01

64 28 11
                                    

Siang itu awan sedang tidak sejalan dengan waktu. Mendung sudah terlihat menghitam diatas sana siap menumpahkan air mataNya.

Seolah tidak terpengaruh dengan cuaca sekitar, gadis itu tersenyum getir seolah alam tau apa yang gadis itu rasakan saat ini.

Gadis itu menangis sambil memeluk nisan disampingnya, seolah yang didalam sana bisa mendengarkan keluh kesahnya.

"Kenapa kamu ninggalin aku? Apa kamu tau setelah kejadian dua tahun lalu aku masih belum bisa terima kepergian kamu" ucapnya lirih sesekali memukul tanah yang sudah basah karena air hujan.

"Aku tau kamu belum meninggal, aku bisa rasain hadirnya kamu disamping aku. Aku harap kamu bisa kembali menjadi lelakiku walaupun aku tau itu gak mungkin terjadi" gadis itu sesegukan tak kuat menahan air mata yang sudah seperti aliran sungai.

Itu sudah rutinitasnya belakangan ini, menceritakan semua yang gadis itu alami setelah kepergiannya.
"Mungkin ini terakhir kalinya aku berkunjung kesini. Kamu tau kan aku gak bisa lama-lama tinggal di sini karena--" gadis itu menjeda kalimatnya, tak kuat menahan tangis.

"Karena aku selalu kepikiran kamu, mungkin dengan aku pergi aku bisa lebih tenang dan kamu gak perlu dengerin ocehanku lagi" ucapnya sesekali tertawa.

"Kamu baik-baik ya disana, aku juga bakal baik-baik aja di lingkungan baru aku. Sampai jumpa" dia berdiri lantas pergi tanpa peduli pakaiannya yang sudah basah kuyup terkena hujan. Ia tidak tau apakah langkah yang di ambilnya benar atau tidak, tapi dia sangat tidak rela jika harus meninggalkan tempat yang penuh dengan kenangan lelakinya dengan dirinya.

Ia memasuki mobilnya lantas pergi dari pekarangan makam tersebut menembus derasnya hujan sore ini.

  •••••


"Lena pulang" sapanya saat membuka pintu.

"Lena kamu kemana aja sih? Kenapa bajunya basah gitu? Kita nyariin kamu dari tadi sayang" ucap Amanda-ibunya sambil mengusap surai rambutnya dengan sayang.

"Maaf mah, tadi Lena ke makam Dava dulu udah lama gak kesana kasihan nanti Deva sendirian"
Amanda tidak tega melihat anak gadisnya terus bersedih seperti ini, terkurung didalam kenangan masalalu.

"Sayang, kamu lupain Dava ya.Dia udah tenang disana, kamu juga udah kuliah nanti tinggal di rumah nenek. Berpisah itu memang hal yang menyakitkan tapi jangan biarin diri kamu terkurung didalam kenangan masa lalu" nasihatnya sambil membawa anaknya duduk di sofa.
"Mama tau kamu sedih, tapi jangan jadikan itu alasan buat kamu selalu murung kayak gini, Dava pasti gak suka liatnya"
Dari arah tangga turun cowok dengan pakaian rumahannya.

"Lagian lo kok cengeng banget sih baru ditinggal pacar aja udah mewek bertahun tahun apalagi kalo ditinggal yang lain lo" cerocos Dito-kakaknya mereka hanya beda dua tahun.

"Kamu ini ya, udah sana ambilin handuk gak usah godain adik kamu terus"

"Sayang mama ke dapur dulu ya? Kamu jangan sedih terus"hiburnya sambil mengelus pucak kepalanya. Setelah di angguki oleh Lena, mamanya beranjak untuk ke dapur.

"Nih handuk lo, manja banget sih ambil handuk aja sampe nyuruh-nyuruh" ucapnya sambil melempar handuk itu didepan wajah Lena

"Ih bang adek lagi sedih bukannya di hibur malah di hujat dasar kakak durhaka"

"Eh upil kuda mau kemana lo! bukannya bilang makasih main nyelonor aja"marahnya karena Lena malah melengos pergi ke kamarnya.

"Heh tai curut siapa suruh lo mau disuruh suruh sama mama tadi wlee"

CELENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang