Bersama Kakek

11 0 0
                                    

Sean tertidur nyenyak sekali di di penerbangan langsung ke Jakarta setelah semalaman tidak bisa tidur. Semalam, James tidur sambil memeluk dirinya. Sangat mengganggu. Tapi mau usir juga Sean sebenarnya sangat ketakutan. Padahal, mereka sudah mengganti bohlam yang putus karena kejadian mistis semalam, sehingga mereka tidur dalam ruangan terang.

Disebelah Sean, ada James yang sedang baca doa karena takut pesawatnya jatuh. Ia memang parno kalau naik pesawat terbang. Tapi tidak apa-apa, doa yang dibacakan James kan buat satu pesawat. Amin!

"Se-an." Sang kakek memanggil Sean yang tengah tertidur.

"Sean." Ia menoel punggung Sean.

"Apa kek?"

"Kakek mau ke WC. Temenin dong." pinta si kakek.

"Aduh aku ngantuk banget kek. Mes, temenin kakek dong."

"B...Boss sebenernya saya pengen ke WC juga tapi takut jalan sendirian."

"Astaga!" Dengan terpaksa, Sean pun akhirnya menemani mereka gantian ke lavatory pesawat terbang. Untung saja Sean menemani mereka, karena kakek panik sekali begitu melihat bagian dalam bilik WC pesawat terbang tidak ada handle-nya.

"Tenang aja kek, gak usah dikunci. Ini Sean jagain pintunya."

"Untung ada kamu Sean! Ini mah, lebih misterius dari jin. Hehehe." ujar si kakek sambil tertawa.

Saat tray makan siang tiba, Sean menyisakan buah-buahan di traynya. Dia memang malas makan buah.

"Heh kamu. Kok ga dimakan sih jeruk sama apelnya? Mubazir loh."

"Aku ga suka jeruk sama apel kek."

"Kalo manggis kamu suka?"

"Apaan tuh? Bukannya itu bahannya Mastin?"

"Alaaaaah. Nih coba kamu coba, kakek bawa di tas. Kakek kupasin buat kamu sama James ya." sang kakek pun mengambil tas kain dari bawah kursi penumpang depan dan mengupaskan buah manggis tersebut untuk kedua anak muda disampingnya.

"Aneh sih rasanya, tapi enak juga."

"Kalau gitu habisin ya. Buah manggis  sama jeruk purut. Kalau tidak habis kakek cemberut!".

Sean tertawa kecil, seru juga sebenarnya jalan-jalan ramai begini. Daridulu Sean jalan-jalan sendirian saja, atau sama teman-teman sebaya. Ternyata berteman dengan kakek-kakek itu seru juga, seperti jalan-jalan dengan bapak yang terpisah selama ini.

Tanpa terasa mereka sudah sampai di Jakarta. Sebelum menuju rumah Sean, Sean mengajak kakek dan Sean untuk makan di Mall Central Park.

"Aduh pusing sekali ya satu gedung di Jakarta besarnya seperti satu kampung saja."

"Tempat ini masih ada kebun dan satu gedung lagi loh kek." James memberitahu.

"Ya ampun. Kok bisa orang Jakarta gak nyasar disini ya." Sang kakek pun heran.

"Eh ngomong-ngomong Sean, kamu udah kasih tahu bapak kamu kalau kakek ikut ke Jakarta?"

"Engga sih. Bapak gak pernah nanya."

Sang kakek hanya manggut-manggut dan lanjut menanyakan hal lain ,"Oh gitu, kalau Melati ini siapa? Pacarmu? Udah pernah ke rumahnya?"

Sean langsung gugup ,"Rumahnya sih udah tahu, cuma kalau pacar ya bukan sih kek..."

"Lho? Terus kamu ini mau nolongin dia? Kamu suka ya sama dia."

"Melati itu temen sekelasku kek di jurusan Sastra Inggris. Awalnya aku itu ngikutin dia karena mau ngerjain dia, orangnya nyebelin gitu. Eh ternyata dia baik, malah jadi naksir."

"Owalahhh anak lanang satu ini. Terus kamu tahu kira-kira siapa yang nandain dia biar diawasin jin?"

"Gak tahu sih kek. Setahu aku dia gak punya pacar. Apa jangan-jangan penggemarnya?"

"Lah kok 'setahu kamu'. Kalau beneran pacarnya gimana?"

"Wah gila sih, aku gebukin kek. Masa dia memperlakukan pacarnya kayak gitu, pakai kirim jin segala buat jagain? Sampe aku disantet segala. Mending sama aku lah."

Sang kakek pun langsung menjeda makanannya dan menatap Sean dengan serius.

"Jangan tebak-tebakan ya. Salah sedikit bisa melayang nyawamu. Kamu sudah tahu rumahnya kan? Besok pagi kita langsung kesana, saya mau lihat kira-kira ada apa saja disekitar rumah dia."



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang