01 : PLIANT ON HAVING DREAMS
Mereka tertawa. Bersama. Pipi terbakar merah, suara gabungan mereka terdengar seperti lagu melodis yang Seungmin bisa ulang sampai kapanpun. Kehadiran Chan saja sudah seperti piano dimainkan oleh jemari para dewa, menenangkan. Seungmin ingin terus menerus tenggelam di dalam tangga nada yang bertuliskan Chan.
Tanpa sadar hati berdenyut, inginkan momen ini dihentikan. Agar Chan dan dirinya bisa tinggal disini, dengan segala ketenangan perpustakaan yang jarang digunakan orang. Kepala tertidur ria di pangkuan. Tangan berulang-ulang sisir rambut hitam legam. Tatapan seakan dunia mati, seakan oksigen tidak lagi berputar memeluk mereka berdua.
Tidak masalah dengan Chan menyisipkan agenda membaca buku sambil tertidur di pangkuanㅡtoh akhirnya nanti buku itu dibuang, entah kemana ketika bibir saling membakar habis sumbu ledakan di hati.
Lagian, Seungmin paling suka ketika Chan selesai membaca buku. Lelaki lebih tua itu akan mengutarakan pikiran. Membuat Seungmin berasa seperti dialah satu-satunya untuk Chan. Karena Seungmin tau Chan pendiam pada orang lain. Tidak mau bagi pemikiran yang sudah meledak di kepala.
"Pup, menurutmu, apa kita hidup sia-sia? Maksudku, kita sudah tau diujung hidup akan kehilangan raga. Lalu apa tujuan kita bersusah payah mencoba berlari agar sukses hanya dikemudian hari untuk dihancurkan?"
Chan itu, abstrak. Terjebak dalam pikiran sendiri. Entah mengapa buat Seungmin jadi lebih tertarik, layak kutub-kutub magnet. Chan utara, Seungmin selatan. Sebab Seungmin berpikir seperti itu karena Chan bebas, free. Bisa terbang kemanapun dengan pikiran briliant serta kemampuan dalam bidang musik dan literatur. Utara berada diatas, seperti halnya langit. Luas, terbentang, dan dikagumi banyak orang berpikiran terbuka.
Sedangkan Seungmin? Jujur saja tidak ada apa-apanya dengan Chan. Makanya suka diibaratkan dengan tanahㅡkarena itu tempatnya nanti.
"Karena itulah hidup, hyung. Sudah takdir dari Tuhanㅡwe can't do anything about it."
Tuh, kan. Jawaban terlalu sederhana dan monoton. Sama sekali tidak bisa mengimbangi Chan. Pikiran tidak segenius lelaki tertidur di pangkuan.
.
.
.
.
.
.
."Hey! Earth to Seungmin??? Hello?!"
Seungmin sadar dari pikiran. Lagi-lagi. Selalu begini. Daydreaming out of nowhere. Selalu Felix yang sadarkan. Tidak bisa sadar secara sendiri.
Dan Seungmin hanya tersenyum. Coba buang rasa bersalah. Lanjutkan makan, terasa hambar di mulut tetapi dipaksa.
Selalu seperti itu. Semenjak Chan pergi dan bawa seluruh warna di hidup.
-
tryna get this good but failed 'm sorry
KAMU SEDANG MEMBACA
To The Moon / Chan, Seungmin
Fanfiction( completed ) seungmin knows no one's talking back. → written in bahasa, bxb