•7•

14 1 0
                                    

Hari ini adalah hari Minggu, dua hari sebelumnya aku diajak putra kerumah nya.

Dan itu sangat menyebalkan, aku harus menghadapi keluarga yang begitu aneh.

Adik nya yang berumur 5 tahun tapi otaknya berbanding terbalik dengan umurnya.

Adik nya yang bernama Putri, selalu ngebacot gak jelas. Sehingga aku terpaksa untuk menjawab seluruh pertanyaan nya yang tidak masuk akal.

Bunda nya yang sangat antusias kepadaku membuat ku tak bisa berkata apa-apa.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana sosok ayah putra.

Mungkinkah akan lebih unik?

Saat aku sedang asyik-asyiknya nya memandangi foto Ananta. Ayah memanggil ku untuk turun kebawah.

Saat aku menuruni tangga, aku melihat ayah,mama,dan abang sedang berkumpul di ruang tengah.

Wah tumben, ada apa ini?

Aku duduk di samping Abang sambil memandang heran lainnya.

"Kenapa nih?" Tanya ku.

Ayah menghela napas, lalu mulai menatap ku dengan tatapan serius.

"Ayah udah bilang kan ke kamu, kalau ayah ngelarang kamu pacaran saat SMA" jelas ayah dengan tegas.

"Loh memangnya siapa yang pacaran?" Tanya ku dengan polosnya.

Hening. Aku memikirkan maksud ayah, memangnya siapa yang pacaran? Aku? Tidak mungkin lah..

Eh?

Bentar! Gue kan pura pura jadi pacarnya Putra. Berarti yang dimaksud ayah gue dong? Tapi bagaimana cara nya ayah bisa tau?!

"Aga.. Lo serius pacaran?" Tanya Abang sambil menatap ku dalam dalam.

"Eng-enggak bang.."

Mama menatap ku sambil tersenyum kecil. Ia tetap sabar dan lembut menjelaskan semuanya padaku.

Jadi, yang bisa ku tangkap dari cerita mama adalah, Bunda nya Putra menelpon mama dan mengatakan kalau Bunda nya Putra sudah merestui hubungan kami.

Bahkan hal yang paling gila adalah Bunda nya Putra menanyakan tanggal pertunangan kami.

Astaga kurang gila apa?!

"Itu semua salah paham... Aga bisa jelasin"

Ayah memijat kepalanya. Tampaknya ayah tak akan bisa percaya padaku.

"Untuk sementara ayah akan sita handphone kamu dan mengurangi uang bulanan kamu"

Setelah mengatakan semua itu Ayah pergi ke kamarnya, disusul oleh mama.

Aku masih tidak menyangka semuanya akan berujung seperti ini.

Handphone adalah satu satunya harta karun yang sangat berharga bagiku. Ia sudah seperti belahan jiwaku.

Abang mengusap pundakku.

"Makanya kalo dibilangin ayah itu nurut. Jangan ngeyel"

Aku memanyunkan bibir ku, jujur saja rasanya aku ingin menangis, tapi aku terlalu malu menangis di depan Abang.

"Abang..bantu aga..."

"Gak bisa, Abang pengen kamu ngerasain akibat dari perbuatan kamu sendiri"

Setelah abang mengusap kepala ku, ia berdiri lalu meninggalkan ku sendirian di ruang tengah.

"Tapi aga gak pacaran..."

Aku mulai terisak diruang tengah, sebelum air mata ku jatuh aku harus segera pergi ke kamar.

Aku mengunci kamar ku lalu terduduk di lantai sambil memeluk kedua lutuku.

"Huaaaa....gua gak bisa liat wajah Ananta lagi sebelum tidur"

TBC...

FAKE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang