"Sudah selesai kelasnya, perempuan kecil? " ujar Diego yang tiba-tiba muncul di depan pintu kelas
Ternyata hari ini tidak kalah menyenangkan seperti hari kemarin, kukira waktuku dengan pria aneh ini sudah selesai sampai di pagar rumahku saja. Aku keliru, entah apa inginnya semesta pada dua manusia yang penuh dengan perbedaan ini.
"Ray, aku pinjam sahabat kamu dulu ya. Aku mau bawa dia keliling kota, bila perlu keliling dunia"
"Di bawa saja pak ketua, sudah lama anak ini nggak pernah di ajak jalan sama cowok" jawab Raya seraya meledekku
Raya sudah mengenal Diego jauh lebih lama dariku. Raya adalah salah satu anggota dari organisasi yang diketuai langsung oleh Diego. Tidak habis pikir, dunia sempit sekali rupanya.
"Ih apaan sih, Ray! "
Tanganku diraih oleh Diego lalu jalan keluar berdua,
"Jadi hari ini mau jalan kemana, perempuan kecil? "
"Kemana saja asal tidak sama kamu"
"Ya ampun, ngambeknya lucu"
"Kamu sih, ngapain sampai izin gitu sama Raya? Aku malu tahu! "
"Oh jadi perempuan kecilku malu? Ya sudah, sebagai permintaan maafku, hari ini kita ke toko ice cream, mau nggak kamu? "
Tanpa basa-basi aku meng-iya-kan tawaran Diego. Satu-satunya manusia yang entah dengan ilmu apa bisa tahu semua kesukaanku secepat ini.
"Ice cream coklat satu, mbak. Kalau kamu mau rasa apa? "
"Sebenarnya sih aku suka coklat tapi karena kamu pesannya coklat, aku mau rasa vanila saja"
"Oh jadi gitu, nggak mau samaan sama aku, Ell? "
Ya memang nggak, kita tuh dua manusia yang berbeda. Entah aku atau kamu yang aneh, tapi pasti kamu sih yang aneh. Ucapku dalam hati sambil tertawa
Tanpa berlama-lama, Diego pun memesan ice cream dengan dua rasa yang berbeda. Kali ini ia menyerah pada keinginanku, ia memilih mengikuti lalu berdiam diri menunggu ice creamnya selesai disajikan.
Kring.. kring..
"Pesanan ice cream dengan nomor antrian 154 atas nama perempuan kecil" kata mbak kasir ice cream melalui pengeras suara
Menyebalkan. Pria ini tidak berhenti berlaku menyebalkan dihadapanku. Nama perempuan kecil itu sebenarnya dapat dari mana sih? Heran, manusia seperti dia ditakdirkan oleh semesta untuk berteman dengan manusia seperti aku. Mana mungkin bisa cocok, yang ada nanti akan terus-terusan bertengkar seperti Tom & Jerry.
...
Menikmati Ice Cream di taman yang penuh dengan bunga ternyata menyenangkan, dari dulu aku menikmati ice cream kalau tidak di kamar, ya di teras rumah. Hidupku abu-abu sekali rasanya, tapi aku senang. Meski sejujurnya hari ini lebih menyenangkan.
"Ell, Ice cream vanilanya buat aku saja ya.. Yang coklatnya buat kamu"
"Apaan sih, Die. Orang tadi aku pesannya rasa vanila"
"Kamu kan sukanya rasa coklat, Ell. Mana mungkin aku menikmati ice cream kesukaanmu sementara kamu tidak, kapan-kapan kalau kita ke toko ice cream lagi, aku akan pesan rasa coklat spesial untuk kita berdua. Dimakan ya ice creamnya.. "
Aku terkejut mendengarnya berkata seperti itu. Ia memilih untuk tidak menikmati ice cream kesukaannya demi aku, apa tidak salah? Kukira dia akan mengalah padaku, kali ini ia memang mengikuti inginku tapi pada akhirnya ia selalu menang dengan caranya sendiri.