4. Trick It

243 12 1
                                    

Beberapa hari sebelum keberangkatan...
         
        
        
"Jeje ih!!!" Nayeon melayangkan telapak tangan ke arah Jeongyeon, yang dengan mudah menghindar. Jeongyeon tergelak karena berhasil mengerjai Nayeon sebelum akhirnya mengitari kap mobil, masuk dari pintu kanan depan, lalu duduk di belakang kemudi.

"Kalian gak capek apa berantem mulu? Heran. Ntar kalo tiba-tiba jadian gue celupin satu-satu ke Sungai Amazon baru tau rasa," protes Sana yang sudah aman duduk di antara Dahyun dan Nayeon di bangku tengah.

"Ogah amat!" sembur Jeongyeon mendengus. Sementara Nayeon hanya menghela nafas kasar sembari menutup pintu mobil di sebelah kirinya dan memasang sabuk pengaman. Jeongyeon otomatis mulai melajukan mobilnya saat mendengar suara "klik" dari sabuk pengaman Nayeon.

"Ati-ati kalo ngomong. Ntar kalo kejadian beneran, gue ketawa paling keras pokoknya," Momo menimbrung obrolan dari bangku samping kemudi.

Jeongyeon sudah bersiap-siap untuk membalas ucapan Momo itu, tapi ternyata kalah cepat dari Dahyun. "Udah, udah, Kak Je, fokus nyetir," katanya sambil menepuk pelan bahu Jeongyeon dari arah belakang kursi kemudi. Jeongyeon terpaksa menurut dan memfokuskan perhatiannya ke jalanan kota yang ada di hadapannya

Posisi duduk mereka di mobil hari ini memang tidak seperti biasanya. Jeongyeon, sih, memang hampir selalu di belakang kemudi karena memang itu mobil miliknya―meski beberapa kali sempat digantikan oleh Nayeon saat dia sedang sangat kelelahan―tapi Nayeon yang biasanya merupakan penghuni tetap bangku samping kemudi (̶b̶i̶a̶s̶a̶ l̶a̶h̶, ̶n̶y̶o̶n̶y̶a̶ b̶e̶s̶a̶r̶) hari ini harus duduk di bangku tengah.

Alasannya karena hari itu, rencananya Nayeon dan Sana akan diturunkan terlebih dahulu di supermarket untuk berbelanja keperluan konsumsi. Jeongyeon tidak mau diperlakukan seperti supir pribadi jika Momo dan Dahyun yang turun belakangan bersamanya harus duduk di bangku tengah berdua, sementara bangku samping kemudi kosong. Alhasil, Nayeon dan Momo bertukar posisi tempat duduk untuk hari itu saja.

"Je," Sana mencolek pundak kiri Jeongyeon saat dia sedang menepikan mobil ke pinggir jalan di depan supermarket. "Nanti gue kabarin ya, kalo kita udah kelar belanjanya," kata Sana.

"Oke."

Momo dan Dahyun melambaikan tangan sekilas ke arah Sana dan Nayeon, sebelum Jeongyeon kembali mengemudikan mobilnya.

          
 
 

✨🌄🏕️🏞️✨ 

       
       
      
     
"Dahyun, lu yakin ini tempatnya?"

"Kak Je gak liat itu plangnya tulisannya 'Penyewaan Alat Kemah'?" yang ditanya justru balik bertanya.

"Iya sih," Jeongyeon mengeryitkan alisnya tidak yakin. "Tapi sepi gini tempatnya?" Dahyun hanya mengedikkan bahunya.

"Mana hawa-hawanya serem gini," Momo yang bersembunyi di belakang Jeongyeon dan Dahyun memperhatikan bahwa bangunan rumah bergaya belanda itu memiliki pohon beringin besar di halamannya yang terlihat tak terawat.

"Permisi!" Dahyun setengah berteriak mencoba memberanikan diri.

Tiba-tiba terdengar suara geretan pintu yang kasar dan keras, membuat ketiganya terkejut. Kemudian kepala seorang pria paruh baya yang dipenuhi jambang muncul dari celah pintu yang sedikit terbuka.

"Mau apa kalian?" suara pria itu terdengar serak dan sangat dalam, dengan nada yang sedikit kasar.

Dahyun yang tadinya berdiri sejajar dengan Jeongyeon otomatis mundur perlahan dan bergabung dengan Momo untuk berlindung dibalik tubuh Jeongyeon.

Mythical Terrain VagabondageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang