Di sebuah pemukiman padat penduduk, ada segerombolan ibu-ibu yang sedang membahas desas-desus kasus virus baru yang mewabah di tanah air. Mereka merasa was-was dengan virus tersebut yang penyebarannya sudah pandemi. Anak-anak mereka sudah diliburkan sampai dua minggu. Sebagian dari mereka yang suaminya bekerja di kantor juga ikut diliburkan dan bekerja dari rumah. Bagi yang suaminya bekerja serabutan atau berdagang, terpaksa masih bekerja.
"Hei, Bu. Sekarang ini kita harus benar-benar jaga kebersihan. Biar enggak kena virus corona," kata seorang ibu berbulu mata palsu bernama Bu Mirna. Alisnya diukir seperti tren yang sedang berkembang sekarang.
"Iya, Bu. Bahaya banget ya virus itu. Sekarang saja sudah banyak yang kena. Se-Jakarta sekarang disuruh lock down," kata seorang ibu berdaster bernama Bu Lina.
"Katanya ciri-ciri orang yang kena virus corona itu, pilek, demam tinggi, batuk tidak berdahak, sampe sesak nafas, ya?" tanya Bu Mirna.
"Iya, Bu Mirna. Karena penyebaran virus ini termasuk cepat. Makannya pemerintah memberikan kebijakan untuk lock down, terus sosial distance juga. Enggak boleh bergerombol, sampe enggak boleh salaman," kata ibu berkerudung. Namanya Bu Ani.
Mereka sontak mundur untuk menjaga jarak.
Uhuk ... uhuk ... uhuk.
Mereka mendengar suara batuk dari dalam rumah tetangga yang dihuni seorang pria pekerja pabrik.
"Bu Ani denger suara batuk enggak?" tanya Bu Lina memastikan bahwa pendengarannya tidak salah.
"Iya, Bu Lina, saya denger," ungkap Bu Ani.
"Saya juga denger, Bu. Itu kayanya suaranya dari dalam rumah Mang Harjo, deh," kata Bu Mirna.
"Jangan-jangan?!" Mereka berkata serempak.
"Mang Harjo kan kerja di PT yang karyawannya berbaur satu sama lain di PT-nya," kata Bu Mirna.
"Coba, Bu. Lapor Pak RT," saran Bu Lina.
Bu Mirna mencoba menelepon Pak RT. Selang sepuluh menit Pak RT datang dengan Pak Mantri dari petugas kesehatan, mereka menggunakan masker dan sarung tangan serta tas yang diperkirakan berisi alat untuk tes kesehatan.
"Selamat pagi, Bu," sapa Pak RT.
"Pagi, Pak RT," sahut ibu-ibu serempak.
Sekarang bukan hanya ketiga ibu tadi saja, kini sudah ada beberapa ibu yang merasa penasaran dengan Mang Harjo yang diperkirakan terjangkit virus corona.
"Siapa Bu orang yang memperlihatkan gejala corona?" tanya Pak RT.
"Mang Harjo, Pak RT. Itu rumahnya," tunjuk Bu Ani.
Akhirnya Pak RT mengetuk pintu rumah Mang Harjo. Ibu-ibu tidak berani mendekat, hanya menengok-nengok saja. Pak RT pun mendengar suara batuk dari dalam rumah Mang Harjo.
"Assalamualaikum," salam Pak RT sambil mengetuk pintu.
"Waalaikumsalam." Suara Mang Harjo terdengar dari dalam sambil membuka pintu.
"Wah ada apa ini, Pak RT. Kok rame sekali," kata Mang Harjo, dia heran melihat RT-nya bertamu disertai orang berseragam seperti dokter.
"Begini, Mang Harjo. Saya dapat laporan kalau Mang Harjo ini mengalami gejala corona. Bahkan saya tadi mendengar Mang Harjo batuk-batuk," kata Pak RT menerangkan.
"Oh saya mau diperiksa Pak RT?" tanya Mang Harjo.
"Iya, Mang."
Pak Mantri melakukan pemeriksaan suhu dan tensi. Namun, didapati suhu badan Mang Harjo normal.
"Suhunya normal. Apa Mang Harjo mengalami sesak napas?" tanya Pak Mantri.
"Enggak, Pak Mantri. Saya sehat," kata Mang Harjo.
"Tadi Mang Harjo batuk-batuk?" tanya Pak RT.
"Iya, Pak RT. Tadi saya batuk-batuk, soalnya tadi saya lagi ngorekin kuping kedaleman jadi bikin batuk, Pak RT," ungkap Mang Harjo.
Pak RT menepuk jidat. Pak mantri pun membuka maskernya.
"Kirain batuk kena corona. Ternyata batuk gara-gara kedaleman ngorekin kuping, toh," kata Pak mantri.
———————
Cerpen di atas dibuat ketika awal isu pandemi covid 19 sekitar bulan Maret. Saya publish di sini untuk menambah daftar cerpen di akun ini.
Salam hangat dari aku.Sari_done
Jadikan Al Qur'an sebagai bacaan utama
KAMU SEDANG MEMBACA
Bibit Singkong (Kumpulan Cerpen)
Short StoryKehidupan tidak melulu mengisahkan cinta antar pasangan. Cinta itu memiliki arti luas, seluas Kalam Allah yang dengan seluruh air di lautan dijadikan tinta pun tak akan cukup menuliskannya. Banyak kisah di balik kehidupan yang akan mengajak kalian m...