s e c h s

94 19 0
                                    

Sore itu bayu mendayu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu bayu mendayu. Menyapu semua yang ia kenai. Dedaunan beterbangan. Di penghujung musim semi, bentangan itu masih membiru.

Leo nampak melayu, matanya bersayup sayu. Sedang gadis di sebelahnya, ia hanya berjalan biasa dengan pikiran melanglangbuana.

Tak ada mulut yang terbuka, tak ada kata yang menyeruak, hanya ada deru nafas yang saling bersahutan. Jangan lupakan, derap langkah kaki menemani sunyi.

Keduanya berpisah di penghujung waktu. Leo memasuki gedung berwana cokelat, sedangkan Yeriana memasuki gedung bercat biru. Tak saling menoleh, barangkali melirik. Canggung menjadi perantara keduanya.

Yeriana menutup pintu kamarnya dengan pelan. Kata-kata yang Leo lontarkan memenuhi isi kepalanya. Sejenak, semua yang tersimpan di sana tergeser dari kedudukannya.

"Akankah kita berakhir seperti itu?"

Setelah menggantung tas selempangnya, Yeriana berduduk di tempat tidur. Matanya menatap kosong dengan pikiran tak tertata.

Dering gawai membuyarkan lamunannya. Tertera nama Jeffrey di layar persegi panjang itu. Tombol berwarna hijau ia geser ke atas. Ditempelkannya benda itu pada telinga.

"Halo!" seru seseorang di seberang sana. Suara orang yang sudah ia dengar sejak anak-anak.

"Kenapa Jeff?" sahutnya. Gadis itu terdiam menunggu jawaban dari sang pemanggil yang tak kunjung bersuara.

"Jeff?" panggilnya. Kemudian suara tawa menggema dari seberang sana, menerpa indra pendengarannya.

Jeffrey menghela nafasnya sejenak sebelum berucap, "Aku rindu."

Pipi Yeriana merona. Wajahnya memanas, otomatis tangannya memegang kedua pipi sebagai reaksi. Beruntung Jeffrey melakukan panggilan suara. Kalau Jeffrey melihatnya, pasti pria itu tak segan-segan menggodanya.

"Jeff percayalah, aku tidak merindukanmu," balasnya. Sesaat kemudian ia tertawa. Tawanya terdengar renyah, mengundang siapa saja ikut terbawa. Buktinya, Jeffrey di seberang sana dibuat tertawa.

"Kau jahat. Tapi aku suka," timpal Jeffrey.

Yeriana meregangkan otot-ototnya tanpa mematikan sambungan telepon di gawainya. Jeffreypun dapat mendengar suara erangan Yeriana dengan jelas.

"Kamu capek?" tanyanya.

Yeriana mengangguk, meski ia tau lawan bicaranya tak dapat melihat. "Iya," jawabnya.

Jeffrey cukup pengertian, ia mengakhiri percakapan mereka setelah mengucapkan 'Selamat tidur' pada Yeriana. Gadis itu tentu saja membalasnya.

Ia merebahkan dirinya, memeluk guling dan tak lupa menarik selimut hingga setengah badannya tertutupi. Yeriana menutup matanya sampai terlarut ke alam bawah sadar terdalam. Meninggalkan bebannya yang menumpuk, sejenak mengistirahatkan diri. Dia berharap, esok hari semuanya baik kembali.

RHONE & ARVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang