Jejak-jejak

396 47 7
                                    

"Namjoon, kamu belajar apaan?"

Jackson temanku berjalan menghampiri. Aku yang sedang membolak-balikkan halaman majalah perbintangan tak menggubris sama sekali pertanyaan temanku itu. Maka muncullah perempatan di dahi Jackson.

"Namjoon! Dengerin aku wooooi!!" Ia berteriak langsung di samping telingaku membuatku meringis kesal, "duh, apa sih maumu!?"

"Kamu yang cuekin aku!"

"Aku nggak mau diganggu, sialan!"

"Serius, kamu lagi ngapain sih!?"

"Lagi baca majalah!! Puas!?"

"Bilang dari tadi dong!"

"Sudah kubilang aku nggak mau diganggu!!"

"Ah sudahlah!! Capek debat sama kau!"

Aku mendengus kesal dan kembali pada aktivitas awalku; membaca majalah perbintangan. Jackson menghela nafas berat, lalu mengambil kursi dan duduk di sisiku. Menatapku membaca dalam diam.

Aku pertama mengenal Jackson saat kami tengah menjalani ospek. Dia datang menghampiriku di saat kami diberi tugas esai lima lembar dari panitia di tengah camping.

Jackson meminjam pulpen dan bertanya apa tema esai yang harus ditulis. Kemudian kami jadi banyak mengobrol, mengeluh dan mengoceh tentang betapa menyusahkannya ospek yang bagaikan neraka. Dan keakraban kami berlanjut hingga kini.

Jackson menatapku dengan tatapan sendu bercampur bingung. "Namjoon...."

"Apa?"

"Kamu melamun lagi. Apa yang ada di pikiranmu?"

Bola mataku melebar. Memang benar, sudah sekitar lima menit aku terjebak di satu paragraf yang berisi artikel tentang bintang Sirius. Itu karena aku memang tengah memikirkan―lebih tepatnya mengenang sesuatu. Ingatanku melayang ke masa lalu saat dia masih ada di sisiku.

Dulu....

"Baca apa, Tae?"

"Majalah perbintangan."

"Hah? Kamu suka hal-hal berbau astronomi begituan?"

"Yup, karena impianku."

"Kamu.... segitu inginnya mencapai impian konyolmu itu?"

"YAH!! Jangan dibilang konyol dong!"

"Eh? Aah. Maaf, maaf."

"Sudahlah. Omong-omong, kamu tau bintang Sirius?"

"Ng... bintang yang paling terang itu kah?"

"Iya. Nah, kalau aku sudah jadi bintang, aku pengen bisa lebih terang dari Sirius!"

"Emang bisa?"

"Bisalah! Kalau ada usaha. Makanya kamu juga dukung aku dong!"

"Iya. Aku selalu dukung kamu kok. Walaupun kedengarannya mustahil sih."

"Kamu itu ngedukung atau nyindir aku sih!"

"Hehe. Maaf~"

Aku mendengus, "bukan apa-apa. Kamu nggak perlu―"

"Apa soal 'Taehyung'mu itu lagi?"

Untuk kedua kalinya aku terdiam. Menyadari kebisuanku, Jackson segera menyesali pertanyaan barusan, "maaf Joon. Aku nggak bermaksud―"

"Nggak. Nggak apa-apa. Aku memang seperti ini, nggak perlu minta maaf." Ujarku seraya menghela nafas.

Jackson makin mengerutkan keningnya. "Kamu... jangan-jangan belum mengikhlaskan dia?"

"..... Aku hanya mengejar jejak-jejaknya. Mengenangnya. Merasakan apa yang dia rasakan. Apa itu merupakan hal terlarang?" Aku menaikkan sedikit nada bicaraku.

"Nggak kok, cuma kamu nggak boleh terus-terusan terbayang-bayang sama si Taehyung itu. Sadar dong, dia itu sudah mati!"

"Aku bilang aku hanya ingin mengenangnya! Apa yang salah dari itu semua hah!?" Aku menggebrak meja keras, membuat Jackson tersentak kaget.

"Namjoon...." desis Jackson. Air wajah Jackson mengatakan segalanya. Ia takut padaku.

Aku segera berdiri dan berjalan keluar ruangan. Jackson tak mencegah aku pergi menjauh, lagipula aku juga tak ingin ia menghentikanku.

Apa mengenang orang yang kita cintai adalah suatu kesalahan?

☆☆☆

Petang ini hujan turun dengan deras. Aku menatap sendu teleskopku di pojok kamar yang tergeletak kesepian.

Kalau hujan ini berlanjut sampai malam, batal sudah rencanaku untuk mencari dia malam ini. Karena dia akan tertutup oleh awan gelap dan takkan terlihat sepanjang malam.

Tok tok tok!

Telingaku menangkap suara pintu yang diketuk. Siapa yang datang saat hujan-hujan begini? Sepertinya ia sengaja meminta flu masuk ke dalam tubuhnya dengan sukarela.

Aku bangkit berdiri meskipun tubuhku masih dijalari oleh rasa malas. Dengan langkah lambat aku berjalan menyusuri lorong rumah kecilku dan membuka pintu teras.

Krek....

Betapa kagetnya aku saat melihat siapa yang bela-belain datang ke rumahku yang terpencil di tengah hujan sederas ini.

Dengan baju yang seluruhnya basah dan tubuh yang menggigil kedinginan, tamuku yang pemberani berusaha memasang senyuman terbaiknya walaupun wajahnya yang berair karena hujan pucat pasi seperti kertas.

"K-kamu...."

Dan pikiranku segera melesat ke masa lalu yang terkubur jauh di dasar alam bawah sadarku.

☆☆☆

-Tbc-

Let Me Love You (Taejoon/Vmon) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang