3.rumah sakit

50 2 1
                                    

Pagi yang cerah.sorang gadis yaitu Laila  yang masih terlelap di atas kasur miliknya hingga sinar matahari memasuki kamarnya melalui celah-celah gorden jendela.

Di tambah suara ribut di bawah dan terdengar suara isakan mama nya.

Laila langsung terbangun dari tidurnya karena mendengar suara ribut-ribut di  bawah"kenapa ada ribut-ribut di bawah sih"kata Laila sambil mengucek matanya.

Tok tok tok

"Lailaa bangun"itu suara Abang nya sambil mengetok pintu.terdengar dari Suaranya kalau Abang nya sedang dalam kepanikan.

Ceklek

Laila langsung membuka pintu kamarnya."kenapa si bang"tanya Laila.

"Sakitnya papa semakin para dek dan sekarang papa di bawa ke rumah sakit"kata ersa.laila yang mendengar itu langsung membelalakkan matanya.

"Apa papa masuk rumah sakit"tanya Laila.

"Iya  ayo kita ke rumah sakit"kata Ersa.

"Iya bang tunggu sebentar"kata Laila.

Laila langsung lari kekamar mandi dan langsung mencuci mukanya dan mengganti pakaian tidurnya menjadi pakaian hari-hari.setelah selesai Laila langsung keluar kamar nya lalu menuruni tangga dengan tergesa.laila melihat Abang nya yang sudah menunggu di depan pintu.

"Ayo bang"kata Laila yang di balas anggukan oleh Ersa.

Laila dan Ersa langsung masuk kedalam mobil.ersa langsung menjalankan mobil nya dengan kecepatan rata-rata.

Laila POV.

35 menit aku dan bang Ersa sudah sampai di rumah sakit.

Setelah memarkirkan mobil aku dan bang Ersa  langsung berlari di lorong-lorong koridor rumah sakit dengan tergesa-gesa

Tadi sempat mama telfon di hp bang Ersa katanya papa sudah di pindah kan di kamar  120  yang di mana papa berada.aku bingung sebenarnya papa sakit apa?.

Ketika sudah mendekati kamar 120 dari kejauhan aku melihat Bima yang sudah berdiri di depan kamar inap papa.aku menyeritkan dahi ku."kenapa dia ada di sini". Batin ku.

Setelah sampai aku langsung memasuki kamar inap papa tanpa memperdulikan Bima yang berdiri sedari tadi.entah dia menunggu siapa aku tak tau dan tak mau tau.

Sedangkan bang Ersa memilih menunggu di luar untuk menemani Bima.

Ceklek.

Aku membuka pintu dan melihat seorang pria paruh baya yang tangan kirinya di infus dan selang oksigen di hidung papa dan di temanin mama di samping nya.

Papa sudah duduk sambil bersandar di kepala ranjang rumah sakit dan melihat kearah ku sambil tersenyum manis yang bisa membuat hati ku terasa hangat.

Aku mendekat kearah papa.mata ku sudah terlihat buram akibat air mata ku yang ingin keluar.aku tak bisa melihat papa yang sakit.
Aku tak suka itu!.

"Papa baik-baik saja kan apa ada yang sakit"tanya ku.sedangkan papa masih memberikan senyuman kearah ku.

"Papa baik-baik saja"jawab papa sambil mengulurkan tangan nya.aku tau apa yang ingin papa lakukan.

Aku langsung duduk di samping papa dan langsung memeluk papa.

Papa mengusap kepala ku dengan lembut.
Yang bisa membuat aku merasa tenang.

"Nak apa kamu mau menuruti permintaan papa"tanya papa.

Aku langsung melepas pelukan papa secara perlahan.

"Apa permintaan papa pasti Laila menurut kok"kata ku.

Papa tersenyum kearah ku lalu papa melihat kearah mama yang masih setia duduk di samping papa.

"Ma panggilkan Bima di luar pasti gama dan
Rina sudah datang"kata papa ke mama.

Aku bingung kenapa papa memanggil Bima dan kenapa juga om gama dan Tante Rina datang ke sini.

"Papa kenapa panggil Bima dan kedua orang tua Bima juga kesini"tanya ku heran.

"Nanti juga kamu tau sayang"jawab papa sambil tersenyum.

Tak lama mama masuk kedalam yang di ikuti bang Ersa Bima,om gama dan Tante rina kedalam.

Terlihat di wajah Bima yang di tekuk semacam ada perasaan yang tak suka sedangkan bang ersa,om gama,dan Tante Rina memasang wajah senang dan tak henti-hentinya melepaskan senyumannya.hal itu menambah kebingungan ku.

"Abang kenapa sedari tadi senyum terus"tanya ku ketika Ersa sudah berdiri di samping ku.

"Nanti kamu juga tau dek"kata bang Ersa sambil mengusap rambut ku pelan.dan hal itu menambah kebingungan ku.

Aku tersentak kaget ketika tiba-tiba papa memegang tangan kanan ku lalu memegang tangan Bima yang berada tepat di hadapan ku lalu papa mendekatkan tangan kami.aku bingung?semakin bingung dengan tindakan papa.sedangkan papa hanya memasang senyumannya.

Aku menatap manik mata papa yang terpenuhi rasa penuh harap di sana.

"Papa dan om gama sudah lama merencanakan ini"kata papa.

Aku menatap ke arah Bima dan Bima juga menatap ku.aku meminta penjelasan apa yang di maksud papa tetapi Bima hanya memasang wajah datar nya saja.tak seperti biasanya.

"Papa merencanakan perjodohan kalian"

Deg

____________________________________
    
Jangan lupa klik vote and commen
Mohon bantuannya jika ada typo
Agar author bisa memperbaiki nya

#shilla(8 April 2020)

Menikah dengan musuh sendiri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang