Pagi itu, untuk pertama kalinya, Taeyong menginjakkan kaki di gedung utama Voux Hotel. Atau lebih tepatnya gedung ini bernama JnG Corp. Jaraknya tidak begitu jauh dari Voux Hotel, hanya sekitar 15 menit jika ditempuh dengan mobil.
Tadi di perjalanan menuju JnG Corp, Seulgi suda menjelaskan semuanya. Wanita cantik itu berkata jika asistennya baru saja mengundurkan diri dan seorang temannya merekomendasikan Taeyong. Sebenarnya hal ini agak janggal, mengingat Taeyong tidak punya banyak teman, Taeyong tidak kenal satupun teman Seulgi maupun dengan karyawan di gedung JnG Corp. Lantas, siapa?
Saat bertanya, Seulgi mengibaskan tangannya sambil terkekeh, "sudahlah kau tidak perlu tahu, itu tidak penting."
Membuatnya menciut seketika. Ia sadar posisi disini dan Taeyong tidak mungkin memaksa Seulgi, bukan? Itu sama saja ia bertingkah kurang ajar.
"Nah, selamat datang diruangan barumu, Taeyong." Si pemilik nama tersenyum kikuk. Demi Neptunus! Ruangan ini sangat besar! Di ujung, tedapat sebuah pintu yang ia yakini adalah pintu ke ruangan Seulgi.
"Nonaㅡ aku merasa tidak pantas berada disini."
Ya, itu adalah fakta. Taeyong sangat merasa kecil ketika berada diruangan yang sangat mewah ini. Seumur hidupnya ia hanyalah orang miskin yang tidak pernah bermimpi untuk menginjakkan kaki di tempat seperti ini.
"Oh, tidak tidak. Jangan panggil aku seperti itu!" Seulgi berjalan menghampiri Taeyong dan menaruh tangannya di masing-masing bahu Taeyong. "Cukup panggil aku Seulgi dan sekarang rapihkan dulu dirimu. Ada beberapa baju ganti di lemari itu lalu jika sudah selesai kau bisa memanggilku. Aku akan mengajarkanmu menjadi asisten manajer disini." Ia menepuk lembut bahu Taeyong sebelum pergi ke ruangannya.
Taeyong menampar pipinya sekali lagi. "Oh Tuhan. Ini sungguhan dan bukan mimpi." Ia bergumam sebelum melakukan apa yang diarahkan oleh atasan barunya.
•
•
•Ini hari ketiga Taeyong menjadi asisten Seulgi. Semua baik-baik saja walaupun terkadang Taeyong menjadi lebih sibuk karena pekerjaan disini amat sangat banyak. Akibatnya, Taeyong merepotkan Doyoung untuk menjemput Lami dari sekolah kemudian mengantar Lami ke rumah. Anak kecil nan pintar itu sudah terbiasa tinggal dirumah sendirian tanpa Taeyong jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan.
"Laporan perpajakan.." Taeyong bergumam, matanya sibuk tak berkedip memandangi layar komputer dihadapannya.
Klek
Tiba-tiba pintu terbuka dengan agak keras, membuat kepala Taeyong otomatis menoleh ke sumber suara. Mulutnya terbuka, buru-buru ia berdiri dari posisi duduknya.
"Karina?"
"Jaehyun?"
Panggil mereka berbarengan. Menimbulkan raut bingung dari kedua manusia disana. Yang lebih pendek masih sibuk dengan pikirannya sendiri hingga tidak menyadari jika satu lelaki disana tengah berjalan kearahnya.
"Siapa kau?" Tanyanya dengan nada yang mengintimidasi. Sedangkan si lawan bicara semakin bingung.
"Kau tidak mengenalku? Bahkan kau sudah mengetahui rumahku, Jaehyun?"
Dalam hati lelaki yang di panggil Jaehyun itu menyeringai. Ia semakin mendekatkan wajahnya, membuat yang lebih pendek gugup seketika.
"Kau mengira aku Jaehyunmu, eh?" Ia tersenyum seram, namun entah kenapa senyuman itu justru terlihat berkali-kali lebih seksi dan tampan? Taeyong rasa ia mulai gila.
"Hey, jangan melamun!" Si pemilik surai hitam itu menepuk tangan satu kali di depan wajah Taeyong, membuat sang empu mengerjapkan mata.
"Maaf Jaehyㅡ"
"Aku bukan Jaehyunmu. Sudah aku bilang sedari tadi."
Terdiam lagi dan lagi, Taeyong hanya menampilkan raut linglungnya. Dan si Jung itu hampir terpesona dengan wajah lucu milik Taeyong.
"Sudahlah lupakan, aku kesini untuk mencari Karina. Dimana dia?"
"Karina?"
Sebelum Jeffrey melanjutkan ucapannya, pintu ruangan Seulgi terbuka terlebih dahulu. Taeyong tersenyum lega, setidaknya akan ada yang meng-handle kebingungannya.
"Ada apa?" Tanya Seulgi tanpa basa basi seraya melipat kedua tangan di ada.
"Karina. Dimana dia?"
"Rumah, mungkin?" Seulgi berjalan kearah Jeffrey lalu melanjutkan ucapannya. "Jangan pernah datang ke ruanganku lagi karena Karina sudah tidak ada disini. Sekarang kau bisa pergi."
Dengan perasaan gondok, Jeffrey berjalan menjauh. Namun ia masih bersuara sebelum menghilang dibalik pintu. "Kalau kau iri setiap kali kami seks diruanganmu, kau bisa terus terang."
Seulgi hanya mengepalkan kedua tangannya kesal. Ia tidak mau membalas perkataan Jeffrey karena itu akan membuat dirinya menjadi orang gila. Jadi lebih baik ia diam dan pura-pura tidak dengar meskipun hatinya sudah diliputi emosi.
"Nonaㅡ Seulgi, kau butuh minuman? Aku akan membuatkan untukmu."
"Tidak perlu, Taeyong. Aku bisa meminta pada OB nanti."
Taeyong hanya mengangguk. Namun pandangannya tak lepas dari Seulgi, dan perempuan itu tahu arti wajah Taeyong yang penuh tanya. Jadi, dengan senyuman Seulgi berjalan mendekati Taeyong lalu mengelus lengan lelaki bersurai brunette.
"Lupakan kejadian tadi untuk sejenak, oke? You will find out the answer of this situation by yourself. For now, go back to work."
Tersenyum paksa, akhirnya Taeyong mengangguk. "Baiklah, Seulgi. Terima kasih."
Taeyong duduk di kursinya sambil memijat kepala. Sungguh, kenapa Seulgi tidak mau memberitahu? Kenapa pula sifat Jaehyun berbeda dan sangat bertolak belakang? Terlebih lelaki itu tidak mengenali Taeyong. Aneh, ini sangat aneh.
Meanwhile
Mata itu tidak bergerak barang satu-inch pun. Namun ekspresi wajahnya terkadang berubah-ubah seperti tersenyum, datar, dahi yang berkerut, dan terkahir wajah itu menunjukkan ekspresi marah akibat kejadian tak terduga. Jung Jaehyun melupakan fakta jika Jung Jeffrey masih sering datang ke kantor ini. Tangannya dengan cekatan mengambil telepon lantas men-dial angka 4 disana.
"Jika Jeffrey datang lagi ke kantorku, kalian bisa mengusirnya. Tapi ingat, jangan menyentuhnya dan tidak ada kekerasan sama sekali."
TBC
It's been a long time. Gak yakin masih ada yg nunggu buku ini tp I'll update as fast as i can (tp boong)😣
Your feedback really encourage me to continue next chap asap. Paypay!
KAMU SEDANG MEMBACA
Game of Destiny ⭑ Jaeyong
Science Fiction[Sci-fi] [Mpreg] Jung Jaehyun dan Jung Jeffrey adalah kembar identik. Wajah, tinggi, bahkan wajah mereka pun sama. Keduanya sama-sama memiliki perasaan kepada Lee Taeyong, seorang lelaki spesial yang memiliki satu anak.