢𝘳 𝘵𝘦𝘵𝘢�...