Lapangan Basket

6 2 1
                                    

Nafisa's pov

"Kriiingg" terdengar suara alarmku tepat pukul 1:30 dini hari, segera kumatikan alarm sebelum membangunkan keluargaku, ku usap sesekali mataku yang memang terasa berat, dan segera aku beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Ya, inilah salah satu cara agar aku bisa selalu berdekatan dengan Sang Maha Kuasa dunia ini, memohon ampunan Nya dan mencurahkan segala kegundahan hati serta segala harapanku baik untuk saat ini maupun di masa yang akan datang.

"Yaa Rabb... hanya kepadaMu lah aku memohonkan segala harapanku, Yaa Rabb aku mohon, hadirkanlah seorang Imam yang dapat menuntunku untuk istiqomah di jalanMu dan yang ketika bersamanya aku selalu dekat denganMu, serta jadikanlah aku hambaMu yang tidak berlebihan dalam segalanya, terutama ketika aku mencintai makhlukMu. Aaaamiin Yaa Robbal 'Aalamiin." Kucium kedua belah telapak tanganku, kemudian bersujud guna mengagungkanNya.

***

Seperti biasa, setelah aku rapih dengan seragam sekolah dan selesai menunaikan ibadah Sholat Shubuh, segera aku keluar kamar menuju dapur untuk membantu Ummi memasak.

"Selamat pagi bidadari tanpa sayapnya Afi," ujarku sembari memeluk Ummi dari belakang.

"Pagi juga sayang," balasnya sambil memotong bawang.

"Ada yang perlu Afi bantu Ummi?"

"Kamu letakkan saja makanan ini di atas meja makan yaa, sedikit lagi Ummi selesai!" Jawab Ummi sambil menunjuk ke arah lauk dan nasi yang sudah jadi.

"Baik Ummi."

***

Setelah selesai sarapan dan berpamitan, segera ku pakai sepatu dan berangkat ke sekolah dengan bus

Ketika sedang menunggu bus, tak sengaja ku lihat nenek tua dengan penampilannya yang lusuh dan dekil sedang duduk di pinggiran jalan sambil menengadahkan tangannya

"Sedekahnya pak," ujar sang nenek kepada seorang bapak berpakaian rapih yang sedang berjalan, tapi nenek itu tidak dihiraukannya

Aku tidak tega, segera kuhampiri nenek tua itu dan kuberikan beberapa lembar uang saku yang diberikan Ummi kepada nenek tua itu

"Terima kasih banyak nak, semoga keberkahan akan selalu datang di hidupmu, " ujar nenek itu sembari menerima uang yang kuberikan

"Iyaa nenek sama sama, dan terima kasih juga atas do'anya, sehat selalu yaa nek."

Tak lama kemudian, bus yang ku tunggu tiba, akupun naik dan duduk di sebelah kaca, dan saat ku tengokkan kepalaku ke arah nenek tua tadi tiba tiba nenek tua itu sudah menghilang entah kemana

"Aneh" ujarku dalam hati

***

"Nafisaaaaa!" Panggil Zahira mengagetkanku yang sedang membaca buku ini

"Inna Lillahii, ada apa sih Ra ngagetin tau, aku lagi fokus ini!" Jawabku ketus

"Yaaa, abisnya ada berita anget nih, tau ngga sih Rangga Aditya Assegaf si ketua basket yang ganteng putih tinggi dan segala ke perfect annya lagi tanding basket di lapangan, haduuuuuu Maa Syaa Allah banget Naf, kita harus nonton ayooo!" Ujarnya bertubi tubi

Aku menghela nafas malas sambil memutar bola mataku, mulai lagi anak ini

"Iya Ra iyaa, kamu aja yaa yang nonton aku males asal kamu tau, mending baca buku aja oke!"

"Ihhh Nafisa mah ga asik, ayo lah kita nonton lagian Nisa ama Fira juga udah nonton kok, ayoo kita bareng bareng dukung si Mr. Perfect itu!"

"Ihhh, kok jadi maksa kamu Raa, lagian apa enaknya sih nontonin orang yang jelas jelas kenal ama kita aja enggak, terus teriak sambil panggil namanya yang disahutin aja enggak, hadehh bikin cape badan aja tau!"

"Ish udah pokoknya ayok kita nonton!" Jawab Zahira sambil menarik tanganku paksa

***

Di lapangan

"Aaaaaaaaaaaaaaa, Ranggaaaaaa love youu semangat babang Anggaaaa" jeritan semua kaum Hawa yang sedang menonton pertandingan itu

"Ih... kok muka kamu lesu gitu Naf, kamu sakit yaa?" tanya Zahira

"BUKAN SAKIT TAPI MALES TAU!"

"Yaa jangan marah dong Naf, nanti kamunya suka lho ama Babang Angga, "

"Hah, kok kamu jadi ikut ikutan ngomong Babang Angga sih Ra? Lagian mana mungkin Ra, secara aku aja nggak kenal banget ama yang namanya Rangga itu, "

"Iyaa deh iyaa, yaudah nikmatin aja Fi, " ujarnya sambil menyentuh pundakku

Tiba tiba, tak sengaja mataku bertemu dengan mata Rangga si ketua basket itu kemudian ia lambaikan tangannya, ku tengokkan kanan kiriku untuk memastikan bukan aku yang sedang komunikasi dengannya, tapi nihil karena memang aku berdiri jauh dari keramaian, bisa dibilang aku melihatnya hanya dari bawah pohon saja bersama Zahira yang keberadaannya saat ini entah dimana

Merasa ditinggalkan Zahira, akupun beranjak menuju kelas, tapi belum sempurna aku melangkah tiba tiba

"Afiiiiiiiiiii!" Seru Fira dan Nisa bersamaan mengagetkanku

"Inna Lillahii, Ya Allah! Kalian nggak ada bedanya yaa ama Zahira, aku kaget tau lagian kalian kenapa tiba tiba muncul?" Jawabku ketus sambil mengelus dada

"Hihihii, tadi kita liat kamu sendirian aja Afi, jadi kita samper deh," ujar Fira

"Lagian kamu ngapain sendirian aja Fi, bukannya tadi bareng sama Zahira?" tambah Nisa

"Tadi tiba tiba Zahira ngilang gitu aja, padahal sebelumnya dia berdiri di sebelah aku," jawabku sambil menengokkan kepala ke sebelah kanan

"Nah itu Zahira," ujar Nisa sambil menunjuk ke arah masjid

"Oh iya, dia ngapain disana ?" Timpalku

"Bukannya itu Malik si ketua Rohis, kok bisa sama Zahira secara dia kan akhi banget tuh orangnya kayak kamu Fi, kalo kamu versi ukhti nya," jawab Fira sambil memicingkan matanya

"Nah kan kamu cocok banget Fi kalo sama Malik apalagi kalian kan sepasang akhi ukhti gitu, haduuuuu gimana yaa nanti anak cucu kalian, pasti sholeh dan sholehah semua," ujar Nisa

"Ih kok jadi bahas soal anak cucu, ayo mending kita ambil Zahira nya terus ke kantin aku laper!" Timpalku sembari menarik tangan Fira dan Nisa

Sementara di kejauhan tepat di samping Masjid

"Assalamu'alaikum akh Malik," ujar Zahira sambil tersenyum entah mengapa kalau melihat Malik, bayangan masa depannya indah

"Wa'alaikumussalaam," jawab Malik dingin tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang ia baca.

***

Di kantin

"Aaaa yaampun, masa tadi Babang Angga ganteng banget sih, apalagi kalo badannya basah ama keringet gitu," ujar Nisa

"Iyaa emang ganteng banget dia, apalagi pas dia rapihin rambut klimisnya itu, aaaaaaa nggak kuat aku tuhhh," tambah Fira

"Fir, Nis, Zahira kenapa tuh? " Ujarku sedikit berbisik sambil menyenggol mereka berdua

"Ra! " Jawab Nisa sambil menggebrak pelan meja

"Eh, astaghfirullah, kenapa nis? "

"Kamu yang kenapa?" Jawabku

"Oh, engg, gapapa kok hehehehe," Jawab Zahira terbata







🍇🍇🍇

Assalaamu'alaikum semuaa, semoga semua suka yaa ama cerita yang aku buat.

Selamat membaca ❤❤❤

IMANTAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang