Yb

1.1K 85 15
                                    

Warning!! 🔞🔞🔞

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ahh.." Rintihan putus-putus penuh keputusasaan terdengar bersahutan dengan nafas memburu dan geraman dalam ruangan tersebut. Gorden jendela sengaja dibuka lebar, mempersilahkan cahaya bulan masuk menerangi kamar tanpa cahaya lampu. Pencahayaan  yang remang seolah menyembunyikan kegiatan bergelut dalam hasrat yang mereka lakukan.

Bau khas dan hawa yang panas mengudara disekeliling mereka, melingkupi dua tubuh yang sibuk bergumul melawan malam.

Sang dominan, benar-benar mendominasi permainan. Memegang kendali penuh atas sang submisif yang hanya berpasrah diri menerima segala bentuk tindakan pada tubuhnya.

Sentuhan, kecupan, dan gigitan ia terima, menyerahkan setiap inci tubuhnya dipermainkan. Ia sudah terlanjur lelah untuk melawan, merasa jika melawan adalah tindakan percuma yang hanya akan lebih menguras habis tenaganya. Lagipula tak ada alasan lagi untuknya melawan, tak ada satupun dari bagian tubuhnya yang pernah luput dari sentuhan panas seorang Choi Yeonjun.

Apalagi yang berusaha ia lindungi? Harga dirinya?

"Pe-pelanahh!" Tubuhnya tersentak keras, seiring dengan gerakan di bagian selatan yang semakin intens dan dalam.

Senyum tipis yang berbahaya terpatri di wajah Yeonjun kala matanya menangkap rupa Soobin, pemuda keras kepala itu membuang muka enggan menatap balik Yeonjun. Wajahnya berkerut tipis, matanya terpejam menahan rasa perih di beberapa bagian tubuhnya. Ia menggigit bibir bagian dalamnya, berusaha menahan segala suara yang berusaha keluar dari balik belah bibirnya.

Soobin hanya tidak mau mengakui bahwa tubuhnya menikmati ini, inilah perlawanan terakhir yang dapat ia lakukan. Dan sepertinya Yeonjun menganggap itu sebagai sebuah tantangan. Sayangnya ia tidak suka ditantang.

Maka ia menekan kaki Soobin yang terbuka, mendorong hingga kaki itu menempel pada bahunya. Dada Soobin membusung, tepat ke depan wajah Yeonjun yang kelaparan.

"S-sudahhh~!"

Tangannya kewalahan menahan bahu Yeonjun yang semakin rapat pada tubuhnya, namun Yeonjun bergerak cepat mencengkram kedua tangannya ke atas kepala dengan satu tangan. Membuat Soobin yang sudah tak punya tenaga, tak dapat juga menggerakkan tangannya dengan bebas. Ia kepayahan, dan Yeonjun menikmatinya.

Soobin membanting kepalanya kebelakang, tidak tahan akan tumbukan keras yang ia terima di satu titik secara terus menerus juga pergerakan lidah Yeonjun di perut dan dadanya.  Tubuhnya bergetar bukan main, tidak dapat mengekspresikan kenikmatan yang ia peroleh secara wajar. Ia bahkan nyaris lupa caranya bernafas.

Soobin sungguh merasa kacau. Ia tak mampu mengingat siapa dirinya.

Lagi-lagi ia dikacaukan oleh Yeonjun.

"Uhh uhn!" Rintihannya perlahan berubah menjadi rengekan, tak mampu lagi menahan suara erangan yang sedari tadi ia tahan sebagai bentuk protes. Menjadikan Yeonjun sekali lagi pemenang dalam perdebatan mereka.

Yeonjun  menyeringai menyadari Soobin menangis, menangis akan kenikmatan yang ia berikan. Suatu kebanggan untuknya, itu berarti pekerjaan yang ia lakukan sangat memuaskan bukan?

Erangan yang keluar dari belah bibir Soobin semakin lepas tanpa malu-malu. Matanya yang sayu dan basah menatap Yeonjun, antara memohon meminta lebih atau memohon untuk berhenti. Entahlah Yeonjun tak tau yang mana. Tidak seperti ia akan menurutinya juga kalau tak menguntungkan nya.

Ia juga tak berniat memikirkannya dengan serius, pemandangan tubuh Soobin yang tersaji di depan matanya sungguh mencuri fokus. Tubuh itu yang terlonjak naik dan turun dengan cepat sungguh menggugah, terlihat lemah dan penurut.

Pemandangan yang hanya ia dapatkan jika mereka bersetubuh dengan kasar, karena Soobin akan menjadi keras kepala dan selalu melawan jika Yeonjun sedikit berbaik hati.

"Choi Soobin!" Yeonjun sekali lagi menggeram merasakan dirinya diremas kuat. Namun temponya tak berubah, Soobin merasa ia dihancurkan dari dalam.

Yeonjun menunduk, mengecap bibir Soobin yang terbuka lebar. Membungkamnya sementara lidahnya bergulat dengan lidah Soobin. Kemudian ia memainkan sepasang bibirnya di tulang selangka Soobin. Perlahan naik ke telinga kiri sang lawan main. Membisikan desahan dan nafas berat penuh gairahnya, berharap sang pasangan mengerti, betapa Yeonjun mencintai tubuhnya.

Yeonjun berakhir memberikan memar baru di belakang telinga Soobin ketika putihnya sampai. Menggigit titik tersebut kuat hingga membuat Soobin menjerit.

Nafas memburu menghentikan sejenak pergerakan mereka. Yeonjun tidak merubah posisi, masih memeluk Soobinnya yang nyaris pingsan.

"Aku membencimu Yeonjun." Kalimat itu ia ucapkan dengan nada dingin penuh dendam. Matanya bahkan tidak sanggup untuk menatap satu-satunya orang sebagai lawan bicaranya.

"Aku tau." Yeonjun mengusap poni basah Soobin, menyingkirkan mereka dari dahi Soobin yang mengkilap. Ia kecupi dahi itu dengan lembut. Menyalurkan ketenangan pada pemuda rambut hitam itu. Seakan apa yang Soobin katakan adalah sebuah pernyataan cinta.

"Aku benci kamu." Soobin mengulang kalimatnya, berharap Yeonjun menyadari bahwa ia benar-benar membencinya.

Yeonjun hanya tersenyum, mengangguk mengerti.

"Tapi aku mencintaimu Soobin."

"Kalau begitu biarkan aku pergi." Dahi Yeonjun berkerut tidak senang akan pembicaraan ini, di tambah lagi Soobin mulai menangis. Memohon padanya untuk di lepaskan.

Yeonjun membencinya, ia tidak suka jika Soobin memohon hal lain selain meminta tumbukan lebih keras ketika mereka sedang bercinta. Air mata Soobin hanya boleh ia gunakan untuk itu. Bukan hal lain, apalagi untuk memohon minta di lepaskan. Tidak akan pernah.

Maka dengan sekali angkat ia memutar tubuh Soobin menjadi menungging, menekan kuat tengkuk yang lebih muda ke bantal. Menutupi wajahnya.

"Kamu tau itu omong kosong kan? Aku ingin bermain lagi. Hapus air matamu dan menangis jika kamu merasa nikmat saja Soobin." Yeonjun menyeringai, mulai menggerakan pinggulnya konstan.

Membiarkan Soobin menangis semakin keras, hingga tersedak.

Ia tidak peduli. Asalkan ia bisa memiliki tubuh ini, menikmatinya kapanpun ia inginkan, ia tidak akan peduli pada kebebasan Soobin. Karena Soobin sudah menjadi miliknya.

Dan apapun yang menjadi milik Yeonjun tidak akan ia lepaskan begitu saja. Tidak sampai salah satu di antara mereka sudah mati.

.
.
.
.
.
.
End.

.
.
.
.
.
.
.
Jadi gimana smutnya? Ini bener2 kali pertamaku bikin mangtap mangtap dan inipun gak di rencanakan ue ue ue. Jadi kalo kaku maaf ya. Belum pengalaman. Aku rasanya gila waktu nulis ini.

Ps. Aku dari awal aku memang gak berniat mengakhiri cerita ini dengan ending yg jelas hohoho.

Ada cerita baru nih. Jangan lupa mampir ya! !

 Jangan lupa mampir ya! !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Greed [Yeonbin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang