MATAHARI TERBIT DI TIMUR

14 2 2
                                    

Aku pernah berpikir bodoh untuk menghentikan waktu. Aku yang masih setia sepanjang hari menunggu realisasi dari janjimu padaku. Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi padamu. Kita sudah tidak saling berkomunikasi setelah memutuskan untuk berpisah. Kau dulu yang menganggap aku aneh. Mulutmu tak pernah berhenti untuk mengatai ku kuno karena aku yang selalu berkutat dengan kertas dan pulpen.

Namun kau tak pernah tau apa alasan dibalik semua itu. Mulutku ini tak bisa selalu menyuarakan isi hatiku. Kau yang mulai mengusikku.Awal  pertemuan kita yang tak disengaja.

Kita mulai saling dekat. Kau yang membuatku jatuh cinta pada pandang pertama. Hingga tangan ini tak berhenti menulis tentang dirimu.Aku yang terpesona pada suaramu, pada tawamu atau bahkan desahmu.

Hingga tak terhintung berapa lembar sajak yang ku tulis untukmu. Kau yang pernah memergoki ku menulis puisi. Katamu kata -kataku ini agak liar dan frontal. Namun kau memuji bahwa ini puisi yang indah. Kau  berucap,sungguh beruntung dia yang selalu ditulis kan puisi olehku.

Bodoh. Andai kau peka itu semua untukmu . Sampai masa dimana kau mengetahui itu. Disinilah kisah kita dimulai. Dimana kita mulai menulis lembar kisah cinta kita bersama. Diantara sebuah perbedaan kita sepakat untuk bersama. Hingga tanpa sadar matahari tak selalu berada di timur ada masa dimana ia akan berada di sebelah barat untuk terbenam.

Saat itu, hidupku serasa mimpi. Aku sangat tidak berdaya. Kita yang biasa bahagia saat bersama. Kini saling terluka jika terus memutuskan untuk bersama. Mataku berkaca - kaca mengingat semua itu. Hari ini tepat 2 tahun 14 hari 7 jam 23 menit 15 detik kita tak lagi bersama.

Laras... Mas kangen....
Mana janjimu pada masmu ini.

Aku menulis ini untuk mengenang kisah kita. Dimana kita masih tertawa bersama di bawah hembus angin. Dan kita mulai menangis di bawah rintik hujan. Hingga dibawah damai senja kita sepakat untuk saling lepas dengan menyisakan sebuah janji. Janji yang selalu ku tunggu. Mulai saat itu aku sangat membenci senja, karena senja adalah waktu dimana hatiku hancur tak bersisa.

                         ******

Kala itu,...
Pagi hari dimana semua aktivitas di muka bumi ini baru dimulai.
Bising suara kenalpot kendaraan bergerak merayap untuk berebut agar menjadi yang tercepat sampai di tujuan mereka.

"Nata.. Nata bangun nak... Udah pagi!! ".suara ibuku membangunkanku dari luar. Aku memang punya masalah soal bangun pagi. Agh... Sebenarnya malas sekali bangun, tapi mau bagaimana lagi hari ini aku ada jadwal kuliah pagi.

" Hoam.. Iya mah Nata bangun nih".kataku beranjak dari tempat tidur untuk segera mandi. Namun sebelum itu aku merapikan dulu tempat tidurku. Aku ini memang pecinta kerapian. Namaku ini Alexander Rafa Hadinata, tapi aku biasa di panggil Nata oleh kedua orang tuaku. Tapi aku di panggil Rafa saat di kampus.

Aku telah selesai merapikan tepat tidur. Selimut sudah terlipat rapi, batal juga sudah rapi. Aku langsung mandi. Setelah selesai aku berpakaian dan keluar kamar untuk sarapan bersama kedua orang tuaku.

" Pagi mah... Pagi pah" . Sapaku pada mereka yang sudah memulai sesi sarapan. Bukan makanan berat hanya roti tawar dan secangkir teh manis .

" Pagi .. " Sahut ayahku. Aku segera duduk untuk memulai sarapan. Kami sarapan dengan hikmat. Aku melirik jam tanganku pukul 7 lebih 15 tampaknya aku harus segera berangkat. Aku berpamitan pada orang tuaku karena aku harus segera  berangkat. " Mah.. Pah .. Nata berangkat dulu". Kataku pada mereka berdua.
" Hati - hati di jalan kuliah yang bener ".kata mamah. Biarkan mamah dengan sejuta kata petuahnya.
" Iya... Mah.. Nata berangkat". Kataku sambil menstarter motor ku untuk berangkat menuju kampus.

Perjalan dari rumah menuju kampus hanya membutuhkan waktu kira- kira 15 menit. Aku ini mengambil jurusan teknik elektro, karena impianku untuk bekerja di Jerman. Hari ini jalan lumayan sepi  sehingga perjalanan agak lancar.

Ketika aku sampai di belokan untuk menuju kampus. Motorku dihadang oleh seorang cewek berambut panjang. Penampilannya sederhana. Namun untuk ukuran wajah tidak sesederhana penampilannya.

" Mas.. Mas.. Tunggu.. Berhenti mas... " . Kata cewek itu sambil berteriak melambaikan tangan padaku. Aku segera menepikan motorku menuju kearah cewek itu.
" Ada apa? ".tanyaku agak datar padanya. Aku memang ini orangnya datar dan dingin.
" Ish... Aduh datar banget nih orang, tapi udahlah semoga aja dia mau menolongku". Batin cewek itu.
" Mas boleh minta tolong nggak, mau nebeng ke kampus, aku udah nunggu angkot dari tadi nggak ada yang lewat, aku takut telat mas. Hari ini aku ada kuis. Tolong yah ngikut ke kampus bareng" . Kata cewek itu memelas.
" Fakultas apa? " . Aku bertanya padanya.
" Pertanian mas ".jawab cewek itu
" Ok . Yuk kita searah ". Kataku padanya. Kuputuskan untuk mengantar gadis itu karena fakultas kita bersebelahan.
" Naik " Kataku. Ia segera naik ke motorku. Kita melanjutkan perjalanan menuju ke kampus.
Aku tak mengajaknya bicara karena aku tidak terlalu ramah pada orang baru.

" Mas.. Namanya siapa? " . Dia bertanya kepadaku untuk memulai obrolan. " Panggil saja Rafa kamu? ". Aku balik bertanya. " Laras mas" . Jawab cewek itu. Tak terasa kita sampai di kampus aku langsung belok menuju parkiran.
" Turun" . Kataku padanya. Cewek itu menjawab sambil merapikan rambutnya.
" Makasih mas Rafa udah jadi tebengan aku. Sekali lagi makasih mas" .
" Hm" . Sahut ku.
" Aku langsung ke fakultas aku ya mas" . Kata cewek itu sambil berlalu pergi. Aku tak menghiraukannya, langsung menuju ke kelas. Tak ada yang spesial hanya tatapan para cewek genit yang sengaja menggodaku. Tapi aku tak mengindahkan nya  . Terserah apapun  yang mereka lakukan aku tak peduli. Aku duduk di bangku agak depan agar fokus dengan kuliahku.

Aku tak terlalu dekat dengan seseorang aku hanya memiliki seorang teman namanya zefrino dia teman sejak SMP ku. Orangnya agak cerewet tapi tidak apa-apa. Dia yang sanggup menghadapi sikap dinginku.

" Oi bro lo tadi boncengan ama siapa. Cewek lagi .pacar?".dia bertanya agak keras sehingga  kelas yang tadinya ramai berubah menjadi hening.
Terlihat wajah wajah kepo bertanya seolah siapa yang beruntung mendapatkan tumpangan dariku. Aku tidak peduli.

" Bukan . Dia tadi nebeng" . Jawabku sekenanya. Wajah zef masih kepo
" Ah yang bener Raf. Kalian keliatan mesra tadi? ". Dia bertanya seolah memprovokasi agar aku menjawab dengan jujur.
" Bukan kita baru kenal". Jawabku. kelas ini menjadi hening seolah mereka menanti apa sebenarnya yang terjadi pada pangeran dingin dan acuh ,pagi hari ini membuat heboh dengan membonceng cewek saat ke kampus. Aku tak peduli toh apa urusannya dengan mereka. Kita juga baru kenal batinku. Hingga dosen masuk ke kelas untuk mengajar.


                     *******
Maaf ini karya pertama kalau,  jelek ngga usah di baca🙏🙏🙏 ya

Plis vote dan comment 😁😁






Dalam Diam Aku MemujamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang