Rahasia

19 3 1
                                    

Kalian sungguh ingin tahu rahasia kami? Sepenting itukah rahasia kami untuk kalian? Bahkan seorang ibu pun tak pernah memikirkan uangnya yang selalu hilang karena diam-diam diambil oleh anaknya untuk membeli permen. Jika dipikirkan lucu juga.

Aku terheran. Kenapa tupai suka sekali mencampuri urusan temannya disaat dirinya sedang dalam bahaya? Aku tak membencinya, tentu saja. Hanya tak habis pikir.







Angin berhembus kencang. Langit pun terlihat sangat cerah. Burung-burung beterbangan untuk kembali ke rumah mereka. Gelaran jingga itu sungguh memanjakan mata.







Burung... aku sangat ingin menjadi mereka. Terbang bebas tanpa memikirkan beban apa pun. Pergi kemana pun ku mau. Menjelajahi segala tempat.

Hanya saja terlalu mustahil. Aku sudah terjebak disini. Jika ditanya apa aku menyesal? Jawabanku, tidak. Ya, mungkin aku sudah tak sebebas dulu, namun aku menemukan kebahagiaanku disini.








Dia, yang sejak hari pertama sudah bersamaku. Yang selalu menjagaku. Yang selalu ada saat aku sehat maupun sakit. Yang selalu di sisiku saat hari bahagiaku maupun saat masa terpurukku.








Dia, Lee Jeno. Napasku, detak jantungku, rasaku, pikiranku, segalaku.








Ku rasakan sepasang lengan melingkari perutku. Tak lama sebuah kecupan mendarat di pipiku. Aku hanya tersenyum dengan pandangan yang masih mengarah ke langit. Tak perlu menoleh pun aku tahu siapa dia.




“Cuacanya bagus. Mau bersepeda?”




Mendengarnya segera aku berbalik. Menyandarkan diri pada pembatas balkon. Mengalungkan lenganku ke lehernya. Menampilkan senyum terbaikku padanya.




“Sepedaku rusak. Kau lupa?”




Lalu ku dekatkan wajahku pada wajahnya. Berbagi lumatan di tengah angin yang berhembus kencang. Meremat kemeja yang dikenakannya. Tangannya semakin menarikku mendekat. Hingga kami benar-benar menempel.

Berharap saja semoga tak ada tikus nakal. Aku masih ingin menikmati momen ini.

Aku yang memutusnya lebih dulu. Mengisi paru-paruku dengan oksigen sebanyak-banyaknya. Dia hanya tersenyum. Dengan ibu jari yang menyeka bibirku.




“Bersepeda berdua, denganku.”




Mana mungkin aku dapat menolaknya? Dia terlalu berharga untukku. Lagipula jika di luar sana tak ada serigala, kenapa kelinci harus terus bersembunyi?







Hamparan hijau ini, aku sangat merindukannya. Dengan samudera jingga dipenuhi burung beterbangan. Mentari yang hendak menutup harinya. Sang kejora yang bersinar dengan terangnya. Sangat indah.

Aku membaringkan diri di permadani hijau ini. Bertelanjang kaki menikmati rintik air yang tersisa. Tak apa bila bajuku basah.




Disini tak akan banyak serangga kan? Aku sedang malas berlari. Lagipula untuk apa para serangga pengganggu itu datang ke tempat seperti ini? Apa mereka terpikir akan ada santapan nikmat disini? Ku rasa tidak.




“Jeno-ya.”




Dia hanya berdeham. Tatapannya pun tak lepas dari mentari yang tengah berpulang. Dengan wajah damainya yang mampu menentramkan hatiku.




“Jika kita bisa mencapai cakrawala, apa kau mau mencapainya bersamaku?”




Dia menoleh. Menjadikan lengannya sebagai tumpuan kepalanya. Memperlihatkan senyumnya yang menenggelamkan matanya. Senyum terindah yang pernah ku lihat sepanjang hidupku.




“Tentu. Apa pun yang akan kau hadapi, aku akan selalu bersamamu.”




Dia mendekat padaku. Menempatkan diri di atasku. Meletakkan masing-masing tangannya di kedua sisi tubuhku.




“Dan aku yakin kita bisa mencapai cakrawala, bahkan melampauinya.”




Napasnya menyapu lembut wajahku seiring menipisnya jarak diantara kami. Mulai mengecupi tiap inci wajahku. Aku hanya mampu memejamkan mata, dan menikmatinya.




“Aku mencintaimu, Na Jaemin.”




Aku menatap manik kelamnya dalam. Dengan senyum yang tak luntur dari bibirku. Pun jantungku yang semakin berdebar tak karuan.




“Aku lebih mencintaimu, Lee Jeno.”




Lalu bibir kami bertemu. Saling mencecap, berbagi rasa yang kami miliki. Mencari kebahagiaan kami. Mengarungi surga bersama. Di bawah langit yang mulai menggelap. Dengan bintang-bintang satu persatu bermunculan.







Ya, ini rahasia kami.







Kami saling mencintai. Kami membutuhkan satu sama lain. Dan kami dalam sebuah hubungan.

Jika langit malam saja memiliki berjuta rahasia, maka tak apa kan bila kami memiliki 1 rahasia?

















FIN

Langit Malam 1 Rahasia [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang