Hidayah

53 3 0
                                    

Assalamualaikum warohamtullahi wabarokatuh. 

Apa kabar Sahabat? Semoga Allah senantiasa melindungi dan memberi kita kesehatan penuh berkah. Aamiin.

Lama sekali saya tak menulis. Kesibukan seolah mengambil alih waktu saya sehingga sulit sekali rasanya saya meluahkan sesuatu di sini. Tetapi sekarang, Alhamdulillah, atas seizin-Nya, hari ini saya bisa menuliskan sesuatu yang mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk saya khususnya, sebagai pengingat diri dan umumnya untuk setiap pembaca yang shalih nan shaliha. Aamiin.

Pernahkah mendengar bahwa hidayah datang dari Allah? Saya yakin bukan pernah saja, melainkan sering kalimat itu mampir di telinga kita. Tapi ketahukah bahwa hidayah itu tak akan datang jika kita tak dijemputnya? berusaha menjemput dengan kita mendekati sesuatu yang lebih baik untuk kita? Baik tempat ataupun keadaan.

Hidayah tak akan subur jika tak dipupuk dan dijaga. Hidayah itu ibarat sebuah pohon kecil. Ketika kita menyiramnya, merawat dan menjaganya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, pohon itu kan tumbuh bertambah dan bertambah besar. Bertambah kuat akarnya, besar batang dan rantingnya, serta lebat pula daun dan buahnya.

Kadang, kita tak pernah menyadari kapan hidayah datang. Pernahkah merasakan kita mengingat sesuatu hingga hati kita tergerak akan Allah? Itu adalah teguran halus. Pernahkah ada rasa hampa dan ketidaknyamanan di hati? Itu adalah sebgian kecil teguran agar kita bisa kembali menengok pada sumber Cinta yang membuat hati kita berbunga. Keringnya hati dari dzikir membuat hati kita gersang. Bukan karena tak ada hidayah.  Melainkan kita yang tak pandai menjaganya. Allah datangkan hidayah dengan cara lembut menerpa hati, namun hati kita yang terlalu keras hingga sulit merasa dan menerima.

Ketika hidayah kita ibaratkan pohon, dan ketika kita tak menjaga juga merawatnya, sama saja hidayah yang telah Allah berikan kita dibiarkan layu. Kita biarkan hati kita kering dan gersang dari dzikir dan berbasah-basah bibir menyebut asma-Nya. Akhirnya, pohon itu akan layu karena kita tak mau menyiramnya dengan ilmu. Ilmu adalah makanan bagi hati. Tak ubahnya tubuh yang membutuhkan makanan. Hati pun demikian. Setelah layu... Kita biarkan daunnya menguning dan berguguran. Semakin larut kita pada ketidaksadaran, maka pohon itu pun mati.

Sahabat, berikan kekuatan pada setiap hidayah yang kita dapat. Ketika Allah telah tunjukan satu kebenaran hingga kita mau berjalan mendekat kepada-Nya...  Jangan biarkan maksiat kecil mengugurkan setiap langkah hingga kita kembali menjauh dari kasih sayang-Nya. Semakin basah hati dengan dzikir, semakin lembut hati kita.  Semakin mudah kita menerima setiap ilmu dan hikmah pun hidayah. Pertahankan agar senantiasa istiqomah. Sebab bukan rindu yang berat, meliankan mempertahankan keistiqomahan untuk senantiasa dalam keridhaan Allah Subhanahu wa ta'ala.  ☺

Tidak bermaksud menggurui, melainkan hanya berbagi. Apa yang saya tuang di pagi ini, tiada lain sesuatu yang saya dapati dari kehidupan yang selalu bisa menjadi pelajaran dalam hidup yang saya lewati. Jika ada sebuah kebaikan...  Janganlah cepat baper, melainkan harus ingat bahwa setiap kebaikan yang dilakukan manusia adalah sebuah perantara kebaikan yang Allah berikan melalui manusia satu pada manusia lainnya.  Maka, ketika kita mau cinta pada seseorang yang berbuat kebaikan, cintakan lah hati kita pada sumber kebaikan yaitu, Allah.

Semoga bermanfaat, menjelang Ramadhan, mohon maaf lahir dan batin. Setiap kebaikan datangnya dari Allah, dan leburukan datang dari dosa-dosa kita. Tiada yang bisa mengangkat segala hal keburukan melainkan dengan taubat. Terima kasih... 🙏

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LENTERA QOLBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang