1

12 2 0
                                    

TING!

Sheira melihat notifikasinya. Lagi-lagi notifikasi itu dari sahabatnya, Davina.

Davina Dianta:
Shei, jangan nangis lagi dong. Ga guna banget sih lo nangisin cowo kek dia! Cowo di dunia masih banyak kali, Shei.

Sheira:
Gue ga nangis, Dav.

Davina Dianta:
Jangan bohong. Lo mau bohongin gue?

Sheira menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya lagi. Memang benar kata Davina, untuk apa dia menangis untuk Rayhan. Mantannya yang pergi begitu saja tanpa pamit.

"Sheira Aluna Galiena, lo ga boleh cengeng! Ngapain sih lo nangisin cowo kayak dia? Cowo di luar sana masih banyak, Shei". Sheira berbicara pada dirinya sendiri sambil memukul-mukul pipinya. Sheira berusaha tersenyum, lalu Sheira menatap langit sore di kota yang penuh kenangan itu. Lalu, senyumya memudar kembali.

"Udah 11 hari gue disini, dan 5 hari lagi gue harus pulang. Tapi sampai saat ini, gue sama sekali ga ketemu sama temen-temen gue, dan dia. Huftt, ngapain gue mikirin Rayhan lagi sih? Ah, ga boleh, ga boleh". Sheira kesal kepada hatinya sendiri.

Disaat otaknya tidak menginginkan Rayhan, mengapa hatinya terus mengingatkannya dan membuatnya terus berharap?

Muelles y BarcosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang