Seorang pria berumur 23 tahun terbangun dari tidurnya, nafasnya memburu, keringat dingin mengucur disekujur tubuhnya.
Lagi lagi, dia mengalami mimpi itu, padahal, sudah 8 tahun sejak keajdian itu, kejadian yang menyebabkan dirinya memiliki taring layaknya vampire, benar-benar mirip Edward, memiliki telinga dan sayap layaknya kelelawar, tapi untungnya semua anggota tubuh barunya itu hanya akan muncul saat dirinya tertekan ataupun marah.
Entah apa yang dilakukan dokter gila bertopeng gas itu hingga dirinya harus menderita sampai sekarang.
Tidak ada yang tahu jika dia~ mungkin manusia setengah kelelawar atau apalah itu, hanya keluarganya saja yang tahu.
"Zior? Apa kamu di dalam? Mama mau bicara." Kata Emma, ibu dari Zior. Tanpa menunggu jawaban sang putra, Emma berjalan masuk kedalam kamar putranya.
Dia melihat putranya dengan tubuh setengah kelelawar, ya, itu adalah hal yang sudah biasa bagi Emma. Meski Zior sering sekali kehilangan kendali, tapi Emma tidak pernah takut sama sekali, karena bagaimana pun Zior tetaplah anak kandungnya.
Emma.....
Tidak akan membiarkan putranya menderita lebih dari ini.
Tapi~
Seseorang tersenyum puas melihat perubahan tubuh Zior, orang itu ..... mengarahkan kamera ponselnya tepat pada Zior
Eh?
"Zior, sampai kanpan kamu akan mengurung diri di dalam kamar, Nak?" Tanya Emma, tangannya membelai pipi Zior lembut, air mulai membasahi kedua pipinya, ibu mana yang tidak sedih melihat keadaan putranya yang berbeda dari manusia pada umumnya?
"Ma, buat apa aku keluar kamar? Aku terlalu malu sama kalian, aku .... aku cuma aib-"
"Enggak sayang, kamu bukan aib, kamu itu anak mama, kita ini keluarga, jangan bilang yang tidak tidak. Kamu akan selamanya jadi anak kebanggaan mama sama papa." Kata Emma, air mulai membasahi pipi Zior seiring dengan hilangnya sayap, telinga, dan taring yang ada ditubuhnya.
Zior benar-benar bersyukur memiliki ibu dan keluarga yang penuh kasih sayang, tidak pernah melemparkan tatapan menghakimi kepadanya sekalipun dirinya berbeda, karena mereka tahu bukan itu yang dibutuhkan seorang Zior Leandro, yang pria itu butuhkan hanya kasih sayang dan dukungan.
Akhirnya, berkat desakan demi desakan dari sang mama, Zior mau keluar kamar. Sampai diruang tamu, keluarga besarnya tengah menunggu. Sorot mata mereka berbinar kala melihat orang yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang.
Lagi, seseorang tersenyum sambil mengarahkan kamera ponselnya kearah Zior.
***
"Bagaimana, Profesor? Apa dia juga akan menjadi subjek eksperimenmu yang berhasil? Sama seperti subjek berhasilmu beberapa tahun yang lalu, atau .... gagal?" Tanya pria bertopi hitam, pakaiannya serba hitam, dia duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan seorang pria lain yang ada diruangan berdinding kaca, pria itu menggunakan APD lengkap dengan topeng gasnya.Di depannya, ada semacam ranjang~ ah, bukan, sebuah meja kaca dengan seorang bocah berusia sekitar 11 tahun dengan tangan dan kaki diikat dan banyak kabel yang menempel dikepala bocah itu.
"P-paman, apa yang akan paman lakukan kepadaku?" Tanya bocah tadi, bola matanya bergerak gelisah seiring dengan pergerakan pria yang menggunakan APD lengkap dengan topeng gasnya, tangannya bergerak menyuntikan cairan berwarna hijau kedalam tubuh si bocah.
"Aaaaarghhh! Sakit! T-tolong hen .... tikan pa ... man." Kata bocah tadi, tubuhnya terus meronta, beberapa pria lain mendekat dan memegangi tubuh bocah itu.
Pria yang menggunakan APD lengkap itu seolah tuli, dia terus menerus menyuntikkan cairan berwarna hijau ketubuh si bocah, tubuh kecil itu mengejang beberapa saat sebelum akhirnya tak sadarkan diri, profesor tersenyum penuh arti.
Bocah itu dipindahkan ke sebuah ranjang, pria yang disebut 'profesor' melangkah mendekat menuju sebuah meja kaca yang lain, disana terdapat seorang bocah laki-laki berumur sekitar 10 tahun dengan tangan dan kaki yang diikat kuat, profesor terus-menerus menyuntikkancairan berwarna hijau pada tubuh si bocah.
Beberapa saat kemudian, tubuh mungil itu tak bergerak sama sekali, profesor mendengus.
Lagi lagi gagal, bocah itu mati mengenaskan. Tubuhnya gosong, akibat terus-menerus disuntik cairan berwarna hijau.
Apa orang-orang dewasa itu sudah tidak punya nurani? Kemana sisi kemanusiaan mereka? Benar-benar kejam!
"Astaga profesor! Kau .... gagal lagi, ya?" Tanya pria bertopi hitam tadi dengan wajah sok 'prihatin'.
"Diam kau! Lagipula, kau yang menyuruhku melakukan eksperimen ini. Itu artinya, justru kau yang gagal!" Jeda, "lagipula, untuk apa kau menyuruhku melakukan eksperiman ini?" Pria bertopi itu tersenyum, senyum yang menyeramkan dengan gigi taring mencuat dari mulutnya. Ya, dia juga salah satu subjek eksperimen profesor yang berhasil.
"Belum saatnya aku memberitahumu, profesor." Kata pria tadi sambil menepuk pundak profesor. Dia lalu melangkah keluar dari ruangan serba putih itu.
-o0o-
Jangan lupa vomen! Kalian juga bisa baca cerita lain saya, cek aja di profil saya. Dank u!
Purworejo, 15 April 2020
N.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are you a Doctor?
Mystery / ThrillerYang kutahu, seorang dokter itu, tugasnya adalah mengobati, mengurangi rasa sakit. Tapi, anggapan itu tak berlaku untuk satu dokter yang membuatku trauma, bahkan depresi, dan hampir saja mengakhiri hidupku. Dia lebih pantas disebut 'monster' daripad...