"Tuan putri berhentilah mengikuti saya!."
"Kau, benar-benar tidak mengingatku?"
Lelaki itu memijat keningnya.
"Kau putri Alecia dari kerajaan Awan. Puas? Sekarang berhenti mengikuti saya." Dia berkata kesal sembari melanjutkan langkahnya.
"Tidak aku bukan Alecia dari kerajaan~ tunggu apa katamu? Kerajaan Awan? Kerajaan itu benar-benar ada?. Oh tidak, aku bisa gila. Mari kita kembali ke topik. Kau laki-laki yang ada di butik saat itu, kau memper.." Alena terdiam. Matanya membulat. "Kau yang membawaku kemari?" tanyanya.
Lelaki itu menyeringai. Ia membalikkan tubuhnya melangkah mendekati Alena. Tiba-tiba saja ada kilatan di kedua bola matanya, matanya jadi hitam tidak menyisakan warna putih. Mendadak juga tubuh Alena tidak bisa digerakan dan bibirnya terkatup rapat. Ia tidak bisa apa-apa.
Lelaki itu mencondongkan tubuhnya, lalu berbisik. "Terima takdirmu Alena dan~ jadikan lah putri Alecia sebagai wanita yang memiliki hati bersih. Mulai lah hidup dengan tentram tanpa kecemasan apapun."
Dua hari kemudian.
Setelah festival bulan sabit, Marie menyuruh Alena untuk pulang ke kerajaan. Karena tidak baik untuknya terus-terusan berdiam diri di kerajaan mertuanya.
Alena beringsut dari kasurnya. Ia terduduk sembari menatapi ruangan yang mewah ini. Kamarnya jauh lebih luas dibandingan kamar tempat ia terbangun pertama kali. Ada banyak sekali bola kristal dan perhiasan. Juga sebuah akuarium kecil yang didalamnya terdapat beberapa siput. "Manusia mana yang mau memelihara siput. Ck ck, mereka kan bukan manusia."
Sebelum pulang saat itu Alena mencari tahu siapa lelaki yang membawanya kemari. Ia memberikan ciri-cirinya pada Rana. Lelaki tinggi yang memiliki mata hitam aneh itu adalah pangeran Haechan putra ketiga dari Raja dan Ratu.
Alena melamun memikirkan semua yang terjadi padanya. Kenapa pangeran Haechan membawanya ke tempat aneh ini. Bahkan menempatkan jiwanya di tubuh seorang putri.
"Akan lebih baik jika dia menempat kan jiwaku di seekor kuda! Setidaknya aku akan menjadi sangat-sangat dungu!."
Terdengar suara ketukan, gadis itu langsung menoleh ke arah pintu.
"Nona, memanggil saya?"
Banyak sekali bunga yang bermekaran. Di sekelilingnya awan-awan bisa ia jamah. Seperti kapas. Alena menikmati hari keduanya di Istana Awan. Banyak sekali hal aneh yang ia lihat. Seperti burung berkepala dua. Manusia kecil berkuran burung liar. Juga sihir-sihir yang bahkan ia yakini selama ini tidak ada ternyata ada.
Tiba-tiba saja seseorang menyapanya "Halo tuan putri lupa ingatan." Katanya sembari terkekeh. Alena hanya mendecak kesal.
"Mau bertarung denganku?"
"Bertarung?" Lelaki itu mengangguk.
"Jangan-jangan~ kau juga lupa dengan cara bela diri ya~"
Alena mulai kesal, sedari dua hari yang lalu ia memijakkan kakinya disini lelaki yang beridentitas sebagai Pangeran ini sangat-sangat menyebalkan. Terus-terussan mengejeknya. Perlu kau tahu yang kau lihat ini bukan adikmu.
"Berhenti mengejekku. Kau kakak yang menyebalkan!." Seru Alena kesal.
"Ohho. Lihat dirimu, kau bahkan tidak marah atau menyemburkan api padaku." Pangeran menarik busurnya kuat-kuat, membidik agar tepat sasaran dan saat busur itu melesat ia tertancap dibagian cokelat bukan merah.
"Hahahaha. Aku pikir kau pintar menembak tepat sasaran tapi ternyata bodoh. Aku sudah salah mengira." Alena tertawa renyah. Wajah Pangeran memerah karena malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
NCT - Sky Fantasy
FantasyCerita ini sebelumnya sudah pernah di publikasi dengan judul Black Haechan, tetapi saya takut ada komentar komentar aneh mengenai judulnya jadi berubah menjadi Sky Fantasy, walau saya suka dengan judul pertama. dan ada beberapa cerita yang harus di...