2

13 2 0
                                    


    Makan siang berjalan lancar, kurasa. Setelah makanan penutup dan sedikit perbincangan hangat serta basa-basi, aku kembali dijemput oleh Sentinel Ivan, menuju ruangan dimana jadwalku yang berikutnya akan dilaksanakan.

    Ruangan yang sedang kutuju bukanlah sembarang ruangan, melainkan sebuah tempat yang istimewa.

    Mengacu pada kata istimewa, maka itu berarti tidak biasa. Dan kata tersebut juga mendeskripsikan keadaan jalan menuju kesana.

    Kakiku melangkah hati-hati menuruni tangga batu. Tanganku berpegangan erat pada tangan Sentinel Ivan yang dibalut rangkaian baju besi. Sekuat apapun keinginanku untuk tidak berpegangan padanya–karena sebenarnya tangga batu ini cukup mudah untuk kulewati walau dengan lumut tebal di batuannya dan high heels yang menempel di kedua kakiku–lebih kuat lagi alasan Sentinel Ivan untuk memaksaku menggandeng tangannya. Dan sebagai seorang putri, pewaris kerajaan yang baik dan tidak keras kepala, aku menurutinya tanpa membantah.

    High heels-ku menapak di lantai batu yang lembab. Ini adalah sebuah lorong bawah tanah. Lorong ini bercabang-cabang, mengarah ke berbagai tempat yang jarang sekali digunakan kecuali oleh para sentinel. Terdapat pintu kayu yang menghalangi lorong di setiap seratus meter. Beberapa pintu kayu juga terdapat di dinding-dinding lorong, yang berarti ada sebuah ruangan di baliknya. Dari beberapa sudut lorong, tetesan air yang merembes. Entah itu air dari saluran pipa air yang bocor, atau dari saluran lainnya. Tetesan itu membuat genangan kecil di lantai batu, yang membuatnya lembab karena airnya meresap.

    Seperti juga lorong bawah tanah lainnya, suhu disini relatif lebih sejuk dibandingkan di atas. Udaranya juga lembab. Dinding-dinding ditumbuhi lumut. Suara yang bergema, dan pencahayaan dari obor-obor yang menempel di dinding lorong, hanya cukup membuat remang.

    Sentinel Ivan telah melepaskan genggamannya dariku sejak tadi. Namun ia tetap mengawasiku. Waspada agar aku tidak terpeleset atau apalah. Yang penting dia tidak memaksa untuk menggenggam tanganku.

    Kami melangkah menuju sebuah jalan buntu di ujung lorong sebelah kanan. Bayang-bayang yang tercipta akibat cahaya obor tampak bergoyang pelan.

    Aku melangkah mendekati tembok. Tanganku terulur menggapai sebuah batu bata yang tidak terpasang rapi, sedikit longgar. Namun, begitu aku mendorong bata itu, meletakkannya ke tempatnya semula, tiba-tiba terdengar gemuruh pelan. Tembok itu bergeser, memberi celah di tengah untuk masuk ke sebuah ruangan. Sebuah pintu masuk rahasia yang brilian.

    "Aku akan kembali dalam dua jam, Princess." Sentinel Ivan menunduk sopan padaku. Aku mengangguk,  dan dia berbalik. Kembali ke arah kami datang sebelumnya.

   Saat dinding batu telah sempurna terbuka, aku berjalan dengan anggun memasuki ruangan, yang berbeda dengan lorong, lantai ruangan ini terbuat dari pualam mewah. Meski mewahnya tertutupi oleh debu yang begitu tebal, membuatnya terlihat kusam. Aku merasa dikurung oleh kegelapan saat pintu batu kembali menutup. Namun tidak lama, obor-obor yang sama seperti yang terdapat di lorong menyala terang, meski lagi-lagi hanya remang yang dapat diciptakan. Lampu gantung di atas kepalaku tidak berguna. Teronggok bisu. Bahkan aku yakin, lampu itu pasti sudah berdebu dan menjadi sarang favorit bagi keluarga laba-laba, saking lamanya tidak digunakan.

   Ruangan itu berukuran 9 x 6 meter, jauh lebih kecil dibandingkan dengan ruangan manapun yang ada di istana ini, meski memang lebih besar dari sel penjara. Tiga buah rak buku kayu besar berbaris rapi di bagian belakang. Beberapa kotak dan peti kayu tua bertumpuk di sisi kanan dan kiri ruangan. Disebelahnya, berdiri beberapa tumpukan buku yang terdiri dari puluhan buku disetiap tumpuknya, diletakkan disitu karena tiga rak kayu sudah melebihi kapasitas tampungnya, membuat ruangan jadi terasa lebih sesak dan lebih kecil dari ukuran aslinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 10, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Knight in Shining ArmorWhere stories live. Discover now