Ungu itu anggun.
Ungu itu cantik.
Ungu itu indah.
Begitu feminim.
Dan benar, pria itu menarik kesimpulan bahwa, ungu berarti kebahagiaan. Siapa yang tak bahagia apabila sedang kasmaran? Apalagi ini adalah cinta pertama. Ibarat lirik penyanyi cantik Indonesia, Isyana Sarasvati, seperti terbang ke angkasa.
Seorang bujangan bermata sipit sedang duduk di sebuah kongkow. Kopi tubruk yang dipesannya tak lagi mengepul karena sudah menghangat. Ia menyeruput tegukan terakhir di cangkir batik itu. Kopinya kali ini lebih cepat dingin karena hujan di bulan kelahirannya, November.
Ah, hujan kali ini begitu deras. Sepertinya gadis itu takkan datang. Gadis manis pujaan hatinya yang selalu mengenakan kerudung ungu. Cinta pertamanya selama ia hidup 25 tahun. Ah Feng memang tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Terakhir ia berpacaran adalah saat dirinya duduk di bangku SMK, itupun ia terpaksa karena kalah taruhan dengan karibnya.
Sebenarnya Ah Feng bukanlah tipe orang yang selalu nongkrong di kedai kopi seperti ini. Ia hanya datang ketika diajak oleh teman-temannya untuk sekadar berkumpul. Namun berbeda dengan 5 bulan terakhir ini, ia bahkan duduk di tempat ini sendirian. Ya, tentu saja ada alasan.
5 bulan yang lalu ya Ah Feng mengulum senyum mengingat hari special itu.
---
(flashback)
"Lu gila Huat!" seru Ah Feng tak terima.
Doni lebih tak terima, "Lu baru pacaran sama Lian 3 bulan. TIGA BULAN! Bo nao ah le?!"*
"Jangan bilang...," sambung Doni. Matanya menyipit menatap ngeri pria tampan di depannya. Ia menunjuk Ahuat sembari menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak menyangka akan perbuatan karibnya.
Makhluk yang sedang menjadi samsak amarah justru tertawa dengan keras. Tidak memedulikan wajah masam kedua temannya. Ia sudah menduga akan mendapat reaksi seperti ini dari sahabat-sahabatnya. Tidak, ini tidak seperti yang dibayangkan. Tidak ada kecelakaan di antara Ahuat dan Lian. Mereka akan menikah karena merasa sudah mampu baik secara mental maupun finansial. Ahuat dan Lian tidak mau menunggu lebih lama lagi mengingat usia Lian saat ini juga sudah terpaut 2 tahun lebih tua darinya.
Doni dan Ah Feng mengangguk paham setelah mendengar penjelasan Ahuat, terbesit rasa bersalah karena menuduh sobatnya. Selanjutnya, pembicaraan mengenai pernikahan Ahuat dan Lian menjadi topik yang hangat. Ahuat mengatakan semua dipersiapkan secara tergesa-gesa karena waktu yang tersisa tidak lama lagi. Tapi Ah Feng dan Doni tidak banyak berkomentar, mereka tahu bahwa Ahuat sendiri adalah orang yang sangat bisa diandalkan dalam mengurus hal seperti ini.
Sementara di penghujung kasir, datang seorang gadis yang tampak asing. Diam-diam Ah Feng mencuri dengan apa yang dibicarakan oleh si gadis dan si kasir. Saat ini ia hanya bisa melihat punggung gadis yang ternyata sedang mencari pekerjaan. Terakhir, Ah Feng mendengar helaan nafas panjangnya.
Sepertinya ia tidak diterima untuk bekerja disini. Memang saat ini sulit sekali mencari pekerjaan. Ah Feng terus menatap punggung mungil itu dari mejanya. Gadis itu akhirnya berbalik, menyerah untuk membujuk sang kasir yang juga merupakan pemilik kedai kopi ini. Namun, mata mereka tidak sengaja bertemu.
Seketika dunia seolah berhenti bagi Ah Feng. Bola matanya hitam pekat, juga dalam. Seakan menarik Ah Feng masuk ke dalam jurang yang membuat jantungnya berdetak kencang. Adrenalinnya seolah dipacu. Bukan, ini bukan perasaan takut. Perasaan ini sulit digambarkan. Alisnya tipis simetris dengan bulu mata yang lentik yang membingkainya, seolah diciptakan agar semua insan hanya fokus dengan bola mata dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Berkerudung Ungu
Short StoryPotongan warna kecil yang melukiskan kisah besar dalam hidup Ah Feng.