Perpisahan Atau Pertemuan

61 3 2
                                    

"Ayah... Ibu..." Teriak seorang gadis remaja yang menggunakan seragam sekolah sambil membawa selembar kertas.

"Ada apa nak.... Kenapa kau berlari seperti itu, bagaimana jika kau jatuh..."

"Sanya, gak papa kok ibu, ayah, Sanya punya kabar gembira."

Gadis yang bernama Choi Ji Sanya itu kini sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan anggun, memiliki tata Krama yang baik, sopan, dan juga pintar. Kedua orangtuanya tuan Sang Ah dan nyonya Eun Ji sekarang adalah pemilik sawah terbesar di desa mereka sehingga mereka sangat di hormati oleh penduduk desa.

"Ada apa Sanya?"

"Lihat ini ibu, ayah, Sanya mendapatkan biaya siswa untuk bersekolah di kota." Ucap Sanya sembari menunjukkan selembar kertas.

"Wah... Itu bagus sekali sayang..." Ucap Eun Ji, Eun Ji sangat senang dengan berita dari Sanya tapi tidak dengan Sang Ah dia sangat terkejut dan melarang Sanya.

"Apa? Di kota? Tidak ayah tidak akan mengizinkanmu!" Ucap Sanga Ah meninggikan suaranya.

Sanya sedikit terkejut dengan larangan ayah nya itu, dia memohon kepada ayah nya dengan rengekan nya "ayah...., boleh ya, ayah, Sanya ingin bersekolah di kota, Sanya sangat ingin mencapai cita-cita Sanya, sebagai seorang pengusaha yang memiliki perusahaan yang besar."

"Jika ayah bilang tidak ya tidak, dan tidak ada penolakan." Bentak Sang Ah dengan suara berat nya.

Sanya kaget dengan perkataan ayahnya dan dia memilih pergi ke kamar nya untuk menenangkan diri di kamar nya.

Eun Ji pun kaget dengan perkataan suaminya itu dia coba bicara dengan lembut dan manis kepada Sang suami"Sayang... kenapa kamu bicara seperti itu kepada Sanya?"
"Kau tak biasa nya bicara seperti itu kepada Sanya?..." Lanjut Eun Ji membawa suaminya duduk di kursi tepat nya di teras rumah mereka.

Sang Ah menghela nafas panjang seraya berkata "aku tak bisa membiarkan dia sendiri, aku tak ingin kehilangan anak tunggal kita."

"Apa yang kau maksud, dia tidak akan tiada jika tak bersama kita, dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri."

"Eun Ji kau itu tak tau apa yang akan terjadi jika kita tak terus mengawasi Sanya."

"Memang apa yang akan terjadi?"

"Kita bisa kehilangan dia."

"Hanya karena jauh dari kita, itu tak masuk akal!"

"Dia akan di ambil oleh vampir."

"Apa kau masih percaya, makhluk seperti itu ada? Itu hanya dongeng dan cerita fiksi belaka."

"Makhluk seperti vampir itu ada, apa kau ingat saat kau melahirkan Sanya, kau sangat merasakan sakit yang luar biasa, hingga kau pinsan, biaya untuk melahirkan kita tak punya, akhirnya aku membawa mu ke tabib, dan aku melakukan perjanjian."

Eun Ji sempat kaget dengan perkataan suaminya itu"Perjanjian apa? Kenapa kau tak memberi tau aku!"

"Aku takut kau marah pada ku, aku tak mau kehilangan salah satu dari kalian akhirnya aku memilih untuk memberikan Sanya kepada Vampir itu saat dia di usia 18 tahun."

"Sang Ah sayang... Lain kali jika menggunakan alasan itu yang masuk akal, siapa yang percaya bahwa yang kau katakan itu benar, ini era modern bagaimana bisa Vampir hidup di era modern sekarang."
Eun Ji menganggap remeh perkataan suaminya, bahkan dia mengira bahwa sang suami itu sedang mengada-ada.

Sang Ah pergi ke kamar nya mendengar sang istri tak memperdulikan ucapan nya.

Eun Ji masuk ke rumah dan pergi ke kamar Sanya, dia melihat Sanya yang sedang duduk melamun di dekat jendela kamar nya.

"Sanya..."

"Oh.. ibu ada apa?"

"Apa kau benar-benar ingin bersekolah di kota nak?"

Sanya menganggukan kepada "tentu saja ibu.." Kalimat itu langsung keluar dari mulut Sang tanpa ragu.

"Ibu akan mengizinkanmu untuk pergi ke kota."

Pernyataan dari Eun Ji langsung membuat Sanya kaget sekaligus senang.

Sanya membulatkan matanya "Sungguh ibu? Bagaimana dengan ayah? Bagaimana jika dia marah pada ku?"

"Ayah mu itu akan jadi urusan ibu.... Tenang lah pergilah besok pagi ini uang untuk biaya kau pergi dan biaya bulan pertama kau di kota."

"Terima kasih ibu... Aku sangat menyayangimu."

Sementara di tempat yang berbeda di rumah mewah yang menyerupai gedung tinggi itu.

"Apa kau puas membuat ayah dan ibu mu malu, kau ini memang anak yang pintar, tapi prilaku mu seperti manusia yang tak di beri didikan oleh orang tua mu." Ucap seorang laki-laki yang bertubuh tinggi.

Seorang gadis yang sedang di marahi oleh Sang ayah merasa tak peduli "Apa ayah pernah mengajarkan ku tentang etika atau pun tata Krama?" Kata kata itu keluar dari mulutnya tanpa memikirkan perasaan ayahnya.

Mendengar ucapan putrinya itu seolah Sang ayah merasa tak di hormati dan menjadi sangat marah"Park Yoon Hee jaga bicara mu!" Ucap ayah meninggikan suaranya.

Iya.... Gadis itu bernama Park Yoon Hee gadis kecil itu telah menjelma menjadi gadis cantik, pintar namum memiliki sifat yang tak sepantasnya seorang anak perempuan miliki.

"Sudahlah aku muak dengan ayah, selalu memarahiku, bahkan ayah tak pernah mengerti perasaanku, semenjak ibu meninggal apa ayah pernah peduli dengan ku, aku hanya ingin di beri perhatian dan kasih sayang, sekarang aku merasa tak memiliki seorang ayah."

Yoon Hee langsung pergi ke kamar luas milik nya, dia menghancurkan semua yang dia lihat dari vas bunga, semua foto keluarga bahkan foto milik nya sendiri yang berbeda di meja dekat tempat tidur nya itu. Dia mengingat kembali saat sang ibu park Yong Mi meninggal karena penyakit nya, yakni penyakit jantung. Dia mulai meletakkan badan nya ke kasur empuk miliknya dan mulai tertidur.

Malam pun berlalu sekarang berganti matahari yang bersinar, park Yoon Hee bangun dari tidur nya karena sinar matahari yang masuk ke dalam kamar.

Perlahan Yoon Hee membuka mata melihat ke arah jendela miliknya.
"Sudah pagi ya...." Ucap nya sambil melihat ke arah jam dinding miliknya.
"Oh... Tidak aku harus sekolah." Yoon Hee langsung berlari kearah kamar mandi. Setelah mandi Yoon Hee bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Disisi lain gadis yang bermarga kan Choi itu kini telah tiba di kota besar yang bernama Seoul.

Dia mencari tempat tinggal di dekat alamat sekolah yang memberinya biaya siswa. Di tempat itu tertulis "Menerima kosan Putri" sontak Sanya pergi ke tempat itu, Dia menyewa sebuah kamar.
Setelah itu mendapat tempat untuk ia tinggali dia pergi ke sekolah yang memberinya biaya siswa sekolah itu bernama " " sekolah yang berisi murid murid pintar, cerdas, di SMA itu hanya menerima 20 siswa setiap tahunnya.

Saat Sanya memasuki kawasan sekolah itu Sanya merasa sangat terganggu dengan pandangan para siswa lain kepada nya.

Tapi tidak dengan seorang laki-laki bertubuh tinggi dan memiliki lesung pipi diwajahnya.

Sanya tak memperdulikan dengan tatapan siswa di SMA itu dia merasa tersesat, dia tidak tahu dimana letak ruang kepala sekolah disana. Akhirnya dia berkata kepada anak laki laki bertubuh tinggi itu.

"Permisi... Aku boleh bertanya?"

"Iya Noona, ada yang bisa aku bantu?"

"Bisa kah kau memberi tau ku dimana letak ruang kepala sekolah?"

"Baiklah Noona akan aku antar, sebelum nya perkenalkan nama ku Kim Namjoon anak kelas XII" ucap pria itu dengan mengulurkan tangannya.

Sanya menjabat tangan Namjoon, dan berkata "aku Choi Ji Sanya. Kelas XII Anak pindahan dari....."

'Jadi dia pemegang bunga Lotus pertama...' ucap batin Namjoon.

Sampai di sini dulu ya ceritanya besok kalok ingat author lanjut, Jangan lupa vote dan komen ya.😘

Oh ya maaf lahir dan batin ya marhaban ya Ramadhan semoga puasa pertamanya lancar🙏😘

Bloodthirsty Forces Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang