【 Mystery, Sci-Fi, Psychological 】
"Hanya aku yang terbangun pada pagi hari itu."
Belakangan ini banyak sekali kasus anak-anak yang tidak dapat terbangun dari tidur mereka. Meskipun mereka masih hidup, para dokter menyebut peristiwa tersebut s...
Well, if you don't know where to go, Then it doesn't matter where you go.
𖦹𖦹𖦹
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di area taman tertutup, Dr. Liam membawa Lucy ke sana dengan dalih area luar laboratorium—di hutan—sangat lah berbahaya. Itu sebabnya, Lucy hanya diperbolehkan berjalan-jalan di taman tersebut, tidak di luar.
"Lucy, aku harus pergi sebentar. Ada yang perlu aku kerjakan. Apa kamu tidak apa-apa aku tinggal sendiri di sini?"
Lucy menatap Dr. Liam yang sedang memerhatikan arloji di pergelangan tangannya, kemudian mengangguk.
"Tidak apa. Pergi saja," jawab Lucy.
Dr. Liam mengangkat kepalanya. "Tetap di sini dan jangan berkeliaran ke mana-mana, mengerti?" tegasnya. Lucy mengangguk sekali lagi.
Setelah Dr. Liam pergi, Lucy mulai berjalan menelusuri taman—mengamati bunga-bunga indah yang bermekaran menghiasi ruangan yang wangi dan sejuk.
Semerbak aroma tak asing memasuki lubang hidung Lucy dari kejauhan. Matanya mencari-cari ke segala arah. Tanpa disadari, kakinya telah berjalan ke sudut ruangan dengan pohon rindang di depannya dan vernoniaelaeagnifolia yang merambat lebat—menutupi dinding kaca.
"Aku yakin aromanya berasal dari sini..."
Lucy menyisihkan vernoniaelaeagnifolia itu dengan jemarinya dan menemukan pintu kecil tersembunyi di balik tanaman merambat tersebut. Ia mengintip dari celah lubang kunci. Bunga putih dengan sinar biru yang ia temui di mimpi sebelumnya, ia temukan kembali.
Lucy membuka pintu yang tidak terkunci itu dan merangkak memasukinya. Pintu tersebut membawanya ke sebuah hutan rimbun yang didominasi oleh warna hijau alam. Ia kembali berdiri. Bunga yang ia lihat dari celah kecil lubang kunci itu menghilang. Ia tidak dapat menemukannya. Lucy berbalik, namun juga tidak menemukan pintu kecil yang baru saja dilewatinya tadi. Semua menghilang dalam sekejap bagaikan halusinasi. Jadi, bagaimana dia pulang sekarang?
Ia berjalan tanpa tujuan, hanya berjalan dan terus berjalan, setidaknya itu lebih baik daripada hanya berdiam diri di tempat tanpa mengupayakan apa pun.
Pandangannya tercuri ke suatu objek di tengah pepohonan. "Piano?". Ia melangkah mendekati piano tua tersebut dan berhenti tepat di depannya. Beberapa tuts piano itu telah rusak dan berdebu; kakinya telah rapuh, dan badannya tertimbun oleh tanaman ivy.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.