Creepy Pasta

52 5 0
                                    

Nasib Tetangga Penggunjing


"Lihat deh, si Ghina! Kerjaannya pulang malam terus. Malahan pagi tadi, subuh baru pulang." Wanita berambut pendek yang berusia sekitar tigapuluhan tengah melirik-lirik ke arahku dari jarak sepuluh meteran.

"Wah, jangan-jangan ada main lagi," balas wanita di sebelahnya sembari memainkan perhiasan yang melingkar di tangannya hingga menimbulkan bunyi gemerencing.

Aku sudah terbiasa mendengar gunjingan tetangga, meski kuping panas seperti mengepulkan asap, tetapi masih bisa kutahan agar tak meledak saat ini juga. Andai saja mereka tahu apa yang sebenarnya aku lakukan di luaran sana, masihkah berani mereka berkata demikian?

Kantong plastik di tanganku sudah masuk ke dalam tong sampah. Dengan langkah santai, aku menghampiri dua orang tadi yang tengah menunggu tukang sayur lewat.

"Mbak-Mbak, malam ini saya di rumah, loh. Berhubung hari ini saya ulang tahun, jadi Mbak-Mbak datang, ya, ke rumah! Tenang, ada jamuannya, kok," ujarku dengan senyum seramah mungkin.

Malamnya, aku sudah menyiapkan sajian yang rata-rata terbuat dari olahan daging. Padahal stok dagingku di kulkas sudah menipis, tapi tak apalah, khusus untuk tetangga spesial. Jarang-jarang 'kan ada orang yang berkesempatan makan bersama denganku dalam satu meja. Ah, atau mungkin ini makan malam terakhir mereka?

Tepat pukul delapan malam, Mbak Lusi dan juga Mbak Reni mengetuk pintu rumahku. Segera kupersilakan mereka masuk dan menggiring ke ruang makan. Dengan lahap mereka menyantap sajian, hingga badan mereka sampai oleng dan terjatuh dari kursinya.

Manjur sekali racun serangga yang kubeli kemarin. Kuambil sebilah golok yang sudah kuasah, lalu dengan mata berbinar aku mulai memotong bagian tubuh Mbak Lusi lebih dulu. Bola matanya begitu bulat, wajar saja jika matanya sering jelalatan mencari bahan gosip.

Dengan sekali tebas, jemari lentik itu sudah tercecer ke mana-mana. Kupunguti benda berkilau yang sudah bercampur dengan darah, lumayan juga untuk kujual besok. Sekarang saatnya membelah organ yang amat kusukai. Perut. Walau aku agak sedikit kesal karena perut keduanya sama-sama langsing, padahal aku menyukai perut tambun yang lebih banyak dagingnya.

Setelah terbelah sempurna, kuambil satupersatu benda lembek yang penuh darah. Kemudian memasukkannya ke dalam kantong plastik yang kuambil dari dalam saku celana. Kalau orang di luaran sana berkantong tebal karena diisi uang segepok, berbeda dengan sakuku yang penuh plastik besar.

"Kalian mau tahu 'kan apa yang aku lakukan setiap malam?" ucapku sembari tersenyum puas.

Tamat

Temaram Bulan, 15 April 2020

Creepy nggak, sih? Keanya enggak dah:(
Bodo ih, jiwa-jiwa psychoku udah diambil sama Mbak-Mbak Red Velvet. Yang ada tinggal jiwa emesh Chewing Gum-_


Kata Untuk KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang