Story 10: Izinkan Aku Kembali

8.4K 433 23
                                    

mari berimajinasi bahwa setiap percakapan yang terjadi dengan si tokoh utama 'aku' menggunakan bahasa jepang. karena tokoh utamanya asli jepang. hehe. tapi saran saya sih, mendingan gak usah dibaca kayaknya, soalnya beneran ini cerita gaje banget. semata terinspirasi dari lagunya Bruno Mars "When I was Your Man" 

kalo masih mau baca, yaudah, sok atuh.. ;) 

Happy reading.. 

______________________________________________________________________________

"Same bed but it feels just a little bit bigger now 

Our song on the radio but it don't sound the same 

When our friends talk about you, all it does is just tear me down 

Cause my heart breaks a little when I hear your name 

It all just sound like oooohh 

Mmm, too young too dumb to realize 

That I should have bought you flowers 

And held your hand 

Should have gave you all my hours 

When I had the chance 

Take you to every party 

Cause all you wanted to do was dance 

Now my baby is dancing 

But she's dancing with another man" 

Lagu Bruno Mars yang mengalun merdu di radio membawa memoriku kembali kepada seorang wanita yang pernah tinggal dalam hatiku. Wanita yang kepergiannya sangat kusesali. 

Flashback on 

"Jadi kamu sudah memutuskan? Kamu akan lebih memilih pekerjaanmu itu daripada istri dan putrimu?" suara yang mengisyaratkan kekecewaan itu terdengar dari ujung telepon. 

"Maaf, Ayu. Aku tidak bermaksud begitu. Beberapa hal di sini tidak bisa kutinggalkan," jawabku. 

"Kamu tau sudah keberapa kalinya kamu mengecewakanku seperti ini? Apa kamu pernah menghitungnya?"  

Aku tak bisa menjawab. Juga tak bisa menyangkal betapa pentingnya impian yang dulu kutinggalkan di negeri kelahiranku ini. Juga tak bisa menjelaskan bahwa yang membuatku tak bisa pulang segera bukanlah sekedar proyek yang kuurus di sini, melainkan juga tawaran pekerjaan yang menggiurkanku. 

"Ayu, bagaimana kalau kamu dan Yuri pindah ke Tokyo bersamaku?" hanya itu yang mampu kutanyakan. 

"Shiho.. Itu yang kamu pikirkan? Kamu lupa janjimu saat menikahiku dulu?" 

Pertanyaan itu membuat kepalaku kembali memikirkan janjiku dulu, pada gadis cantik yang kutemui di kampus, ketika kami menuntut ilmu di tempat yang sama. Gadis muda yang mencuri hatiku, membuatku melamarnya bahkan di usiaku yang baru menginjak 22 tahun. 

Suara helaan napasnya terdengar. 

"Ayu.." hanya itu yang mampu kugumamkan. 

"Shiho.. Kurasa yang dikatakan semua orang memang benar. Kita menikah terlalu muda. Kita belum siap untuk kehidupan ini.." 

"Ayu.. Apa yang-" 

"Sudahlah, Shiho.. Kurasa aku sudah lelah dengan kekecewaan yang sama setiap kali. Mungkin sebaiknya kamu mengejar karirmu saat ini. Mengejar mimpimu dan melepaskan kami.." lirihnya. 

Path of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang