~Prolog~

9 2 0
                                    

   *Citra POV*

 Suasana pada hari itu sangatlah menyenangkan. Keseharian kami selalu diliputi tawaan yang tak pernah habis. Kami selalu menghabiskan waktu bersama dari terang hingga gelap. Tidak ada satu kata "bosan" yang keluar dari mulut kami.

" Cicit ! "

"Apa ? " tanyaku. Ia tidak menjawabnya, malah menatap wajahku sambil senyam senyum gak jelas. Lama lama ia pun menjawab, " Kok gue baru tahu kalau muka lo jelek ".Seketika wajahku berubah menjadi kusut. Ya, siapa juga kan yang senang wajahnya diejek . Dengan kesal aku membalas " Eh asal aja ya lo ngomong. Malah lo tuh yang jelek kek bukan manusia ! "Bukannya merasa bersalah, ia malah tertawa. Aku pun beranjak bangun berniat untuk pergi darinya. Namun, sialnya ia menarikku balik. "Apa lagi ? ", tanyaku. Ia memberi isyaratku untuk duduk. Aku pun duduk di sebelahnya. " Sekali kali kek lo cantik, jelek terus, gue bosen tau lihatnya", lelaki itu mulai pembicaraan  dengan mengejek lagi.  Dasar emang cowok, ngomong yang nggak nggak aja dari tadi. 

    Aku pun mengalihkan pandanganku, melihat matahari yang sebentar lagi tenggelam. Aku masih bisa mendengar tawanya yang terkekeh kekeh. Tetapi dalam sekejap tawanya tidak terdengar lagi, malah seperti ada yang memelukku dari belakang.  Astaga, ngapain dia peluk peluk aku.  

"LO NGAPAIN PELUK PELUK GU...", ucapanku terpotong setelah mendengar suara tangisan. "Lo, nangis... ? " Aku menoleh ke belakang, melihat wajahnya yang sudah dibanjiri air mata. Aku membuka resleting ranselku, mengambil tisu saku yang selalu kubawa ke manapun. Ku usapi air mata yang membasahi wajahnya, lalu bertanya " Lo kenapa nangis, El. Kenapa ? Kasih tau gue " Aku memaksanya untuk menjawab. 

" Kita nggak akan bertemu lagi setelah hari ini ".....

DEG......



~salam penulis~

Do you remember me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang