Tıga bulan aku belajar membuat latte art muka kucing, hasilnya ...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku optimis Raiden akan berpikiran positif untuk setidaknya memujiku. Dia tentu akan menghargai usahaku membuat kopinya lebih estetik dengan menampilkan binatang favoritnya. Kupukul kepalaku. Lihatlah, kucing itu lebih pantas disebut creepy dibandingkan aesthetic. Lalu aku menjadi pesimis ....
Kenapa aku tak fokus pada diriku supaya dilihat Raiden dan membuatnya jatuh cinta padaku juga?
Jatuh cinta adalah frasa yang terlalu kuat. Bagaimana dengan suka? Kenapa tiba-tiba Raiden harus suka pada barista gadungan yang datang dan pergi ke kafe seenaknya karena punya koneksi dengan sang pemilik di sana?
Overthinking ini membuatku gila. Raiden membuatku gila. Dan latte art sialan ini membuatku ... sadar bahwa aku harus berusaha lebih keras untuk membuat muka kucing imut sempurna supaya aku bisa lebih cepat menunjukkan diriku pada Raiden dan membuatnya terkesan lalu ... jatuh cinta.
Lihat kan, aku sedang fokus pada diriku.
***
Fokus pada diriku mencakup nilai pelajaran di sekolah, aktif di kegiatan ekstrakurikuler, belajar lebih giat dan berlatih serviş bola volley untuk matpel PE. Aku tak boleh mengecewakan Andi karena dia selama ini membiayai sekolahku. Meski Andi bilang itu sudah kewajibannya semenjak Ayah tiada, tapi tetap saja aku tak boleh berleha-leha.
Padatnya jadwal di sekolah membuatku tak bisa sering-sering tau berlama-lama di kafe. Karena statusku pelajar dan Raiden pun demikian, maka aku tak perlu cemas tak bisa melihatnya saat weekdays. Sudah kupastikan, Raiden hanya datang di saat weekend atau libur sekolah saja. Itu pun tak selalu. Pernah dalam satu bulan dia tak datang dan itu membuatku uring-uringan. Dan saat bulan berikutnya dia datang, latte art-ku sudah menuju 80% sempurna.
