Satu - Awal Titik Temu

151 9 0
                                    

Aku Putri Ellea, panggil saja Ellea. Siswi SMA kelas dua yang paling sering datang terlambat ke sekolah, bukan telat bangun atau telat akibat macet tapi itu sudah jadi kebiasaanku sejak sekolah menengah pertama. Aku sengaja datang terlambat, untuk apa datang terlalu pagi? Lebih baik tinggal di rumah menikmati secangkir teh hangat lalu membaca buku di teras rumah. Jika kurasa matahari sudah menyengat bunga-bunga yang di rawat dengan penuh cinta oleh bunda, maka kusegerakan menuju sekolah. Seperti biasa, aku menggunakan angkutan umum ke sekolah. Meski akan kerepotan untuk menunggu, aku selalu menikmatinya.
Setiap pagi aku akan berlari dari gerbang sekolah menuju lapangan untuk melaksanakan upacara atau pun apel pagi. Menjadi seorang Ellea mudah, bukan?

"Pak, pak.. Jangan di tutup dulu ya" Ucapku dengan napas sesak merayu Bapak Warman selaku satpam di sekolah untuk membuka pagar

"Ellea, nama kamu Ellea, kan? Bapak sudah hapal nama kamu akibat terlalu sering terlambat. Ayo masuk, upacaranya sudah mau selesai. " Tegas Pak Warman

Berdiri di barisan paling belakang sudah menjadi tempat kesukaanku. Sebenarnya bukan kesukaan, tapi keadaan yang membuat aku berada di sini. Keadaan karena aku suka telat datang ke sekolah.

"Ellea, kamu telat lagi? " Bisik Raya dari barisan paling depan

"Iya, Ellea gitu loh! " Jawabku dengan suara lantang yang tanpa sadar terdengar oleh sekerumunan orang.

Semua wajah yang mendengar suaraku berbalik ke belakang, termasuk satu pria yang berada di barisan paling depan menampakkan wajah marahnya akibat suaraku yang tidak pelan itu. Aku tidak peduli dia siapa, tapi aku keberatan dia menatapku dengan tatapan sesinis itu.

Riuhnya lapangan sekolah menandakan upacara telah selesai. Semua siswa berjalan menuju kelas masing-masing. Tapi ada satu hal yang membuat aku telat masuk kelas. Tiba-tiba pria sinis itu menghampiriku,

"Namamu Ellea, kan? "

"Sudah tahu, masih bertanya"

"Kalau sudah di lapangan mulutnya di kunci ya. Jangan mengobrol lagi! "

"Kamu siapa sih? Orang tadi aku tidak sengaja"

"Namaku Diego Putra Ilhamsyah, panggil saja Diego. Kelasku berdampingan dengan kelasmu"

"Aku tidak bertanya namamu. Sudah, aku mau masuk kelas"

"Tadi kamu nanya, Ell.. "

Belum selesai pria itu berbicara, aku langsung berjalan memunggunginya

"Ell, jangan lupa dengan ucapanku barusan" teriak Diego

"Kalau sudah di lapangan mulutnya di kunci, ya. Jangan mengobrol lagi! " Ucapku sambil berjalan dengan nada yang mengejek

Entah urusannya apa denganku, mengapa dia sesibuk itu? Jika aku di sandingkan dengannya, mustahil sekali. Aku orangnya sering telat dan suka berdiri di barisan paling belakang, sedangkan pria itu tidak pernah telat. Boro-boro telat, barisannya selalu paling depan. Aku tertawa kecil ketika membayangkan hal itu terjadi.

...

"Rasanya baru sebentar di sekolah, sekarang sudah pulang saja. Apa ini mimpi, ya? Jangan-jangan aku masih ditempat tidur terus bermimpi sedang berada disekolah? " Ucapku seorang diri ketika menuruni tangga sekolah.

Aku memang anaknya seperti itu, suka berbicara sendiri. Bukan gila, tapi jika ada satu hal yang ingin kutahu, aku memulai pertanyaan itu untuk diriku sendiri sebelum ke orang lain. Walaupun pertanyaan itu adalah pertanyaan bodoh, dan aku menyadarinya.

Tiba-tiba pria sesempurna Diego memecahkan lamunanku dan menjawab pertanyaan bodohku dari belakang,

"Kamu tidak sedang bermimpi perempuan kecil. Tadi kamu datangnya telat, makanya cepat pulang"

Die EllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang