Winter Tears

2.5K 167 13
                                    

I recommend you to listen to:
🎶Coming Home - NCT U

On repeat, cus maybe it'll help you feel the plot: )

Enjoy!~

Lagi lagi, aku terbangun dengan lelehan air mata yang sudah membanjiri kedua sisi wajahku. Bahkan, setelah aku kembali ke alam sadarku, aku masih saja terisak dan hatiku terasa sangat sesak dan terenyuh.

Musim dingin kali ini benar benar diluar perkiraan warga desa. Volume serpihan es yang turun dari langit meningkat dari tahun sebelumnya yang membuat udara berkali lipat menusuk permukaan kulit. Bahkan, rumah yang ku pakai berteduh tidak cukup untuk menangkal angin musim dingin kali ini.

Aku mencoba untuk untuk menetralkan napasku dan mengusap kedua sisi wajahku secara terburu buru. Mungkin aku menangis dalam tidurku karena udara dingin ini, sebaiknya aku menyalakan perapian di ruang tengah untuk menghangatkan suhu rumahku yang hanya beberapa petak ini. Akupun berjalan keluar dari kamar dengan selimut tebal lusuh melingkar di tubuhku. Aku mengambil seikat kayu bakar yang sudah ku pilah dan ku tata rapi disamping perapian, aku menaruh kayu tersebut dan mulai menyalakannya sehingga suhu ruangan perlahan menghangat kembali.

Aku mendudukkan diri di sofa tua yang empuk dan memeluk kedua kakiku. Bunyi hembusan angin kencang diluar dan bara api menemaniku berpikir tentang mimpi yang selalu berhasil membuatku seperti menghilang perlahan diruang kosong dan tenggelam ke danau dingin yang mematikan. Tetapi, di setiap mimpi itu, selalu ada cahaya benderang yang menarikku keluar dari rasa sakit pilu itu.

Cahaya tersebut selalu berubah menjadi siluet seseorang yang begitu indah dan terasa begitu nyata adanya. Aku bahkan bisa merasakan genggaman hangatnya yang selalu menarikku keluar dari kegelapan semesta. Sayang, mimpi tetaplah mimpi. Aku bahkan selalu mencoba untuk mengingat bagaimana pahatan wajahnya dibalik cahaya menyenangkan itu, namun nihil. Sehingga, perlahan air mataku kembali menggenang dipelupuk mata, aku hanya memejamkan mataku dan membiarkan bulir bening itu kembali mengalir bebas.

Dan akhirnya, Aku kembali terlelap di sofa dengan balutan selimut. Membiarkan perapian bekerja semalaman untuk menemani dan menjagaku ditengah badai ribut.

Ethereal

"Haechan... Ayo bangunlah, aku disini."

Haechan mengernyit dalam tidurnya, ia mendengar suara seseorang yang memanggil namanya. Suara yang begitu teduh menyenangkan, seakan Haechan sedang terbang diantara bunga tulip yang siap dipetik dari tungkainya. Haechan perlahan membuka matanya dan betapa terkejutnya saat dirinya menyadari bahwa ia perlahan ditelan oleh kegelapan samudera. Ia meronta seakan pikirannya lumpuh dan tidak bisa melakukan apapun selain tetap merasakan tubuhnya yang mulai mati rasa bagai dihujam jutaan pisau tajam.

Napasnya tercekat dan pasokan napasnya secara boros meluap lewat gelembung udara yang keluar dari hidungnya. Haechan menangis diantara miliyaran titik embun air yang menggenang di permukaan bumi.

Haechan tau ini akan menjadi paragraf akhir dari buku kehidupannya, ia merapalkan doa terakhir pada Pencipta. Ia berterimakasih karena ia di izinkan untuk bernapas dan menikmati ciptaan-Nya yang begitu indah selama masa hidupnya, tetapi Haechan melontarkan rasa kecewanya karena akhir cerita dari buku milik Haechan harus berakhir ditelan kegelapan yang begitu menakutkan dan mencekam.

Ethereal • JaeHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang