"Jika memang ini yang terbaik, maka akan aku putuskan. Segala hal tentangmu sudah menjadi masa lalu bagiku."
***
Taehyung terduduk sendiri di pojokan ruang latihannya. Ini adalah waktunya istirahat sebelum latihan akan dimulai lagi. Pikirannya masih tertuju pada sebuah surat yang kini berada di kantong celananya. Banyak sekali pertanyaan yang terngiang di kepalanya. Saat latihan tadi pun, beberapa kali ia kehilangan fokusnya.
Jimin sedari tadi melihat perilaku sahabatnya yang sedikit aneh. Tak biasanya Taehyung menjadi diam dan sering melamun. Hari ini, entah apa yang mengganggu pikiran sahabatnya. Ia pun menghampiri Taehyung. Mengambil tempat duduk tepat di sebelah soulmatenya. Kedatangannya pun sama sekali tak dihiraukan oleh Taehyung. Seakan-akan Taehyung sibuk dengan pikirannya sendiri. Namun, Jimin memang mengakuinya. Hingga akhirnya Jimin memegang pelan bahu kawannya itu.
"Kau kenapa?" tanya Jimin yang langsung membuyarkan lamunan Taehyung.
"A-ah... Ani-ya. Hanya sedikit lelah," jawab Taehyung cenderung gugup.
"Kau tidak bisa membohongiku, Tae. Ayo katakan, apa yang sedang kau pikirkan?" bujuk Jimin seakan-akan tahu bagaimana Taehyung itu.
Taehyung terdiam. Lalu salah satu tangannya merogoh saku kiri celananya. Menampilkan sebuah surat berwarna biru muda yang berada di genggamannya saat ini. Tanpa ragu, ia segera memberikan surat itu pada Jimin.
"Bisakah kau membuang surat ini, Jim? Aku tidak ingin membacanya." kali ini nada bicara Taehyung menjadi serius sembari ia memalingkan wajahnya dari Jimin.
Jimin mengeryitkan dahinya heran. Seketika ia kaget dengan pernyataan sahabatnya barusan. Jimin menerima surat itu. Pandangan matanya kini beralih menatap surat yang sudah di tangannya. Ia menampakkan ekspresi kaget ketika tahu dari siapa surat ini.
"Kau bertemu dengannya? Kapan?" pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Jimin.
"Rachel yang memberikannya kepadaku." jawab Taehyung singkat.
Dengan segera Jimin membuka surat tersebut. Ia membaca dengan seksama surat itu. Sedangkan Taehyung masih saja terdiam, acuh tak acuh dengan surat itu. Jimin menghela napas seusai membaca surat itu.
"Kau harus membacanya," perintah Jimin kepada Taehyung.
"Sirreo." tolak Taehyung dengan tegas.
"Ini surat yang Ae Ra tulis untukmu." lirih Jimin yang masih terdengar oleh telinga Taehyung.
Taehyung terdiam lagi. Jimin memberikan kembali surat itu pada Taehyung. Lalu meninggalkannya pergi ke member lain.
"Jangan marah pada Rachel. Dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Dia hanya menyampaikan pesan yang memang harus disampaikan." bisik Jimin yang kemudian benar-benar pergi meninggalkan Taehyung yang masih terdiam.
***
Kini aku berada di sebuah caffe yang tak jauh dari kantorku. Bersama dengan seseorang yang ingin menemuiku tadi di kantor. Kita duduk berhadapan. Hanya terdengar hening dan suasana yang sangat canggung. Dia kembali, iya dia. Seseorang yang aku tunggu selama dua tahun terakhir ini.
"Apa kabar?" ucapnya memakai bahasa Indonesia memecahkan keheningan yang terjadi. Sedangkan aku hanya tersenyum canggung membalas pertanyaannya itu.
"Aku minta maaf," ucapnya lagi dengan menatapku penuh harap. Sedangkan aku hanya menatapnya datar. Rasanya aku ingin pergi dari situasi semacam ini. Namun, lari dan menghindar tidak akan menyelesaikan masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask on My Face🎭
FanfictionApakah topeng segalanya bagimu? Menutup segala emosi sukmamu Apakah topeng begitu berarti bagimu? Menahan segala gejolak hatimu "Kau pikir apa yang kulakukan denganmu sampai saat ini? Sebenarnya kau ini menganggapku apa?" tanya Taehyung pelan. "Kita...