Prolog

9 0 0
                                    


"Saya nikahkan dan saya kawinkan, engkau Marvin Renaldi Dwi Bin Renaldi Dwi Jaya dengan putriku bernama Eca Anggreani Binti Handri Rezadi dengan mas kawin emas 16gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai"

Marvin menarik napasnya sejenak. Meyakinkan dirinya bahwa ini adalah jalan yang benar meskipun dia menyakiti perasaan seseorang lagi.

"Saya terima nikah dan kawinnya Eca Anggreani binti Handri Rezadi dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"

"Sah?"

"SAH" serempak para tamu undangan berseru.

Alhamdulillah ucap syukur Marvin dalam hati. Akad nikah yang sederhana tanpa persiapan serba dadakan tapi Marvin berharap dengan kesederhanaan ini akan memulai kebahagiaannya.

Setelah doa selesai Marvin diperintahkan untuk menemui Eca sahabatnya ah lebih tepatnya sekarang istrinya. Sesampai dikamar Eca dia mempersiapkan diri apa yang selanjutnya terjadi.

Tok... Tok... Tok

Marvin mengetuk pintu kamar Eca tapi tidak ada tanggapan. Akhirnya Marvin memberanikan diri untuk membukanya.

"Ca" panggil Marvin saat masuk kamar Eca. Dia melihat Eca di balkon kamar menatap keluar dengan bahu bergetar dan masih memakai pakaian kantor. Marvin perlahan menghampiri Eca lalu memeluknya dari belakang.

"Maaf Ca maaf. kamu pasti terkejut dengan pernikahan ini." kata Marvin

"Kenapa harus dengan pernikahan Vin, apa enggak cukup dengan hubungan seperti ini? Mau sampai kapan kamu terus membuat luka Vin. Aku sudah capek dengan semua ini, tapi kamu..." Lidah Eca keluh untuk melanjutkan kata-katanya. Dadanya terlalu sesak untuk bernafas. Dia terlalu lelah untuk menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan Marvin.

"Maaf Ca. Aku takut kehilangan kamu lagi Ca mungkin dengan cara ini aku bisa bersamamu setiap detiknya" ucap Marvin sambil memeluk erat Eca yang masih menangis. Baru ini Marvin melihat Eca menangis dihadapnya terakhir Eca menangis di hadapannya masih dibangku SMP.

Eca tersenyum miring saat mendengar penuturan Marvin. Dia menghapus air matanya lalu melepaskan pelukan Marvin menghadap ke arah lelaki yang sekarang sudah menjadi suaminya.

"Kamu benar Vin. Kamu sudah bersamaku tapi tidak dengan hatiku. Start your game Marvin" Eca meninggalkan Marvin sendirian di balkon kamarnya, dia tidak ingin melihat wajah Marvin untuk saat ini.

Marvinmembiarkan Eca keluar terlebih dahulu. Marvin menatap punggung Eca yang terusmenjauh dengan tersenyum. "Setidaknya 1-0 selangkah lebih unggul, akupasti menang Ca lihat saja nanti hal-hal yang menarik lainnya"

---

Semoga suka yuhuuu

12 April 2010

CoolesWhere stories live. Discover now