At Train

119 4 2
                                    

I personally don't like people. Aku cenderung benci berinteraksi dengan orang-orang apalagi harus berada di tengah keramaian. Sayangnya, aku tidak selalu punya pilihan untuk sendirian di dunia ini. 

Salah satu kenyataan pahit tersebut adalah aku harus selalu naik kereta setiap pulang kantor. Berdesak-desakan dengan orang lain and have to deal with it.

Hanya saja, belakangan ini seseorang membuat aktivitas naik kereta menjadi tidak seburuk yang aku bayangkan. Aku tidak yakin tapi keberadaannya membuat ketakutanku sedikit teredam, orang itu dengan mudah membuatku percaya bahwa masih ada orang baik di dunia ini. Bahwa aku mungkin hanya butuh melihat orang-orang di sekitarku dari sudut pandang yang berbeda.

Dia adalah laki-laki yang selalu menjadi penumpang terakhir di kereta. Laki-laki berambut hitam yang panjangnya nyaris menyentuh bahu, menenteng buku sketsanya kemana-mana. Laki-laki yang beberapa hari terakhir ini menarik perhatianku. Laki-laki yang anehnya selalu bisa membuat hatiku yang biasanya dingin menjadi hangat.

***

Transportasi umum kadang menjadi tempat yang tidak aman bagi perempuan sebab pelecehan seksual kerap terjadi di tempat ini, termasuk di kereta. Tetapi hari itu menjadi hari pertama aku melihatnya secara langsung.

Hari itu seperti biasa, aku duduk di salah satu kursi di kereta dengan memeluk ranselku erat. Seorang perempuan berumur akhir dua puluhan berdiri berdampingan dengan seorang bapak-bapak yang awalnya tidak menarik perhatianku sama sekali. Sampai aku menyadari ekspresi tidak nyaman perempuan tersebut.

Perasaanku jadi tidak enak setelah melihat bapak-bapak itu mulai memutus jarak, berulangkali mencoba mendempetkan tubuhnya pada perempuan di sampingnya.

Mataku bisa langsung menangkap ekspresi mesum bapak-bapak tersebut, membat otakku berputar mencari cara menyelamatkan perempuan di depanku. Saat tangan bapak-bapak tersebut mulai bergerak, aku nyaris berteriak tetapi kejadian selanjutnya membuatku terdiam. 

Seseorang entah datang dari mana dengan santainya menepis tangan bapak mesum tersebut lalu dengan kasar menggesernya menjauh dari jangkauan perempuan di depanku. Untuk beberapa saat, adegan tersebut mendapatkan perhatian orang banyak sementara perempuan yang menjadi korban menunduk dengan bahu sedikit gemetar.

Aku bisa melihat mata laki-laki itu menatap bapak mesum dengan tajam sampai membuat nyali bapak mesum itu ciut. Tidak ada pertengkaran apalagi ribut-ribut nyolot seperti yang biasanya terjadi di film. Si bapak mundur dan pergi menjauh tanpa perlawanan. Mungkin karena tak terjadi apa-apa atau tidak ada yang menyadari alasan laki-laki itu melakukannya, orang-orang langsung kembali pada aktivitas mereka masing-masing. 

Laki-laki itu pun mencoba terlihat rileks membuat auranya yang mengintimidasi tadi perlahan hilang. Aku melirik perempuan yang nyaris menjadi korban tadi menghebuskan nafas laga, membuatku ikut menarik nafas lega. Aku sedikit ragu tetapi kuputuskan untuk beranjak dan membuat perempuan itu duduk. Aku juga mengeluarkan sekotak susu dari dalam tasku dan mengulurkan padanya. 

"Mbak agak pucat."ucapku sedikit canggung.

"Terima kasih ya, Mbak, Mas" ucapnya setelah merasa lebih tenang.

"Sama-sama, Mbak." Balasku dan  laki-laki di sampingku bersamaan.  Aku baru menyadarinya dan menoleh pada laki-laki itu, pandangan kami bertemu untuk beberapa saat. Lalu laki-laki itu tersenyum padaku yang anehnya bisa kubalas dengan mudah.

***

Hari itu untungnya bukan menjadi hari terakhir aku melihatnya. Selama seminggu ini aku selalu mendapatinya menjadi orang terakhir yang masuk ke kereta. Aku tidak tahu mengapa dia selalu naik kereta di akhir padahal dia sudah tiba di stasiun berjam-jam lalu. Di stasiun laki-laki itu selalu terlihat dimanapun, kadang aku bisa menemukannya menggabar di kursi tunggu. Kadang aku juga melihatnya berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya, seakan-akan sudah nalurinya untuk bersikap hangat kepada siapapun. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

We Found LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang