❝ Menyapa dan hilang
Bagai pelangi yang indahnya hanya sesaat❞
Disya Adeena, seorang ilustrator freelance yang kehilangan pekerjaan karna Hanggara, klien-nya yang super nyebelin dan bermulut pedas. Hanggara lalu menawari Disya untuk bekerja sebagai...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gimana mas? Laptop saya bisa diselametin kan?" tanya Disya begitu karyawan di service center itu ngecek kondisi laptopnya. Tapi Disya jadi makin was-was setelah ngeliat ekspresi mas-mas didepannya.
"Saya kurang yakin sih mbak. Ini kerusakaannya parah sekali. Lcd-nya pecah, bagian belakangnya ke gores dan mesinnya juga kemasukan air. Harus saya bongkar dulu untuk cek hardware yang didalemnya. Karna laptopnya kecemplung bukan ke air bersih, jadi pasti kotoran tanah dan debu juga ada yang masuk. Saya akan cek keseluruhan dulu baru bisa kasih kesimpulan"
"Tolong banget ya mas. Ada banyak data penting disana, jadi paling gak tolong selametin hard disknya" ucap Hanggara. Berbeda dengan Disya, cowok itu keliatan lebih tenang tapi ekspresi khawatir masih ada di raut wajahnya.
"Oya, dan tolong secepatnya ya mas. Kalo bisa tolong prioritasin laptop ini dulu. Nanti akan saya bayar lebih biayanya"
"Baik mas, dan ini formnya tolong di isi dulu"
Hanggara ngambil formulir yang diserahin pegawai service center didepannya. Selagi Hanggara ngisi form itu, Disya perhatiin mas-mas yang bawa laptopnya masuk ke ruangan service. Rasanya hampir mirip kaya waktu dia ujian proposal dulu. Deg-degannya minta ampun.
Setelah pegawai itu balik dari ruang service, Hanggara lalu nyerahin form yang udah dia isi.
"Tolong banget selametin data laptop saya ya mas"
"Iya mbak" sahut si mas pegawai sambil nunjukin senyum penenang ala-ala customer service biasanya.
Setelah prosedur administrasi selesai, Disya natap ruangan service sambil mencakupkan tangannya selama beberapa detik. Setelah di rasa cukup, dia lalu berjalan ke pintu keluar. Gak lupa di susul sama Hanggara yang keliatan agak bingung ngeliat tingkah Disya. Tapi cowok itu gak bertanya, mungkin bagi Hanggara saat ini dia lebih baik diam daripada kena semprot.
Disya berhenti di teras toko. Ditatapnya langit yang udah berhenti ngejatuhin bulir air. Beberapa bintang udah mulai keliatan, tanda kalau langit udah gak mendung.
Disya menghela nafas panjang, berusaha untuk menghilangkan perasaan gak karuan dibenaknya. Tapi hal itu jelas sulit, belum ada jalan keluar soal laptopnya. Dia masih harus nunggu dan berharap-harap cemas. Situasi gak pasti yang paling Disya benci.
"Liat kan pak? Ini semua gara-gara pak Hanggara. Kalo bapak bisa jalan lebih hati-hati mungkin jadinya gak akan kaya gini. Seandainya bapak gak minta saya revisi lagi ilustrasi yang seharusnya udah bapak ACC. Mungkin sekarang filenya udah saya kirim ke editor. Belum lagi data-data skripsi saya. Kalo saya gak bisa wisuda tepat waktu emang bapak mau biayain uang kuliah saya untuk semester tambahan?!"
