Chapter 1

4 3 1
                                    


Seorang wanita tengah mengayuh sepedanya dengan sangat tergesa-gesa. Rambut kuncir kuda berwarna hitam itu dengan bebas menari. 3 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup, wanita itu terus melihat jam tangannya yang melekat di tangan cantiknya. Jarak 10 meter dari gerbang, pak Satpam dengan perlahan menggeser pintu gerbang itu agar tertutup. Dengan sigap wanita itu langsung mengayuh sepedanya memasuki area sekolah. Lagi dan lagi ia hampir telat. Ya, wanita itu adalah Keisya. Gadis tomboy yang hampir tidak memiliki teman dekat disekolahnya. Hampir, bukan berarti tidak punya. Keisya mempunyai satu teman dekat diskolahnya, Safira namanya.

Ada beberapa hal yang membuat Keisya hampir setiap harinya telat. Pertama, setiap pagi selesai mandi dan membereskan pekerjaannya di dalam kamar Keisya harus membersihkan rumahnya terlebih dahulu. Kedua, ia harus masak nasi beserta lauk pauknya. Itu semua jika tidak dilakukannya akan berdampak buruk bagi Keisya. Mia, Mama Tirinya pasti akan memarahinya dan menghukumnya. Tak jarang tamparan dan pukulan melayang begitu saja pada Keisya. Hampir 5 tahun lamanya Keisya mengalaminya. Salutnya pada Keisya, ia tidak pernah menyakiti Ibu dan juga saudari Tirinya. Begitulah hidup Keisya, hidup seatap dengan orangyang tidak menyayanginya. Sungguh nyaris. Lebih salutnya lagi, Keisya jarang menangis walau telah disakiti mereka.

Dengan nafas yang tersengal, Keisya berlari menuju kelasnya. 12 IPA 1, adalah kelasnya. Kelas yang katanya kelas Unggul. Dimana juara Umum satu angkatan pasti ada dikelas itu. Tetapi saat ini mereka sedang melaksanakan Ujian Nasional ke 4 nya, yaitu pelajaran pilihan. Keisya memilih pelajaran Fisika dan Fani memilih pelajaran Sosiologi. Dibanding dengan Fani, Keisya jauh lebih pandai. Banyak olimpiade yang ia ikuti selama SMA. Bahkan ia mendapat beasiswa penuh. Dari kelas 1 sampai sekarang Keisya tidak pernah mengeluarkan uang untuk membayar SPP, dan lain-lainnya. Hingga baju seragam pun ia mendapatkannya langsung dari Kepala Sekolah. Hampir di segala bidang pelajaran Keisya menguasainya, kecuali di pelajaran Kimia, dan Seni Budaya. Ia sering tertidur saat pelajaran itu dimulai. Pelajaran Bahasa Inggris, adalah pelajaran favoritnya. Karena sedari kecil Keisya sudah bisa berbicara Bahasa Inggris.

Dewi Amelia Santoso, Bundanya adalah blasteran Jerman dan Indonesia. Bundanya itu sendiri lahir dan lama di Aceh. Sampai akhirnya Handojo Santoso orang Bogor menikahi Dewi. Akhirnya Dewi mengikuti langkah sang suami untuk tinggal di Bogor. Blasteran Indonesia membuat Dewi menguasai bahasa Jerman dan Inggris. Kemampuannya itu disalurkan kepada anak semata wayannya, Keisya. Sedari kecil Keisya sudah dilatih berbicara bahasa Jerman dan Inggris. Alhasil, Keisya memiliki kemampuan berbahasa Inggria yang sangat baik dan juga bahasa Jerman yang cukup.

Hari berlalu begitu saja, tiba-tiba bel pulang pun berbunyi. Keisya yang telah menyelesaikan ujiannya langsung beranjak keluar dari ruangan yang dipenuhi komputer. Tidak ada waktu untuk bersantai bagi Keisya, pulang dari sekolah ia harus langsung bekerja. Ya, Keisya bekerja sebagai waiter di sebuah cafe yang cukup terkenal. Wajah yang sedikit kebulean itu mewarisi wajah Grandfa (kakek) nya. Sehingga tak jarang para lelaki mencoba mencuri hati Keisya. Namun mirisnya sampai sekarang tidak ada satupun lelaki yang berhasil mencuri hati Keisya. Bukan berarti hati Keisya keras. Hanya saja waktunya yang belum tepat. Tidak sedikit laki-laki yang telah mengutarakan perasaannya pada Keisya. Namun Keisya tetaplah Keisya, ia tetap teguh denagn pendiriannya.

"Keisya, ada yang mau gue omongin sama lo. Bisa lo ikut gue sebentar." Ujar Safira teman dekat Keisya sejak kelas 1 SMA.

Keisya mengangguk dan mengekor dibelakang Safira. Ada raut kecurigaan dengan temannya itu. Safira tiba-tiba datang menghampiri Keisya dengan wajah muram. Sepertinya akan ada hal buruk yang terjadi. Langkah Safira menuju ruangan eskul band.

"nggak usah banyak basa-basi ya, gue udah tau segalanya. Lo tega banget sih ngerusak hubungan gue dan Alex" Safira menatap tajam Keisya.

"apaan sih Fir, gue nggak tau lo ngomong apaan?"

ORPHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang