cyj

895 107 49
                                    

Warning: Terdapat adegan kekerasan dalam cerita ini, dimohon kebijaksanaan pembaca.
.
.
.
.
.

•°•°

"Uhuk!" Nafas Soobin tercekat, tangannya gemetar hebat menahan lilitan ikat pinggang kulit yang semakin mengerat di lehernya berusaha memutus aliran nafasnya. Ketakutan nampak jelas di wajahnya yang semakin kurus dan pucat.

Memar bekas ikatan di sekujur tubuhnya juga semakin parah, membuktikan ia hampir tidak punya ruang bergerak. Selalu terikat di lantai dingin kamar sahabat baiknya, yang saat ini lebih seperti keturunan malaikat pencabut nyawa daripada seorang sahabat.

"Sudah kubilang berhenti." Yeonjun berbisik, menarik kuat ikat pinggang miliknya untuk terakhir kali. Sebelum membiarkan Soobin jatuh terbatuk keras di lantai, mengais oksigen yang dipaksa meninggalkan paru-parunya.

Yeonjun berjongkok dihadapan Soobin, mencengkeram dagu yang lebih rendah untuk mendongak menatapnya.

"Berhenti menyakiti dirimu sendiri Soobin, kamu terluka."

Ibu jarinya mengelus sudut bibir yang lebih muda, nada dan raut wajahnya terlihat sedih. Seolah prihatin akan nampak tubuh Soobin yang dipenuhi luka-luka memar walau faktanya dirinyalah penggores  luka tersebut.

"Memangnya kamu gak merasa sakit?" Pandangan Yeonjun turun ke arah lehernya yang memerah, lecet akibat permukaan ikat pinggang yang kasar dan keras.

"Lihat akibat perbuatanmu."

Wajahnya merendah menuju perpotongan leher Soobin dan mengendusnya, mengecupi permukaan kulit yang menjadi kasar akibat tergores. Tak ia hiraukan tubuh yang bergetar semakin kuat itu.

"Kamu menyakiti dirimu sendiri Soobin, bukan aku." Yeonjun melepaskannya, membiarkan tubuh lemasnya tersungkur di lantai keramik yang dingin. Kehabisan tenaga.

Yeonjun mendesah kesal, meraih rokok menyala yang ia lupakan sejenak. Tatapannya congkak, menatap kebawah  seperti penguasa.

Bibirnya menyambut puntung rokoknya, menyesap lalu menghembuskan asap lewat mulut, melepas nikotin beracun dalam ruangan.

"Kamu buat aku jadi jahat lagi Soobin."

Soobin tak menyahut, masih diam tak bergerak membelakangi Yeonjun. Tetapi Yeonjun tahu ia masih sadar di sana.

Maka dengan geram ia tempelkan rokok menyala itu di bahu Soobin yang terbuka. Menghasilkan ringisan perih dari pemuda yang masih menolak untuk berbicara padanya.

"Kamu keras kepala ya Soobin?" Yeonjun tersenyum, menempelkan lagi rokok itu di tempat yang sama berulang kali, memutar-mutarkannya membuat lubang. Benar-benar memastikan kulit Soobin sudah terbakar, lalu pindah ke titik lain, melakukan hal yang sama berulang kali hingga punggung Soobin memerah penuh luka.

"Tubuhmu bagus, apalagi dengan hiasan luka ini." Soobin hampir mencapai titik untuk menyerah dan berteriak memohon henti, hanya perih yang dapat ia rasakan sekarang hingga punggungnya kebas seperti mati rasa.

"Kamu indah Soobin."

Satu komentar Yeonjun begitu menyelesaikan luka terakhir di punggung Soobin, puas akan hasil karyanya.

"Jangan lakukan lagi ya? Jangan bikin aku bersedih Soobin. Aku mengusahakan yang terbaik yang bisa aku lakukan." Yeonjun merengut, bersedih menceritakan betapa ia menyiapkan segalanya dengan baik berharap Soobin menikmatinya.

"Jangan pernah berusaha pergi ya? Jangan sekalipun untuk berniat pergi, aku akan mengejarmu selalu Soobin." Jemarinya menyusup ke helaian rambut Soobin yang lembut meski sedikit tidak terurus, mengelus nya sayang dan hati-hati. Memperlakukannya seolah hal gila tak pernah terjadi di antara mereka. Sampai tiba-tiba rautnya berubah, dingin dan menakutkan.

Greed [Yeonbin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang