four

89 11 12
                                    

Sinar matahari yang perlahan mengintip dari kaca jendela kamarku, membuat aku sedikit tersentak. aku terbangun dari mimpi indahku. beruntungnya, hari ini adalah hari Sabtu, bahagia sekali ketika menyadari itu. aku beranjak turun dari ranjang, dan berjalan santai menuju meja makan. mencari makanan, dan juga menganggu Bunda yang sedang asyik memasak di dapur. aku memeluknya. entah mengapa saat berada dipelukannya aku merasa dunia ini utuh hanya milikku. aku mencium pipinya yang sudah bercucuran keringat, dan terus memeluknya.

"Guten morgen, 2 malaikat kesayangan Ayah!" ucap Ayah yang tiba-tiba muncul di belakang kami. ia mencium pipi Bunda, kemudian mencium pucuk kepalaku.

"Kemarilah, Amanda.. gadis kecil Ayah." katanya sambil menyuruhku untuk duduk disampingnya. ia menatapku sayu, lalu mengelus lembut rambutku. ia begitu menyayangiku, dan aku pun begitu.

"Ayah.. aku minta maaf" ucapku yang tiba-tiba saja ingin menceritakan semuanya. aku beralih menatap kedua bola matanya, kemudian mulai melanjutkan bicara,

"Ayah, ada seseorang laki-laki yang sedang mendekatiku, di Sekolah."

"Siapa, dia?"

"Namanya Andhra. Andhra Rasegaff."

"Amanda menyukainya, juga?"

"Sepertinya.., Ayah. tapi aku berusaha untuk selalu berjaga jarak dengannya, aku tidak mau membuat Ayah marah."

"Ayah percaya.. sudahlah, tak apa kalau hanya sebatas dekat. ayah tidak melarangmu."

Entah keajaiban apa yang datang pada pagi ini, untuk pertama kalinya aku mendengar kalimat menyenangkan itu. aku memeluknya, lalu mengecup punggung tangannya.

"Amanda? ada tamu." ucap Bunda. sebetulnya aku juga sudah mendengar suara bel berbunyi sampai ketiga kalinya, hanya saja aku terlalu nyaman berada dipelukan Ayah. aku beralih mentap pintu. lalu, beranjak untuk membukanya.

"Hai! masih ingat, aku?"

Kak Andhra?

"Ini masih pagi tahu."

"Aku kesini ingin menemui Ayah, dan Bunda mu, bukan ingin menemui puteri satu-satunya ini." ucapnya.

Aku tersenyum. dan dia pun begitu. aku meraih boneka yang ia bawa pagi ini. boneka beruang, dan panda. niat sekali ya.

"Lucu, kak.. ini hasil mencuri dimana?" ucapku yang mulai mengelus kepala boneka itu. ia pun tersenyum. kemudian, mengelus lembut punggung tanganku.

"Kamu ingin, ya? memangnya di kamar tidak punya boneka?"

"Sejak kapan kakak jadi menyebalkan seperti ini?"

"Sejak sedetik yang lalu."

"Selamat pagi, Om." ucapnya.

Aku terkejut. ternyata di belakangku sudah ada Ayah. aku hanya bisa tersenyum kikuk melihat tatapan pertama dari mereka berdua. "Suruh dia masuk, Amanda." ucapnya.

"Tidak usah, om. tujuan saya kesini ingin mengajak puteri om untuk dibelikan satu mangkuk sarapan."

"Kalian sudah punya janji?"

"Sebetulnya ini bukan Janji, om. saya hanya berinisiatif untuk melakukan itu."

"Amanda belum mandi, kamu marahi saja dia." ucapnya lalu pergi meninggalkan kita berdua.

Aku beralih menatap Andhra dengan malu. ayah menyebalkan sekali, sampai-sampai membuka kebiasaan jelek ku yang satu ini.

"Kau belum mandi? ini sudah jam 10."

"Aku mandi dulu. karena semalam aku tidak bisa tidur."

"Besok-besok kalau seperti ini lagi, cepat-cepat beritahu aku."

Bandung dan JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang