Dua puluh tahun lalu, malam di minggu terakhir bulan Januari bayi merah itu disambut oleh semesta. Tangisnya begitu kencang, menggema diruang-ruang operasi. Pipinya merah, mencari lekuk sang Ibu untuk mencari sebuah kehangatan. Sepasang manusia itu tersenyum, menyambut dengan bahagia. Orion Samudera Rupala, begitu orang tuanya memberi nama. Yang diharapkan memiliki paras ayu dan berhati seluas samudera. Yang kelak dibanggakan akan semenakjubkan rasi bintang Orion.
Orion, tumbuh dengan apik. Dengan mata sipit dan rambut tebal, selaras dengan ayunya. Hidupnya berjalan dengan baik selama satu tahun pertama sejak kelahirannya ke bumi. Orang tuanya mengasihinya dengan begitu sempurna, mencintai dengan selayak-layaknya, dan bahagia dengan penuh tawa.
Satu tahun setengah setelah kelahirannya, bayi merah yang dulu menangis dengan kencangnya itu kini sudah bisa berbicara. Menanggapi setiap jiwa yang mengajaknya bermain. Semuanya berjalan dengan begitu indahnya, tadinya. Hingga usianya menginjak angka dua, Orion belum bisa berjalan. Sekedar berdiripun tak mampu.
Orang tuanya bimbang, digerogoti kegelisahan. Apa yang salah dengan anakku? adalah pikiran-pikiran yang kerap menggaungi sepasang manusia itu. Tetangga mulai membicarakan bayi kecil itu. Orion yang tidak bisa berjalan, Orion yang cacat, Orion yang kelahirannya tidak direstui Tuhan, Orion yang begini, Orion yang begitu, dan banyak sekali pembicaraan dari para tetangga.
Hingga saat itu, tetangga menyarankan kepada sepasang jiwa itu untuk mengganti nama Orion. Klasik, namanya keberatan hingga ia tak mampu berjalan. Orion kehilangan namanya sebagai Orion. Dia tidak lagi Rupala dengan harapan ayu dan kehilangan Samuderanya. Dia bukan lagi Orion Samudera Rupala. Orang tuanya telah menggantinya. Orang tuanya telah mencabut namanya. Dan sekarang, dia adalah Alejandro Laila Nadeetya.
Harapannya baru, riuhnya dimulai kembali. Dia, yang kini disemogakan. Menjadi perempuan ayu, menjadi penyembuh atas segala luka dan sakitnya. Penyembuh bagi biru dan liku hidupnya. Laila, yang disambut semesta pada malam itu, yang tangisnya menggaung indah diruang operasi kala itu, kini disemogakan agar ia bisa sembuh atas segala sakitnya. Atas segala pedihnya. Agar ia mampu bangkit kembali saat dia luruh.
Laila, kini bayi itu sudah bisa berjalan. Menghampiri tiap-tiap manusia yang menyapanya. Dengan tawa riangnya, dengan pipi merahnya. Laila kini sudah bisa berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Majnun itu Ku Beri Nama Laila
ChickLitMalam adalah miliknya. Orion adalah rasi bintang kesukaannya. Meet Laila, perempuan dengan segala sendu dan liku hidup yang tidak pernah ada habisnya. Meet Laila, perempuan yang diciptakan oleh Tuhan dengan berbagai kecacatan. Manusia dengan sejuta...