Diperjalanan pulang dari bekerja, Keisya mampir untuk membeli martabak di pedagang kaki lima. Sambil menunggu martabak yang ia pesan jadi, Keisya menatap nanar brosur yang dipegangnya. Brosur yang dikasih Ben tadi pagi itu terus ia pikirkan. Pasalnya brosur itu berisi tentang perlombaan balap motor. Tak disangka dulu waktu kelas 2 SMP Keisya pernah mengikuti perlombaan itu, dan mendapatkan juara 4. Sekarang ia bingung harus berbuat apa. Akankah ia ikut perlombaan itu atau tidak. Perlombaan yang akan diadakan 2 minggu lagi itu. Yang ia fikirkan adalah uang yang didapat jika ia ikut dan menang. Walaupun ia tidak tau pasti berapa itu, tapi ia sudah mendapat bayangan dari perlombaan dulu yang pernah ikuti.
Ketika ia sedang berperang dengan dirinya sendiri, tiba-tiba ada seorang pria paruh baya berlari minta tolong. Refleks keisya menghampiri pria itu. Ternyata pria itu dikejar oleh pria yang ia tabrak tadi pagi,yang sampai sekarang iapun tak tau namanya. Keisya mengiri pria paruh baya itu untuk duduk di dekat gerobak martabak. Melihat pria yang mengejar itu membalikkan badannya Keisya langsung menghampirinya.
"hey pak tunggu." Langkah Keisya menghampiri pria yang umurnya sekitar 25 itu. Pria yang diapanggil itu membalikkan tubuhnya.
"pak, saya tau kalau Bapak itu kaya punya segalanya. Tapi Bapak nggak bisa seenaknya saja menangkap orang begitu saja. Apalagi orang yang akan Bapak tangkap sudah tua. Dasar memang ya, orang kaya zaman sekarang itu nggak ada perasaan sama sekali. Udah deh Bapak mendingan pergi dari sini, sebelum warga di sini ngamuk sama Bapak." Usir Keisya. Pria itu pun pergi begitu saja meninggalkan Keisya.
"makasih banyak ya neng." Ujar pria paruh baya itu setelah Keisya menghampirinya. Setelah mengucapkan terimakasih Pria Paruh baya itu langsung pergi meninggalkan Keisya. keisya dibuat bingung oleh Pria paruh baya itu.
5 menit setelah pria paruh baya itu pergi suara mobil polisi begitu nyaring terdengar. Tanpa menghiraukannya, Keisya mengayuh sepedanya untuk pulang kerumah.
******
Esok harinya.
Pukul 06.30 setelah selesai melakukan pekerjaannya dirumah, Keisya langsung pergi menuju ke tempat di mana ia sering latihan Taekwondo. Setibanya di sana seperti biasa ia memulainya dengan pemanasan terlebih dahulu sambil menunggu murid-murid yang akan ia latih. Ya, sekarang Keisya telah melatih beberapa siswa. Yang dimana rata-rata umurnya 6-8 tahun. Jumlah yang ia latih pun cukup banyak, 10 orang.
Kemampuan bela diri Keisya tidak bisa diragukan lagi. Di umurnya ke 12 waktu itu, Keisya sempat memenangkan kejuaraan asia taekwondo tingkat Junior. Kejadian itu terjadi saat setelah Kepergian Ayahnya tercinta. Mungkin nanti ia juga akan mengikuti lagi kejuaraan Asia Taekwondo, karena itu adalah impiannya sedari kecil. Impiannya pergi keluar negeri telah terwujud, walaupun ia pergi tanpa kehadiran Ayah dan Bundanya. Saat itu yang menemaninya adalah Mbok Inah, ART dirumahnya. Jika ditanya kenapa tidak mama Tigrinya, ataupun saudaranya. Jawabannya, Keisya tidak mau merepotkan mereka. kenapa harus Mbok Inah?. Karena mbok Inah sudah Keisya anggap sebagai nenek sendiri . karena Keisya sendiri tidak mempunyai Nenek dan Kakek dari Ayah maupun Bundanya sejak umurnya 9 tahun.
Pukul 8 pagi Keisya selesai melatih, banyak anak-anak yang mulai diejemput orang tuanya pulang. Hari ini Keisya akan mencari kerja sampingan. Targetnya adalah restoran yang dikenal dengan gaji mahal. Tak peduli posisi apa yang akan dia dapat yang terpenting ia harus bekerja. Untuk cafe yang waktu itu, ia akan tetap kerja di sana. Namun hanya saat malam hari saja. Salutnya dengan Keisya, ia selalu menyempatkan diri untuk sholat dhuha. Bahkan ia jarang meninggalkan sholat wajib. Dengan sepeda kesayangannya Keisya menelusuri kota Bogor yang dikenal dengan kota hujan. Tak pernah ia lupakan jas hujan di mini box yang Ayahnya rancang sendiri di sepedanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORPHAN
Teen FictionKeisya Amelia Santoso anak dari seorang Polisi di daerah Bogor, Jawa Barat. Irjen Pol. Handojo Santoso nama Ayahnya, Dewi Amelia Santoso adalah nama Ibunya atau biasa Keisya panggil 'Bunda'. Keluarga mereka terkenal harmonis, namun keharmonisan itu...