Sesekali gadis itu menyeruput Lemon Tea buatannya sendiri. Ia berjalan santai ditrotoar untuk memulai hari yang melelahkan ini. Alena menoleh kesebuah toko perhiasan, lagi-lagi dia menatap sebuah kalung yang sangat diinginkannya. Berhentilah memikirkan diri sendiri Alena!. Pandangannya teralihkan oleh pantulan dirinya sendiri.
"Oh, rambutku sudah mencapai bokong." gumamnya. Alena tidak punya waktu untuk memotong rambut, kesehariannya ia habiskan untuk bekerjakeras dari satu tempat ketempat lainnya. Sangat merepotkan.
Tangannya menarik pintu kaca yang di susul oleh suara kerincing. Disana temannya sedang melotot, sementara gadis itu hanya tersenyum melihat Taeil sudah mulai kerepotan melayani pelanggan. Alena masuk kedalam ruangan lalu mulai berganti pakaian. Ia ikat tinggi-tinggi rambutnya agar tidak ada helaian rambut yang terjatuh ke makanan.
Juga tidak lupa memasang celemek dipinggang, lalu mulai bekerja.
Ada beberapa hal yang membuatnya terkadang jengkel bekerja di sebuah restoran. Pertama, saat pelanggan yang duduk tanpa memesan apapun. Kedua, pelanggan seorang pria mesum yang membuat pelayan wanita takut dan risih. Ketiga, pelanggan yang tidak mengikuti aturan. Seperti misalnya,
"Permisi, mohon maaf. Disini dilarang untuk merokok karena banyak pengunjung yang membawa anak-anak." tegur Alena dengan pelan pada pria dewasa berkepala blontos.
Namun pria itu tidak berkutik sama sekali. Ah~ Negara ini terlalu bebas.
"Pak, saya peringati sekali~"
"Baiklah, baiklah. Saya sudah selesai."
Pria itu melenggang pergi meninggalkan rokoknya yang masih menyala disebuah piring.
Alena menghela nafas lalu mematikan rokok tersebut, dan mulai membersihkan meja.
"Bagaimana pekerjaanmu di bar? Pasti jauh lebih menyenangkan dibandingkan restoran ya." Usik Taeil lalu memberikan sebuah burger.
"Tidak adakah yang bisa kau berikan padaku selain burger?"
"Eopseo (1)."
Alena mendengus kesal sembari melahap burger. Cuaca hari ini cerah sekali sehingga rasanya ia ingin bersin ketika melihat awan yang biru bagaikan lautan.
"Bagaimana ayahmu?"
"Beliau sudah mulai melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang foto." katanya menjilat saus disudut kanan bibir.
"Yah~ setidaknya beliau sudah kembali semangat setelah dipukuli oleh para bajingan itu." Taeil memberi Alena sekaleng soda.
"Seandainya wanita gila itu tidak meninggalkan hutang yang banyak. Aku sudah hidup dengan tentram bersama ayah."
"Hei~ Ingatlah. Kau ini tidak boleh mendendam seperti itu." Tegur Taeil.
Sudah tiga tahun lamanya hidup Alena bersama sang ayah tidak tenang. Ibunya meninggalkan hutang yang jumlahnya fantastis besar dan yang sialnya diatas namakan James. Nama ayahnya.
Eny meninggalkan James ketika studio foto milik James harus gulung tikar karena beberapa pegawainya melakukan penggelapan uang. Sehingga James bangkrut.
Usia Alena saat itu sudah 20 tahun. Sedang menjalani kuliah semester 3 namun harus berakhir karena masalah ekonomi. Dan saat itu pula para preman mengganggu kehidupan mereka. Para preman itu selalu datang tiba-tiba tidak pada tanggal yang ditentukan. Sehingga Alena dan James mulai kebingungan untuk mengatasi ini semua. Karena keduanya harus bertahan hidup, James mencoba untuk kembali membuka studio foto kecil dirumahnya. Dan Alena mengandalkan tubuhnya yang sehat juga tidak cacat itu untuk bekerja kesana kemari untuk melunasi hutang-hutang sang ibu
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT - Sky Fantasy
FantasyCerita ini sebelumnya sudah pernah di publikasi dengan judul Black Haechan, tetapi saya takut ada komentar komentar aneh mengenai judulnya jadi berubah menjadi Sky Fantasy, walau saya suka dengan judul pertama. dan ada beberapa cerita yang harus di...