Di mana Zenitsu dan Kana adalah teman sejawat di kepolisian. Zenitsu menjaga salah satu pos di kota Tokyo, sementara Kana bekerja di bagian forensik. Mereka sering bercakap tentang banyak hal yang selalu diinisiasi oleh Zenitsu.
K
ana : Kau itu menyedihkan, Agatsuma.
Zenitsu : MENYESAL LAH KARENA TELAH BERKATA DEMIKIAN! Ugh, kalau saja kau bukan perempuan- *menggerutu*
(Mengabaikan gerutuan Zenitsu)
Kana : Apa keuntungan dari mengemis kasih sayang? Kau nyatanya kembali dicampakkan.
Zenitsu : Kau pernah merasakan arti keluarga, bukan? Aku ingin mencobanya!
Kana : Lucu sekali. Kita itu sama terbuang. Apa yang bisa dirasakan untuk seukuran tong sampah macam kita?
Zenitsu : Apa tidak pernah terbesit perasaan untuk mencicipi sesuatu yang asing bagi lidahmu?
Kana : Kalau dengan begitu aku harus merasakan kembali kehilangan, aku lebih baik mati rasa.
Zenitsu : Jangan berkata demikian! Kehidupan itu berputar! Roda milikmu dan milikku pasti akan mencapai titik itu.
Kana : Kau mengabaikan perkataanku soal kehilangan, Agatsuma.
Zenitsu : Ugh, aku menyerah! *menangis*
Kana : Begitu seharusnya. Menyerahlah berharap. Dan terus maju seorang diri meski seluruh inderamu mati sekalipun.
Zenitsu : Mengerikan! Jangan maju sendiri! Kau lupa kita sama? Kenapa tidak meminta bantuanku?!
Kana : Karena kau masih punya harapan.
Zenitsu : Kau pun masih bisa berharap! Ayolah, pencapaianmu bukan untuk akhir yang kesepian.
Kana : Aku kagum denganmu. Kau memotivasi orang lain tapi tidak bisa memotivasi dirimu sendiri.
Zenitsu : Kau menghinaku, aku sadar sekali. *menggerutu*
Kana : Aku tidak mengatakan hal yang berlebihan.
Zenitsu : Dan aku masih heran kenapa aku masih betah berdebat denganmu.
Kana : Karena kau mencoba memotivasiku.
Zenitsu : Ha ha ha *tertawa hambar*
KAMU SEDANG MEMBACA
Halu Book!
General FictionHalu yang tak pasti terealisasikan dalam bentuk fan fiksi.