"Kakak, pulang..!" Ujar Betrand begitu cowok itu membukakan pintu apartemennya. Cowok itu pulang sudah seperti orang gila, dengan baju yang dipenuhi noda sirup dan kaki yang tidak beralas.
"Iya, kak!" Ucap bunda, wanita yang diperkirakan berusia 30 tahunan itu menghampiri putra sulungnya. Namun, alangkah terkejutnya ia saat melihat putra sulungnya yang datang dengan penuh noda sirup.
"Hah?! Kakak kenapa, ya Tuhan? Kok bisa sampe babak belur gini? Terus itu sepatu dikemanain?" Tanya bunda.
"Digondol ikan cupang, Bun." Balas Betrand asal. Sepertinya cowok itu sudah malas karena kejadian yang baru saja menimpanya tadi.
"Ish! Ya, udah kakak buruan mandi jangan sampe langsung duduk apalagi tiduran di kasur!" Omel bunda.
"Iya, Bun." Jawab Betrand.
Walaupun berkesan tengil. Namun, ternyata kelakuan Betrand di rumah tidak se-tengil saat dirinya berada di sekolah. Anaknya penurut apalagi jika bundanya sudah mengomel, pasti ia langsung melakukan apa yang dikatakan ibunda tercintanya itu. Sebenarnya ada dua kemungkinan antara Betrand memang benar-benar nurut atau malas dengan Omelan bunda.
Setelah selesai mandi Betrand langsung mengganti bajunya dan berdiri di depan cermin sambil berpose layaknya selebgram.
Cowok itu merapikan poninya, kemudian mulai bertingkah gila. "Apa Lo liat-liat?!" Ucap Betrand kepada cermin, cowok itu seolah-olah sedang memarahi cermin yang isinya pantulan bayangannya sendiri. Entah dia gabut atau apa sampai-sampai ia melakukan hal konyol seperti itu.
Lalu, tiba-tiba adik perempuannya itu datang menghampirinya. Ia berdiri di ambang pintu karena merasa aneh dengan kelakuan Kakak laki-lakinya itu. "Kakak, ngapain ngomong sama cermin?" Ucap gadis kecil itu.
"Gak tau ci, dari tadi dia liatin kakak terus, kakak kan grogi." Balas Betrand. Gadis yang dipanggil Cici itu hanya mengerutkan dahi heran.
"Kakak, ayo makan udah ditunggu sama ayah bunda, Cici pengen makannya bareng kakak!" Ucap Cici.
Gadis itu berlari menghampiri Betrand yang masih asyik berjoget ria di depan cermin, Cici memeluk kakak laki-lakinya itu hingga Betrand hampir terjatuh.
"Nanti kalo Cici udah gede, Cici bisa peluk kakak sampe ke dada. Kalo sekarang Cici cuman bisa peluk kakak di paha doang." Ucap Cici, yang masih belum enggan melepaskan pelukannya.
Betrand mulai berjongkok dan menyamakan tingginya dengan Cici. Kemudian cowok itu memeluk Cici dengan erat.
"Ini udah bisa peluk sampai dada." Ujar Betrand sambil membelai lembut rambut adik kecilnya itu.
"Hehehe, gak tau kenapa kalo dipeluk kakak itu rasanya anget banget, Cici udah gak butuh selimut lagi selama ada kakak." Ucap Cici, gadis kecil itu sepertinya sangat nyaman berada dalam dekapan Betrand.
"Iya, Ci. Soalnya kakak pake koyo cabe sebadan-badan." Betrand merubah suasana yang tadinya bisa menguras air mata menjadi layaknya stand up comedy.
"Emang iya, kak?" Cici yang belum mengetahui apa-apa lantas menganggap serius candaan Betrand.
"Kakak, Cici! Cepet sini makan dulu!" Teriakan bunda berhasil memisahkan kedua kakak beradik itu.
"Iya, bunda!!" Ujar Betrand.
Betrand dan Cici berjalan menuju meja makan, tanpa aba-aba Betrand langsung menempatkan posisi tubuhnya di sebelah ayah.
"Kak? Ayah denger tadi kakak pulang gak pake sepatu kenapa?" Tanya ayah Betrand lembut.
"Tenang aja, Yah. Sepatunya gak kakak gadai-in kok." Ucap Betrand.

KAMU SEDANG MEMBACA
COLOURS
Fanfic•Losing him was blue• •Missing him was dark grey• •Loving him was red• Betrand seorang cowok dengan senyuman khasnya yang bisa membuat cewek-cewek di SMA Lazuardi kejang-kejang dibuatnya. Bulu mata lentik, kulit hitam manis, walaupun hidung yang tak...