'3

173 9 0
                                        

Pagi yang cerah.

Biasanya pagi-pagi begini gue udah kasak kusuk buat berangkat ke kampus. Realitanya hari ini gue masih misuh-misuhan aja di ranjang kosan.

Ini atas titahnya siapa lagi kalau bukan si presiden mas Adnan.

Sekarang pasti mas Adnan udah di kampus dan mantengin dosen yang lagi ngajar. Lah gue? Gue ga bisa ngapa-ngapain di kosan. Kaki kanan gue masih ga bisa di ajak krompomi. Masih kaku di bawa jalan.

Sarapan pagi gue cuma bisa nyemilin beberapa lembar roti selai, sisa dari rumah sakit kemarin. Ini juga pemberian mas Adnan.

Gue juga ga bisa mandi woy. Tapi badan gue ga bau-bau amat lagian.

Fix. Semua yang gue lakuin cuma seputar ranjang.

Ketika gue lagi asik mainin ponsel pintar gue, pintu kamar gue diketuk seseorang dengan pelan. Gue langsung menerka-nerka siapa gerangan yang dateng.

Kalau itu mas Adnan, ga mungkin dia bolos kuliah kan? Secara dia Presiden BEM.

Kalau Bu Endang pemilik kosan juga ga mungkin. Beliau pasti langsung manggil gue dari luar.

Jadi siapa?

Karena gue ga bisa jalan buat bukain pintu, gue nyuruh tuh orang masuk aja langsung.

" Masuk. Pintunya ga di kunci " teriak gue ke siapa pun itu.

Suara pintu kebuka dan pandangan gue menuju ke arah pintu. Pintu kebuka lebar. Seseorang berdiri disana sambil natap ke arah gue.

Debaran jantung gue seketika langsung bekerja lebih cepat. Tubuh gue mematung. Gue ga nyangka orang ini bisa berdiri beberapa meter dari gue sekarang.

" Panji... "

Suara itu. Suara yang gue rindukan. Bohong kalau gue juga ga rindu orangnya.

" Ngapain kamu kesini? " tanpa sadar air mata pun udah menggenang di pelupuk mata gue.

Engga. Jangan nangis Panji. Jangan perlihatkan kalau lo rapuh ke dia.

Perlahan, orang itu mulai mendekat ke arah gue sekarang. Begonya gue cuma ngelitin dia aja. Tanpa bisa ngelarang dia buat mendekat.

" Ji... Aku mau ngejelasin semuanya sama kamu. Aku mohon dengerin aku " Andre berlutut di samping gue yang di atas ranjang. Dia juga megang kedua tangan gue di genggamannya. Gue tetap ga bisa nolak perlakuan dia itu.

" Aku bakal jawab semua pertanyaan yang selama ini mau kamu tanyain ke aku "

" Ke..kenapa? " Cuma itu yang terlontar dari bibir gue. Gue ga ngerti kenapa gue ga ngeluarin semua pertanyaan yang selama ini tersimpan di benak gue ke dia. Selemah inikah gue dihadapan Andre?

" Tentang hari itu... semuanya berawal dari bunda ji " ucap Andre tepat di kedua mata gue.

Gue bingung dengan yang diucapkan sama Andre. Kenapa dengan bunda? Kenapa dengan Tante Dian?

" Bunda tau tentang kita "

Deg.

***

" Apa maksud kamu? " Kenapa Tante Dian bisa tau.

" Bunda curiga semenjak kamu jadi sering nginap di rumah. Awalnya bunda nganggep kita emang kaya sahabatan biasa ji. Kecurigaan bunda makin kuat pas ngeliat aku yang selalu nurut sama kamu. Tentang kebiasaan makan aku, dan semuanya. Aku bener-bener berubah karena kamu. Cara kita saling interaksi di hadapan bunda juga makin nambah kecurigaan bunda "

" Sampai... kecurigaan bunda itu ga menjadi kecurigaan semata. Kamu inget waktu kita ngerayain ulang tahun aku bareng bunda di rumah? Kamu juga nginep di rumah waktu itu. Karena terlalu bahagianya, kita ngelakuin 'itu' untuk kesekian kalinya. Dan nyatanya, bunda ga sengaja ngeliat apa yang kita lakuin, ji "

BERANI COBA? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang