1. telur asin

24 3 5
                                    

“Telur telur apa yang asin?
Ya telur puyuh lah.
Eh😅”

-Misella Nova-

Hari ini cukup cerah, begitu pun dengan gadis ini. Dia baru saja keluar dari rumah untuk berangkat ke sekolah.

Berjalan menyusuri jalan dan berhenti di halte untuk menunggu bus. Tak butuh waktu lama yang di tunggu pun sudah datang. Dia merentangkan tangan kirinya dan melambaikan tangannya tanda untuk berhenti.

Kaki kirinya terangkat untuk menaiki bus dan duduk, mengeluarkan headset bluetooth dan memasangkan di telinganya. Bukan, bukan untuk mendengarkan musik, melainkan radio. Iya radio, semua tipe hp pasti ada fitur radionya.

Dia sangat suka mendengarkan radio ketimbang musik. Ya walaupun di radio juga ada musiknya. Tapi dia tetap suka radio. Kadang sempat juga dia berpikir pengin jadi penyiar radio.

Ya itulah Misella Nova, gadis yang berbeda dari yang lain. Dia lebih suka berkeliaran di dunia sastra dan seni ketimbang akademik. Karena memang di situlah skill dia. Tapi keadaan tidak pernah mendukungnya untuk terjun di dunianya sendiri.

🍂

“Eh katanya, si Reza lagi pulang ke Indonesia. Emang bener?” tanya Zahra.

“Denger-denger sih iya,” balas Keira.

Gadis yang sedari tadi sedang maka mie ayam pun mengerutkan keningnya dan bertanya “siapa tadi?”

“Itu Sell, Reza Pratama. Dulu sebelum Lo pindah ke sini. Dia tuh udah dikirim keluar negeri buat pertukaran pelajar,” jawab Zahra.

Yah mereka bertiga sedang berada di kantin sekolah.

“Iya Sell, dia tuh pinter banget. Paralel 1 terus di sini,” sambung Keira.

“oooo gitu. Btw Kei,” Misell berhenti sejenak dan mencondongkan badannya ke depan dan diikuti dengan Zahra serta Keira.

“Apa Sell?” serius Keira.

“coba lo liat kebelakang deh. Ada buaya lagi liatin lo.”

Yang di suruh pun menengok ke belakang begitu juga Zahra ikut menengoknya. Benar saja di salah satu meja, terlihat seorang cowok sedang tersenyum manis dan melambaikan tangannya.

“Bangke, si fakboi!!!” teriaknya tak terlalu keras, namun cukup terdengar sampai ke meja cowok itu.

Sedangkan Misell hanya tersenyum ketika tak sengaja bertatapan dengan sahabat karibnya yang satu meja dengan cowok itu. Yap, Rans.

Di lain sisi...

“Duhh, dia udah tau lagi kalo gue fakboi” keluh Arya berpura-pura sedih mendengarnya.

“hahaha mampus lu ya, gue yakin dia gak bakalan mau sama lo,” sahut Bayu sambil tertawa.

🍂

Tringgggg...

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring, seluruh murid begitu kompak membereskan barang-barang mereka dan dimasukkan ke dalam tas.Pulang ini Misell berniat ingin bermain ke rumah Rans.

Dia menyusuri koridor sendiri tanpa kedua temannya, Keira dan Zahra. Pasalnya mereka berdua keluar duluan, katanya sih hari ini ada sale di mall. Biasalah cewek.

Setelah sampai di parkiran, terlihat Rans sedang duduk di atas motornya dengan seragam yang dikeluarkan, menambah kesan bad boy di dirinya.

“Hei, udah lama?” sapa Misell.

“Ah gak kok, baru aja. Ya udah yuk.” jawab Rans, memberikan helmnya. Tadi malam Misell menelfonnya dan bilang besok ingin ke rumahnya. Jadi dia membawa helm satu lagi untuk Misell.

“Entar mampir beli Thai Tea dulu ya. Tapi kamu yang bayar,” ucap Misell dan terkekeh di akhir kata.

“Iya.” balas Rans, tersenyum.

Misella tak pernah malu  meminta apa pun ke Rans. Begitu pun Rans, dia akan menuruti kemauannya. Asalkan dia senang dengan apa yang diinginkannya.

Rans sudah menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Tak ada perbincangan hanya suara kendaraan saja yang mendominasi. Rans juga tak akan membuka suaranya, karena dia tau sahabat kecilnya sangat suka suasana perjalanan. Entah apa yang membuatnya suka. Gadis ini memang benar-benar beda dari yang lainnya.

Rans menepikan motornya di tepi jalan dekat si penjual Thai Tea.

“lo disini aja, gue yang beli,” ucapnya dan hanya dibalas dengan anggukan kecil.

🍂

Sekarang mereka berdua berada di taman belakang rumah Rans. Dengan laptop yang diatas meja kecil dan beberapa camilan. Mereka duduk lesehan.

“lo mau ngerjain tugas?” tanya Misell

“iya, di suruh buat kliping sama pak Didi.”

Rans sudah sibuk dengan laptop dan buku-bukunya. Sedangkan Misell? Entahlah dia sedang apa, yang jelas dia sedang membuka sesuatu.

Kreekk

“Rans mau minta nggak?”  tawar Misell

“Apa?” tanya Rans masih fokus sama laptopnya.

“Telur asin. Nih mau?”  ucap Misell melihatkan telur berwarna hijau tosca.

“Mau tapi suapin yah,”

“Ck dasar manja,”

Misell mulai menyuapi Rans dengan sendok yang sama dengannya. Tak ada rasa jijik diantara mereka berdua, itu sudah biasa bagi mereka.

“Lo suka banget sama telur asin Sell?”

“Suka, emang kenapa,”

“Jangan sering-sering makan telur asin,”

“Nggak sering kok tapi jarang,”

“Jarang tapi kan sekali makan bisa 5 telur,”

“Hahaha iya sih, tapi kenapa nggak boleh Rans?”

“Ntar Lo darah tinggi makan asin mulu,”

“Darah tinggi? Ya bagus dong gue kan darah rendah,” ucap Misell, menunjukan sederet gigi putihnya.

“ya nggak ada yang mending lah.”

Bersambung...

Marhaban ya Ramadhan, marhaban ya Ramadhan, marhaban ya Ramadhan...
Yey hari pertama puasa, semoga lancar yah teman-teman 😊.

Salam,
diahnurul



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang