ASMARALOKA

14 3 0
                                    

Swastamita meninggalkan nabastala
Nelayan mendayung pilaunya
Senja hadir menghiasi cakrawala
Merah merekah berpadu dalam payoda
Lelaki tiba dari seberang kota,
menghembus arumi rindu,
menebar pesona dama
Daksanya mendekat, terpancar mata yang syahdu
Seperti yang kau tahu,
pair jantungku, namun harsa di dadaku
Tak perduli kehadiran syham,
melegakan siangku di waktu malam,
menghangatkan daksaku di waktu petang
Menjelajah dan berpetualang
Ku jadi tak ingin pulang
Ia tak ingin aku hilang
Ia ingin aku menjadi pahang,
biar aku selalu ada untuknya
dan bersemi dalam asmaraloka

****
Hembusan sarayu di darmaga sepertinya ingin berdamai dengan awan oren kala itu. Siapa lagi kalau bukan senja. Senja yang selalu dirindukan orang-orang, tentu saja mereka ingin mengabadikan wajah langit yang sedang merah merekah itu di kamera smartphonenya. Dengan resolusi HD, sedikit sentuhan filter dari aplikasi editor foto profesional. Jadilah foto itu memenuhi feed instagram milik orang-orang penganggum senja. Bahkan tak jarang mereka juga membagikan vidio langit oren itu ke status WhatsAppnya.
Para pelaut yang telah usai menjaring ikan hasil tangkapannya cepat-cepat mendayung perahunya. Atau mereka akan kemalaman. Tak perduli pada keindahan langit oren, atau merah, atau violet, atau apapun itu. Intinya mereka segera pulang, menyapa istri dan anak-anak di rumah dengan senyum sumringahnya.

"Amara.."

terdengar seorang lelaki memanggil namaku. Suaranya membuatku seketika mengangkat rahang, karena cahaya yang remang-remang aku sedikit menyipitkan mataku, aku ingin tahu siapa sosok lelaki yang baru saja memanggilku.

Atau aku salah dengar?

Tapi langkahnya semakin mendekatiku. Badannya yang tinggi membuatku takut tapi membuatku penasaran.

Siapa dia?
Mengapa ada di sini menemuiku di tengah detik-detik mentari tenggelam meninggalkan temannya, langit.

Oh ternyata dia,
dia yang selama ini kurindukan. Bertahun-tahun kami tidak bertemu. Kenapa dia tiba-tiba ada di sini? Dia yang jauh dari pulau seberang, kota seberang, terdampar di hadapanku?

Aku tercekat. Matanya memandangku. Jantungku berdegup tak seperti biasanya, ia membuatku ketakutan. Tapi aku merasa bahagia. Ah, rasa seperti apa ini.

Dia terdiam sejenak, lalu memecahkan keheningan dengan berkata:
"aku rindu padamu"

Ia meraih tanganku, dan membawaku pergi mengelilingi pantai ini, kota ini, kami berpetualang! Ia memandangku, aku memandangnya. Saling terjebak dalam pandangan. Wajahnya yang khas arabiyah, alis tebalnya, lesung pipinya, senyumnya membuat dadaku semakin luruh.

Rasanya sayang sekali bila aku akhiri hari itu. Aku jadi tidak ingin pulang, aku ingin di sini, bersamanya.
Tak perduli gemerlap malam. Intinya ia hadir melegakan galau di siang tadi, menghangatkan ku di waktu petang.

Ia menahanku pulang, tak ingin aku hilang. Ia ingin meruntuhkan dinding-dinding jarak yang telah tega memisahkan kami. Rasa menggebu saat pertemuan pertama dulu, kembali bersemi di malam yang syahdu..

Lintang ReswaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang