Part 4

7 2 0
                                    

"Assalamualaikum," Hany mengetuk pintu kelas, lalu masuk.

Hany menghela nafas, karena mendapat pandangan dari pak Toni dan semua siswa siswi yang berada di kelas. Ia berjalan menuju bangku tempatnya duduk. Di sana sudah ada Meli.

"Dari mana saja, kamu?" tanya pak Toni.

Deg!
Langkah kaki Hany terhenti serentak, saat mendengar pertanyaan dari pak Toni.

"Da ... Dari toilet pak," jawab Hany dengan gugup.

"Bohong! Dia berbohong, pak. Tadi saya lihat, dia pacaran!" seorang siswi dari bangku paling pojok angkat bicara. Ia adalah Meira. Siswi killer di kelas itu.

"Apaan sih lo! Lo punya bukti apa?" Hany tidak menerima pernyataan Meira.

"Ya, gue gak punya bukti. Tapi tadi gue lihat lo lagi pegangan tangan sama kakak kelas!" ucap Meira dengan suara keras.

"Jangan asal nud .... "

"Diam! Hany, Meira, kalian ikut bapak, sekarang." pak Toni memotong ucapan Hany dengan cepat, lalu membawa kedua siswi itu ke luar dari kelas.

"Pak, Hany tidak salah apa-apa kok, dia aja yang asal nuduh, sumpah pak, plis ya ... Pak," Pinta Hany kepada pak Toni.

"Bapak maafkan, tapi kalian berdua berdiri di sana, angkat satu kaki, kedua tangan di pinggang. Sampai nanti istirahat, jam 10.10. Paham? Pasti paham lah, kan kalian pintar, sana." Jelas pak Toni.

"What? Di sana? Hormat? Panas dong pak," sibuk Meira.

"Jalanin aja dulu, gak bakal hitam kok, soalnya udah." ucap pak Toni.

Hany dan Meira berjalan lesu menuju depan tiang bendera dan menjalani hukumannya.

"Gara-gara lo, sih!" bentak Hany.

"Lo juga!" tukas Meira.

"Ih pokoknya gara-gara lo. Gue benci sama lo!" lagi-lagi Hany menyalahkan Meira.

Saat jam istirahat tiba, Meira segera berjalan pergi dari tempat itu dengan perasaan malu, karena siswa siswi sudah keluar dari kelas. Ia berjalan begitu cepat menuju kelas. Hany juga melakukan hal yang sama, akan tetapi langkahnya semakin lesu. Hany menatap ke depan, di sana terlihat ada tiga orang pria yang ia anggap sebagai kakak kelas. Penglihatannya semakin kabur, dan ia pun pingsan di tempat.

"Wah, bro. Pingsan! Tolongin, tolongin!" Ucap Ando.

Kedua kawannya yaitu, Bagus dan Arman segera berlari mendekati Hany.

Ini kan cewek yang yang tadi pagi nekat mau lihat gerhana, Bagus mengangguk-angguk pelan.

"Gue bawa ke UKS deh." Ucap Arman hendak memangku Hany.

"Tidak, bro. Biar gue aja," Ucap Ando hendak memangku Hany.

"Minggir kalian! Gue kenal sama dia, karena gue cowok, pria, alias jantan yang bertanggung jawab dan tidak sombong, maka gue yang bawa." Bagus memangku Hany, dan membawanya menuju UKS untuk disadarkan dan diberi obat. Setelah Hany dibaringkan,

"Gue baru sadar, kalo lo itu cantik. Nama lo siapa sih?" Bagus membaca sebuah nama di papan name teks bertuliskan Hany.

"Pantesan manis, namanya aja madu. Hehe ...." Bagus memandang tajam wajah Hany yang begitu pucat. Ia memandang wajah Hany semakin dekat dan semakin dekat sampai-sampai situasi itu berubah menjadi tegang.

























....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gerhana CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang