Aku Tomboi?

58 4 3
                                    

Setiap pulang sekolah aku selalu merasa sepi, karena mamah, ayahku selalu pulang sore hari dan setiap sudah sampai rumahpun mereka selalu sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Kalau tidak mamah langsung mengurusi Riona adikku yang kedua yang berusia 4 tahun, dia sangat lucu, gendut, putih dan sangat cantik. Riona anak terakhir yang sangat dimanja. Semenjak aku punya adik Thea saja, banyak sekali kecemburuanku padanya. Ditambah lagi ada Riona. Rasanya kasih sayang mamah dan ayah sangat terbagi. Semenjak aku TK saja aku sering berangkat dan pulang sendiri dengan jarak yang lumayan jauh untuk anak usia 5 tahun. Sedangkan Thea selalu ditungguin oleh nenek sejak TK.

Dari kecil aku selalu bermain bersama teman-teman cowokku. Biasanya kita bermain bola didepan rumah tetangga yang jaraknya tidak jauh dari rumahku sampai magrib. Bermain kelereng, bersepedah bersama, berenang di kali. bermain layangan, hingga mengejar layangan. Aku selalu kena marah ayah setiap kali aku pulang magrib. Dari SD pun aku sudah sering sakit-sakitan, maagku sering sekali kambuh, mungkin aku jarang makan, karena kesibukan orangtuaku. Nenek dan tanteku mengurusi adik-adikku, hingga aku merasa yasudahlah mau bagaimana lagi. Walaupun rasanya sedih, tapi aku sebagai anak pertama harus mandiri seperti apa yang ayah selalu ucapkan. Dari SD aku sudah diajari karate, dan setiap sore aku selalu berolahraga lari. Ayah sangat keras dalam melatihku. Telor mentah dan madu sering aku makan untuk stamina.

Aku menjadi anak kesayangan guru olahragaku semenjak SD karena aku selalu menjadi juara pertama putri dan selalu menjadi juara tiga gabungan. Akupun senang menggambar dan mewarnai. Tapi ayah tetap merasa kurang akan hasil hasil yang aku peroleh, hingga suatu hari, aku akan mengikuti lomba. 2 hari sebelumnya aku kecelakaan. Bukan kecelakaan dari motor ataupun mobil. Tapi aku terjatuh dari sepedah bmxku. Saat siang hari aku baru pulang dari sekolah. Ada adik kelas cewekku bernama cika yang beda 2 taun denganku, tiba-tiba menaiki kuda-kuda sepedah yang sedang aku jumpingkan. Sehingga stang sepedah yang tidak ada karetnya menancap persis di alat vitalku. Kalian bisa bayangkan betapa sakit dan perihnya saat itu. Darah yang mengucur dari rok sekolahku bagai ibuk-ibuk yang sedang keguguran. Aku belum merasakan sakitnya saat terjatuh. Tapi saat aku berdiri diam, darah itu mulai mengalir. Baru aku sangat histeris. Banyak ibu dan bapak-bapak yang membantu menolongku saat itu. Cika merasa bersalah dan meminta maaf. Tapi aku tak menghiraukannya, karena sakitnya pun mulai terasa. Aku dibawa ke taman dekat tempat kejadianku terjatuh. Bapak dan ibu-ibu yang ada disitu mencoba menenangkanku. Dan mereka menghubungi orang tuaku yang sedang bekerja

Setelah beberapa saat aku menunggu di rumah sambil menangis. Aku menelepon kembali mamah dan ayah agar segera pulang.

"Mah, mamah dimana? Buruan pulang!! Kelamin aca penyok" sambil menangis histeris

"Apanya yang penyok?" mamah terkejut tapi sambil tertawa

"KELAMIN ACA PENYOK!! BURUAN PULANG! SAKIT!!" ucapku dengan nada tinggi karena tidak tahan dengan rasa sakitnya.

"Iya sebentar. mamah lagi dijalan sama ayah. Baca istigfar dulu. Tahan ya." Dengan nada lembutnya mamah.

Mamah ayahpun datang dan melihat kondisiku di kamar dengan darah yang ada dimana-mana. Ayah tertawa karena mendengar kata-kataku kalau kelaminku penyok. Pas dilihat oleh mamah ternyata robeknya cukup besar. Pantas saja darahnya tidak mau berhenti-henti saat coba diobati dengan nenekku. Mamahpun panik dan membawaku kerumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit. Perawat disana langsung membawaku ke UGD untuk diperiksa. Ternyata kelaminku harus dijahit. Aku tidak mau karena aku sangat takut jarum suntik. Tapi kalau tidak dijahit darahnya tidak akan berhenti. Dokter pun memberikan alkohol kelukaku.

"Awwww sakit!!" aku teriak padahal jarum suntik belum tertancap

"Belum diapa-apain. Kena aja belum dek" kata dokter sambil terheran-heran

"Dok dok bentar deh dok, kalau misal dijahit sakit ga dok? disuntik dibagian mananya?" tanyaku untuk mengalihkan dokter yang sedang mempersiapkan jarum suntik

"Nanti dibius ya biar waktu dijahitnya ga sakit"

"Tapi dok ntar ga bakal kenapa-napa kan dok?" tanyaku ketakutan.

"Ga kok. Udah, diam dulu ya. Ini mau saya obatin. Mau diobatin ga? Ntar kalau tambah parah gimana kalau ga diobatin" dengan nada tegas karena dokternya pusing mendengar banyak sekali pertanyaan yang terlontar dari mulutku.

"Udah Ca diam dulu ya gimana dokternya mau konsen kalau kamu teriak-teriak terus"

"Iya mah iya" memegang tangan mamah dengan kencang

" Aduh Ca sakit! Jangan kencang-kencang!" kata mamah yang marah karena kesakitan.

"Ahhhhhhhhh sakittttt!!!!!" teriakku saat jarum suntik mulai disuntikan ke kelaminku untuk dibius.

"Ca bisa jangan teriak-teriak mulu ga sih" ayah memarahiku karena malu. Diapun pergi meninggalkan ruangan.

Setelah selesai dijahit rasanya sangat lemas. Dokter bilang, aku beruntung karena kalau robeknya bukan 3 jari diatas selaput. Bisa saja selaputku yang robek. Beberapa hari setelah kejadian itu. Ayah memarahiku karena kecewa denganku tidak jadi mengikuti lomba. Semenjak itu aku mulai malas dan rasanya kehilangan semangat karena ayah telah kecewa kepadaku dan aku jadi merasa gagal. Bagiku kalau ayah sudah kecewa padaku, berarti aku sudah gagal membuat ayah bangga,  dan aku merasa sangat sedih. 

Aku dikenal cewek yang galak dan jutek kepada cowok. Karena ayah selalu bilang harus bisa jaga diri. Mukaku memang terlihat jutek tapi kalau sudah mengenalku aku sangat ramah kepada siapun. Aku ingat kenapa banyak teman cowokku yang segan terhadapku. Karena dulu aku pernah menonjok muka kaka kelasku waktu SD di depan rumah tetanggaku saat main. Saat itu sedang main bentengan tapi aku mendengar omongan temanku yang berkata kalau kaka kelas itu menyukaiku. Coba deh bayangin masih SD, tapi udah suka-sukaan? Tapi saat itu aku belum terganggu. Tapi kaka kelas ini selalu membuatku marah, jail dan tidak mau mengalah. Saat main bentengan itu sudah berjalan cukup lama. Dia membuatku sangat marah dan aku reflek menojok muka dia sampai dia memar dibagian matanya. Dia menonjokku balik. Sama halnya dengan dia, mukaku pun memar. Terus kita benar-benar berkelahi dan teman-teman disana mencoba melerai pertengkaran kami. Dia pergi pulang sambil menangis dan aku tertawa karena aku pikir ini sangat lucu. kenapa bisa sampai begini?

Aku pulang kerumah dengan muka memar, ayah bertanya kepadaku kenapa mukaku bisa seperti ini. Aku mencoba menjelaskan. Tapi setelah itu aku dimarahi seperti biasa dan disuruh meminta maaf ke pada dia. Karena ayah bilang. Ayah mengajarkan bela diri itu bukan untuk digunakan sembarangan dan sesuka yang aku mau. Tapi harus digunakan dengan bijak. 

Esok harinya aku sudah tidak pernah melihat dia main bersama kita lagi. Sampai akhirnya aku datang ke rumahnya untuk meminta maaf. Tapi dia tidak mau menemuiku. 

"Ada apa kamu kesini? kamu kan yang nonjok anak saya sampai memar begitu mukanya? berani-beraninya nonjok anak saya!!" belum ada salam yang terucap dariku tapi mamah rehan sudah memarahiku.

"Maaf tante. Aca reflek karena rehan gangguin aca terus" jawabku menunduk dan mengulurkan tangan untuk salim kepadanya.

"Kamu perempuan! berani-beraninya berkelahi sampai menojok anak tante!" 

"Iya tante sekali lagi aca minta maaf. aca datang kesini juga untuk minta maaf ke rehan dan ketante. " ucapku

 Aku sangat merasa bersalah. Karena perbuatanku benar-benar tidak baik untuk dicontoh. Aku pun meminta maaf. Dan mamahnya bilang agar aku tidak boleh mengulangi kesalahan yang aku perbuat. aku berjanji untuk tidak berkelahi lagi. Akupun pulang dan menceritakan ke ayah. Tapi tidak seperti anak lainnya jika abis berantem dengan temannya pasti akan dibela oleh orang tuanya. Tapi beda dengan diriku. Apapun itu akan kena marah, mau aku salah atau tidak. Agar aku terbiasa untuk intropeksi diri, Dan tidak menyalahkan orang lain.

Beberapa minggu kemudian aku dapat omongan dari teman-temanku yang lain kalau kaka kelas itu sudah pindah rumah. Aku sangat kecewa sekali dengan diriku sendiri karena telah membuat dia begitu. Andai saja kita bisa bertemu lagi aku akan meminta maaf padamu sampai kau memaafkan ku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 20, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bilur MembiruWhere stories live. Discover now