Mencoba tidak peduli

58 12 18
                                    

Bel pulang telah terdegar, waktunya kembali ke kebebasan hak asasi gue. Seperti biasa, pulang jalan kaki dengan si rizal. Dan di sepanjang jalan , karena kejadian di sekolah tadi. Wajah ayu selalu ada dalam pikiranku. Gila! Sebelumnya gue belum pernah rasain se gelisah ini. Belum pernah rasain se tegang ini. Dan gue masih khawatir dengan ucapan pak ihsan, bahwa besok adalah hari dimana gue mau di pertemukan dengan cewek jutek itu. Sialan...

"Terkadang, pikiran akan membuat gila pemikirnya. Dan ada satu cara supaya tidak gila, yaitu dengan memikirkan supaya tidak memikirkan hal yang bisa membuat gila. Gila kan?"

**

"Eh jal, menurut lo gue harus gimna ya ? Gue gamau ketemu sama tuh cewek jal. Dan lo tau kan, gue gapernah ke kantor guru selama hampir 3 tahun ini. Gue bingung jal..."  Keluh kesah yang gue berikan ke rizal, di balas tawa yang berkepanjangan oleh rizal.

"Hahahahhhahahhahhahahahahahahahhahahahahahhahahahahahhaaahahahahahahahahaahhaahahahhhahahhhahuuuhhh.. gini pen, gue kan udah kenal lo dari bayi.  Dan gue tau betul lo itu orangnya gimana. Kapan sih lo pernah se tegang ini? Yang gue tau, lo tuh orang yang bebas. Orang yang selalu menganggap keseriusan adalah awal dari kebercandaan lu. Dan satu lagi jal, katanya lu gak minat sama si ayu,. Ngapain juga di pikir. Ya nggak?

Kata kata rizal membuat nyaman ke-adaan. Dan dalam hati, membenarkan semua perkataan yang menyadarkan.
Tidak terasa, rumah yang gak jauh dari sekolah akhirnya sampai juga. Rumah gue dan rizal bersebelahan. Dan rumah kami besar, maklum lah kami di lahirkan dari orang yang mampu. Walaupun begitu, gue dan rizal tidak suka berlebihan.

***

Sesampainya di rumah, gue langsung ke kamar dan langsng ke singasana gue. Maksunya ke meja belajar, yang gue gunakan untuk menulis semua puisi-puisi rejceh... Ketika membuka buku puisi, gue melihat tulisan...

"Kisah kita ceritanya panjang, singkatnya bertemu denganmu membuatku berhenti mencari."

"Penta, bangun. Kok sore sore tidur di meja belajar sih? Kamu belom mandi, bagun penta."

Suara yang tak asing terdengar. Iya, itu suara ibu gue. Ibu muda yang cantik. Maklum, dia nikah di usia muda. Dan gue adalah anak satu-satunya.

"Iyaa buk, maaf penta kecapekan soalnya. Hehehe." Gue yang baru bangun dengan wajah yang di imut imutkan :v

"Ganteng bener anak ibu. Sana pergi mandi, biar tambah ganteng." Suruh ibu dengan nada ke-ibu ibuannya.

"Siapp komandan, laksanakan."

****

Suasana hening terdengar, cahaya lampu mulai dihidupkan.  Bertanda. Malam sudah datang dengan gelapnya. Dan malam itu, gue memcoba gak memikirkann kejadian di sekolah tadi. Entah kenapa, masih jam 8 ingin sekali rasanya melanjutkan tidur yang belum terselesaikan. Hehehe

"Hey, kamu penta kan?"

"Iya. Kenapa?"

"Gapapa kok, kamu keren. Hehehe."

"Sebentar, kamu bukannya ayu kan? Adek kelas gue.

"Iyaa mas penta. Saya ayu"

(Cantik juga nih cewek kalau dilihat dari deket. Dalam hati rasanya seperti menyesali)

Menolak GalauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang