Hai para pejuang masa depan!
Gimana hasil kemarin? Memuaskan kah? Atau mengecewakan?
Selamat ya bagi yang sudah sesuai harapan. Bagi yang terpaksa memilih tapi keterima, jangan menyesal ya, karena banyak di luar sana yang ingin menggantikan posisimu tapi apadaya nilai tak cukup.
Semuanya sama kok ingin mendapatkan hasil yang terbaik, ingin berada di tempat favorit, ingin sesuai cita-cita. Tapi, bukan berarti semua orang menempuh perjalanan yang sama kan?
Perlu diingat kembali bahwa usaha pasti mempengaruhi hasilnya. Mungkin, Allah belum mengabulkan permintaanmu karena Ia cemburu. Ia ingin kamu lebih dekat dengan-Nya atau bahkan Allah punya rencana yang jauh lebih baik dari ini yang kamu sendiri belum tahu. Kamu hanya bisa melakukan yang terbaik dan berharap.
Kamu, jangan sombong ya. Perjuanganmu juga masih panjang. Belum lihat kan pergaulan dan persaingan di dunia perkuliahan tuh seperti apa. Belum lihat juga kan realitas kehidupan di universitas/institusi yang nerima kamu. Ya, meski kamu sudah bisa lebih santai dari orang lain, tapi aku berharap, kebahagiaan itu tidak mematahkan semangatmu untuk terus melakukan yang terbaik.
Bagi kamu yang belum beruntung saat ini, gapapa kok. Kita sama-sama sedang berjuang. Aku dulu juga seperti itu, kamu tahu itu kan.
Jujur, sejak aku kecil, cita-cita terbesarku memang arsitek dan dokter. Hanya itu. Keduanya sama-sama kuat. Sampai-sampai aku sangat bimbang memilih di SNMPTN.
Waktu itu aku memilih FK di satu universitas. Dari nilai rapot sih gila memang, apalagi ada teman seangkatan yang nilainya lebih tinggi dariku dan menginginkan yang sama. Tapi, tidak apa-apa lah.
Kenapa sih dulu milihnya cuma FK? Mau arsitek juga kan?
Ya, jawabannya cuma satu. Ibuku sangat tidak setuju arsitek dan sangat berharap aku menjadi seorang dokter. Ntah mengapa alasannya. Dan aku? Sebenarnya sakit hati tapi ya senang juga. Satu sisi aku merasa sakit hati dengan ditolaknya arsitek, karena dari perspektif nilai ya mata pelajaran MTK di rapotku agak mendominasi. Tapi, satu sisi juga aku merasa senang kalau ibuku menyutujui cita-citaku menjadi dokter. Akhirnya, aku memilih semacam sengaja "bunuh diri" sesuai cerita sebelumnya. Dan benar kan aku tidak diterima.
Kecewa? Jelas iya. Segala komentar aku keluarkan "seandainya.." " seandainya.." Namun, kita juga perlu memandang ke depan. Jangan terus-terusan menyalahi masa lalu. Jika kita sudah menetapkan pilihan, jalani saja dan kejar betul-betul. Semenjak saat itu, pilihanku hanya FK meski sempat bimbang saat memilih.
Intinya, tetap semangat ya! Jangan berlarut-larut dalam kesedihan.
Salam bahagia,
Zhola
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Impian
Non-FictionSebuah Perjuangan dalam Meraih Impiannya berdasarkan kisah nyata penulis dan orang-orang di sekitar penulis. Untuk teman-teman yang merasa bagian dari cerita ini, this is for you. Penulis berharap dapat memberi motivasi kepada adik kelas maupun tema...